Tuesday, August 6, 2013

Metode Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

By
Metode pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin yang dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis.

Suyatno (2009:66) menyatakan bahwa alur strategi pembelajaran TTW (Think Talk Write) dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir melalui bahan bacaannya dikomukasikan dengan presentasi, diskusi dan membuat laporan hasil diskusi/presentasi.

Langkah–langkah metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) menurut Martinis Yamin dan Bansu I. Antasari (2008) adalah
  1. Guru membagi teks bacaan berupa lembar aktivitas siswa yang memuat situasi masalah yang bersifat open - ended serta memberikan petunjuk dan prosedur pelaksanaannya.
  2. Siswa membaca teks dan membuat catatan hasil bacaan serta individual, untuk dibawa ke forum diskusi (Think) 
  3. Siswa berinteraksi dan berkelaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (Talk). Guru berperan sebagaimediator dalam lingkungan belajar. 
  4. Siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (Write). 
  5. Guru memantau dan mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
Pembelajaran dengan metode Think-Talk-Write (TTW) dapat digambarkan sebagai berikut:

Desain Pembelajaran Think-Talk-Write
Gambar 1. Desain Pembelajaran Think-Talk-Write

Keterangan:
  1. Guru memberiakan materi pelajaran dalam bentuk permasalahan pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu. 
  2. Siswa menyelesaikan permasalahan tersebut dengan langkah think, talk, kemudian write adalah siswa dapat mengkomunikasikan permasalahan pembelajaran tersebut dengan kata-kata dan bahasa yang mudah dipahami siswa sehingga siswa mudah dalam memahami konsep-konsep yang ada pada materi pelajaran yang sedang dipelajari. 
  3. Guru memantau hasil pemahaman siswa dan mengevaluasi hasil pemahaman tersebut.
Peranan guru dalam metode pembelajaran think-talk-write (TTW) menurut Silver dan mith (1996) dalam Martinis Yamin dan Bansu I. Antasari (2008) adalah
  1. Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan menantang setiap siswa berfikir. 
  2. Mendengar secara hati-hati ide siswa. 
  3. Menyuruh siswa mengungkapkan ide secara lisan dan tertulis. 
  4. Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi. 
  5. Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasi persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa berkunjung dengan kesulitan. 
  6. Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong siswa untuk berpartisipasi.
Facebook Twitter Google+

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment