Sunday, May 25, 2014

Ekonomi Makro Dalam Kerangka Ilmu Ekonomi

By With No comments:
Ilmu Ekonomi biasa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: ekonomi deskripstif (descriptive economics), teori ekonomi (economic theory) dan ekonomi terapan (applied economics).

Ekonomi deskriptif mengumpulkan keterangan-keterangan faktual yang relevan mengenai sesuatu masalah ekonomi. Teori ekonomi tugas utamanya menyusun model analisa ekonomi untuk menerangkan secara umum perilaku sistem perekonomian.

Akhirnya, yang dilakukan terapan ialah menggunakan hasil-hasil pemikiran yang terkumpul dalam teori ekonomi untuk menerangkan keterangan-keterangan yang dikumpulkan oleh ekonomi deskriptif.

Selanjutnya, teori ekonomi dipecah lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro. Dalam artikel kali ini, akan sedikit dibahas tentang "Ekonomi Makro dalam Kerangka Ilmu Ekonomi".

Teori Ekonomi Makro mempunyai berbagai sebutan lain untuk menggantikannya, antara lain macro economics, aggregate economic analysis dan ekonomi makro.

K.C. Kogiku (1968) menyebutkan bahwa:
yang dimaksud dengan deskripsi atau uraian dalam teori ekonomi ialah membuat pernyataan mengenai hubungan-hubungan di antara besaran-besaran agregatif. Pernyataan tersebut dapat diungkapkan dengan menggunakan kata-kata atau mengungkapkan cara matematik. Analisa ekonomi makro di lain pihak, terdiri dari penurunan implikasi-implikasi dari hubungan-hubungan tersebut, yang juga dapat diungkapkan dengan kata-kata ataupun dengan cara matematik.*
Selanjutnya dapat ditambahkan bahwa pernyataan-pernyataan yang dipergunakan untuk mengungkapkan hubungan-hubungan antara besaran-besaran atau variabel-variabel agregatif dan juga yang dipergunakan untuk mengungkapkan implikasi-implikasi teoritik, yang sering pula kita sebut kesimpulan-kesimpulan teoritik, yang diungkapkan secara matematik seperti yang disebutkan di atas, pada umumnya secara lebih spesifik diungkapkan dalam bentuk persamaan matematik.

Persamaan-persamaan matematik tersebut dapat pula disebut dengan persamaan-persamaan ekonomi makro atau macroeconomic equations.

Dalam model-model analisa ekonomi, termasuk juga model-model analisa ekonomi makro, dapat dibedakan tiga macam persamaan:
1. Persamaan definisi, sering pula disebut kesamaan atau identity.
2. Persamaan perilaku atau behavioral equation
3. Persamaan syarat kuilibrium atau equilibrium condtions equation.

Artikel ini belum lengkap, karena penjelasan masing-masing rumus belum kami tampilkan. Apabila pembaca ingin mendapatkan file lengkapnya, silakan kirim permintaan ke iro.maruto@gmail.com  (FREE!!). atau bisa juga langsung membaca bukunya Soediyono yang berjudul "Ekonomi Makro: Analisa IS-LM dan Permintaan-Penawaran Agregatif". Berikut tampilannya:


* K.C. Kogiku. 1968. An Introduction to Macroeconomic Models. New York: McGraw Hill Book Company.

Sumber:
Soediyono. 1985. Ekonomi Makro: Analisa IS-LM dan Permintaan-Penawaran Agregatif: Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty Offset.

Saturday, May 24, 2014

Teori Perilaku Produsen (Teori Produksi)

By With 1 comment:
Seperti pembahasan sebelumnya (Perbandingan Teori Perilaku Konsumen dengan Produsen) bahwa Teori Perilaku Produsen (Teori Produksi) mempunyai analogi dengan Teori Perilaku Konsumen, sehingga pemahaman tentang Teori Perilaku Konsumen akan membantu pemahaman tentang Teori Perilaku Produsen (Teori Produksi).

Pembahasan Teori Perilaku Produsen (Teori Produksi) ini diawali dengan pembahasan jenis faktor produksi berdasarkan dimensi waktunya.

Dimensi Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Faktor produksi dibagi menjadi dua jenis, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel.

Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Contohnya faktor produksi tetap adalah mesin.

Faktor produksi variabel adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tergantung pada jumlah produksi. Contoh faktor produksi variabel adalah tenaga kerja.

Pengertian faktor produksi tetap dan variabel ini terkait dengan terkait dengan waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengurangi dan menambah faktor produksi tersebut, karena dalam jangka panjang dan sangat panjang semua faktor produksi adalah faktor produksi variabel, dimana perusahaan mampu menambah jumlah faktor produksi tersebut yang disesuaikan dengan jumlah produksi yang ingin dihasilkan.

Dalam konteks manajemen, jangka panjang dan sangat panjang berkaitan dengan ukuran waktu, (ex. Jangka panjang berkisar 5 – 25 tahun). Namun, dalam Teori Produksi tidak mendefinisikan secara ukuran waktu kronologis. Jangka Pendek adalah jangka waktu dimana perusahaan tidak mampu dengan segera melakukan penyesuaian jumlah penggunaan faktor produksi. Sedangkan Jangka Panjang semua faktor produksi menjadi faktor produksi variabel.

Model Produksi dengan Satu Faktor Produksi Variabel
Pengertian produksi dengan satu faktor produksi variabel adalah pengertian analisis jangka pendek. Ketika memahami proses alokasi faktor produksi, ekonom membagi faktor produksi menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour).

Hubungan matematis penggunaan faktor produksi yang menghasilkan output maksimum disebut fungsi produksi, yaitu sebagai berikut:
Q = f(K,L)
Q = tingkat output
K = barang modal
L = tenaga kerja

1. Produksi Total, Marjinal dan Rata-rata
Produksi Total (Total Product) adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan total faktor produksi.
Produksi Marjinal (Marginal Product) adalah tambahan produksi karena penambahan penggunaan satu unit faktor produksi.
Produksi Rata-rata (Average Product) adalah rata-rata output yang dihasilkan per unit faktor produksi.

Kelanjutan materi ini kami tampilkan dalam screenshot powerpoint berikut ini:



Apabila pembaca ingin mendapatkan file powerpoint tersebut silakan mengirim permintaan ke iro.maruto@gmail.com dengan menyertakan judul artikelnya “Teori PerilakuProdusen (Teori Produksi)” (FREE!!)

Referensi:
Prathama Rahardja & Mandala Manurung. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi. Jakarta: FE Universitas Indonesia.

Memelihara dan Mengatur Kantor

By With No comments:
Pada umumnya pegawai selain mengatur pekerjaan sehai-hari juga dibebani mengatur semua perlengkapan, sarana pekerjaan, agar pekerjaan lancar. Pegawai kantor harus merasa ikut bertanggung jawab atas kebersihan kantor, kerapian, kelancaran, efisiensi pekerjaan kantor tanpa menilai pegawai tingkat manapun.

Mereka harus menjaga peralatan yang menjadi tanggung jawab mereka, seperti mesin ketik, mesin hitung, telepun, mesin pendekte, meja tulis, kursi, lemari, filling cabinet, dan Iain-lain terpelihara dengan baik serta selalu dalam kondisi prima. Dihindarkan supaya pegawai jangan beranggapan bahwa kepunyaan kantor adalah milik kantor, jadi semua pegawai mempunyai rasa memiliki.

Pimpinan setiap unit harus menekankan kepada seluruh karyawan bawahannya untuk menghargai barang milik kantor, seperti barang milik pribadi artinya dipelihara, dirawat, serta dijaga kelestariannya.

Memelihara Kantor beserta perlengkapannya bukan hanya tanggung jawab kepala kantor melainkan seluruh pagawai dari tingkat rendah sampai tingkat atas. Belajar menghargai barang milik umum merupakan kewajiban setiap pegawai, demikian pula menjaga kelestariannya.

Alangkah buruknya kesan seseorang terhadap kantor kalau ruangan para pegawai penuh abu rokok dan puntung rokok. Meja dengan coreng moreng tinta di atasnya, map bertumpuk di meja dengan debu cukup tebal, kertas berserakan di lantai. Sudah pasti dapat dihindarkan jika pegawai menjaga serta mengatur setidak-tidaknya bagiannya sendiri dengan sebaik-baiknya.

Meja dan kursi dijaga kebersihannya, demikian juga mempunyai permukaan yang rapi, membuang abu rokok pada tempatnya, membuang kertas pada tempatnya. Jangan membiasakan abu rokok dan puntung rokok penuh di asbak. Hal yang nampak kecil ini akan berakibat timbulnya kesan negatif pada diri sendiri anda serta kantor anda. Pemeliharaan dan mengatur tempat bekerja serapi mungkin.

Kantor yang baik adalah kantor yang selalu bersih, rapi, tenang. Disamping beberapa faktor yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah:

1. Kebersihan kantor
Kantor itu harus juga merupakan satu gedung yang representatif, perlu megah dari luar agar kesan orang bahwa kantor itu benar-benar hebat. Juga bentuk kantor dan warna harus sesuai dengan alam sakelilingnya. Kebanyakan kantor itu warnanya menyolok atau sudah jelek sekali karena tidak pernah dirawat, kotor, dan suram.

Kantor yang demikian bukan suatu kantor yang representatif. Kalau kantor yang representatif akan menarik kalayak ramai untuk mendatanginya, misalnya kantor Bank itu bagus, bersih, pasti menarik nasabahnya.

2. Lingkungan kantor
Yang dimaksud dengan lingkungan kantor disini yaitu letak kantor itu harus sesuai dengan lingkungannya Misalnya kantor terletak di sebelah bioskop, jelas mempongaruhi sekali alam Iingkungannya, itulah sebabnya sekarang, pemerintah membuat peraturan agar kantor terletak   tidak   didekatkan dengan pemukiman. Pekarangan agar selalu diperhatikan, pagar yang rapi dengan warna cat yang bagus, dan juga sangat mempengaruhi keindahan lingkungan.

3. Petunjuk jenis pekerjaan
Biasanya pada suatu kantor yang besar dengan berbagai bagian-bagian, biro, seksi, yang sangat rumit perlu dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk berupa papan nama yang jelas agar mudah diketahui. Pada papan itu dijelaskan jenis pekerjaan di tiap-tiap ruangan.

Hal ini untuk mengatasi jika ada tamu tidak selalu bertanya-tanya siapa yang dicarinya atau ruangan mana yang akan ditemuinya. Untuk melengkapinya perlu dituliskan nama-nama pejabat pada papan nama di depan pintunya serta jabatannya.

4. Kebersihan alat
Alat-alat seperti meja tulis, kursi, mesin tik, dan almari-almari yang ada di ruangan itu hendaklah selalu bersih dan teratur letaknya. Tempat-tempat surat masuk dan surat-surat keluar hendaknya terletak di atas meja untuk memudahkan dalam mengambilnya bila diperlukan.

Juga disediakan tempat-tempat abu rokok bagi mereka yang merokok, demi kebersihan lantai. Disediakan pula tempat sampah agar kertas-kertas tidak berserakan di mana-mana. Bekerja hendaklah sistematis agar semua pekerjaan tidak tertumpuk.

5. Pelayanan tamu
Cara menerima tamu juga turut memberikan kesan yang baik tentang suasana kantor. Kesan dan sikap pertama yang diperoleh tamu seringkali menentukan bagi hubungan baik antara tamu dan kantor yang bersangkutan. Kantor harus menyediakan ruang tamu yang baik untuk menerima tamu. Mulai dari penjaga kantor harus bersikap sopan pada setiap tamu yang datang.

Karyawan yang tidak sopan dan acuh akan membahayakan nama baik kantor. Ada motto mengatakan bahwa: "Tamu itu adalah raja", dan sangat perlu untuk menghormatinya. Adalah tidak pantas, jika tamu itu tidak dihormati dan dibiarkan saja. Jika ada tamu, hendaklah mempersiapkan masuk dan duduk. Jika mungkin di mana tamu diterima hendaklah di ruangan tamu khusus.

Sediakanlah kursi tamu yang baik, penerangan yang cukup, dan hiasan atau gambar dinding yang bagus agar tamu dapat duduk sambil menunggu dengan nyaman. Jika mungkin menyediakan pesawat telepon di ruangan tamu, agar keperluan yang mendadak dapat teratasi dengan tidak mengganggu telepon kantor.

Penulis:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. (Dosen S-1 dan S-2 Pendidikan Ekonomi FKIP UNS Solo)

Friday, May 23, 2014

Pengertian Manajemen Perkantoran

By With No comments:
Manajemen Perkantoran diartikan berbeda-beda oleh banyak ahli, namun inti pengertiannya tetap sama, yaitu tentang tata kelola kantor. Berikut ini kami tampilkan beberapa pendapat para ahli tersebut:

1. Menurut J.C Denyer dalam bukunya “office Administration”.
Office management is the directing and controlling of an office in order to achieve its specified purpose in the  most economical way.
Manajemen perkantoran adalah pengarahan dan pengawasan sebuah kantor untuk mencapai tujuannya yang khusus dengan cara yang sehemat-hematnya.
2. Menurut J.C Denyer dalam bukunya “Office Management”.
Office management can thus be defined as the organization of an office to achieve a specified purpose, and to  make the best use of the personel by using the most appropriate machines and equipment, the best possible methods, and by providing th most suitable environment.
Manajemen perkantoran dapat dirumuskan sebagai pengorganisasian sebuah kantor untuk mencapai suau tujuan tertentu, dan untuk memanfaatkan pegawai-pegawai dengan sbaik-baiknya dengan menggunakan mesin-mesin dan perlengkapan yang paling cocok, metode-metode yang paling baik, dan dengan memberikan lingkungan yang paling sesuai.
3. Menurut G.R. Terry dalam bukunya “Ofice Management can be defined as the planning, controlling, and organizing of office work, and actuating those performing it so as to achieve the predetermined objektives".
Manajemen pekantoran dapat dirumuskan sebagai perencanaan, pengawas, dan pengorganisasian pekerjaan kantor serta menggerakkan mereka yang melaksanakan pekerjaan kantor tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.
4. Menurut William H. Leffingwell dan Edwin M. Robinson dalam bukunya yang berjudul “Textbook of Office Management”.
Sebagai suau fungsi, manajemen perkantoran adalah caban seni dan ilmu manajemen yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan kantor secara efisien, bilamana saja dan dimana saja pekerjaan itu dilakukan.
5. Menurut Prof. Dr. Prajud Atmosudirdjo dalam bukunya, “Dasar-dasar Office Management”.
Office management adalah management daripada office dan management daripada office work, sekaligus. Jadi, dengan demikian, maka office management merupakan kombinasi yang satu sama lain berhubungan dengan erat yakni paduan daripada corporate management (office sebagai kesatuan yang terdiri atas gedung, tanah, personel dan equipment) dan operation management (office work, pekerjaan kantor)
6. Menurut penulis (Dr. Hery Sawiji, M.Pd.)
Manajemen perkantoran didefinisikan sebagai suatu kegiatan (aktivitas) yang berkenaan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap kantor (pekerjaan kantor) serta menggerakkan mereka agar tercapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Penulis:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. (Dosen S-1 dan S-2 Pendidikan Ekonomi FKIP UNS Solo)

Sunday, May 18, 2014

Suasana Kantor

By With No comments:
Moekijat (1982: 2) dalam suatu karyanya menyatakan bahwa Kantor adalah tempat di mana pekerjaan tata usaha itu dilakukan.

Dari pendapat tersebut dapat dimengerti, bahwa kantor itu merupakan suatu tempat dari sebuah lembaga atau organisasi di mana di dalam kantor itu kita dapat melihat adanya; pimpinan (kepala) kantor, personel, staff kantor, peralatan, dan perlengkapan kantor serta kegiatan-kegiatan kantor.

Dapat disimpulkan bahwa, kantor itu mencakup dua hal yakni:
1. Sebagai lingkungan fisik, gedung, peralatan, perlengkapan
2. Sebagai lingkungan kegiatan tata usaha, tata hubungan
Pada umumnya kantor berfungsi memberikan pelayanan komunikasi dan warkat, mengadakan komunikasi berarti memberikan dan menerima keterangan tetapi di antara keduanya terdapat pencatatan dan penyusunan keterangan dalam suatu bentuk.

Penyusunan keterangan itu sering diikuti dengan penganalisaan keterangan seperti pada pengawasan biaya dan pengawasan anggaran. Menurut JC Denyer, fungsi kantor adalah untuk memberikan pelayanan komunikasi dan warkat yang secara rinci sepeti tersebut di bawah ini:
  1. Untuk menerima  keterangan  (misalnya surat-surat, harga-harga, kutipan-kutipan, dan lain sebagainya). 
  2. Untuk mencatat keterangan  (misalnya persediaan, harga, dan catatan-catatan  kepegawaian). 
  3. Untuk menyutun keterangan (misalnya pembiayaan, pembukuan, (dan sebagainya). 
  4. Untuk   memberikan   keterangan  (misalnya   faktur-faktur penyusutan, perkiraan, dan sebagainya)
  5. Untuk  menjamin  aktivita-aktivita  (misalnya   pemeliharaan uang tunai, persediaan, dan sebagainya)
Dari uraian di atas, dapat dibayangkan bahwa bila kita mendatangi suatu kantor besar, menengah, maupun kecil kesibukan yang dilakukan waktu jam kantor. Di belakang setiap meja karyawan yang sedang sibuk bekerja, mencatat, menulis, mengetik dan ada pula yang hilir mudik mengantar warkat yang akan diperiksa.
 
Suasana Kantor Google - Sumber Gambar: detik.com
Ada yang dikerjakan lebih lanjut dan ada yang disiapkan sebagai bahan dokumentasi. Di sana sini kedengaran suara ketikan mesin ketik dan dering telepon.

Bayangkan seperti tersebut di atas, bagaimana caranya agar selalu rapi, bersih, dan tenang serta nyaman atau ayem? Agar suasana menyenangkan, caranya adalah adanya seorang pejabat yang selalu bertanggung jawab dan berwibawa dalam ruangan itu.

Di samping itu, hendaklah kepala sewaktu-waktu harus memeriksa bawahannya dan seluruh ruangannya selalu teratur. Kebersihan dan ketenangan sangat mempengaruhi suasana kerja. Sebaiknya setiap karyawan harus sadar, bahwa ruangan kantor itu harus tetap rapi, untuk itu para karyawan harus menyadari gunanya etiket itu.

Suasana kantor yang tenang dan enak, jika berkunjung suatu kantor yang memenuhi syarat-syarat ini. Demikianlah kita dituntut agar dapat menjalankan sosial etiket, guna melaksanakan tugas sehari-hari tanpa merasa berat dan letih. Biasanya pekerjaan akan mudah dilakukan jika telah terbiasa.

Salah satu perusahaan yang memiliki Suasana Kantor yang dapat menjadikan karyawan betah dan tidak merasa berat untuk bekerja adalah Google. Dapat dilihat dalam gambar di atas, bahwa suasana kantor Google memang sangat luar biasa, karyawan tidak mudah stress dan bisa nyaman bekerja.

Penulis:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. (Dosen S-1 dan S-2 Pendidikan Ekonomi FKIP UNS).

Wednesday, May 14, 2014

Pengukuran dan Penskalaan dalam Riset Pemasaran

By With No comments:
Definisi Pengukuran
Pengukuran diartikan sebagai penggunaan nomor atau simbol untuk mencirikan objek yang diamati berdasarkan ketentuan tertentu. Pengukuran dilakukan terhadap KARAKTERISTIK suatu objek, bukan objek itu sendiri.

Pengukuran dilakukan untuk:
1. dapat melihat dan menyebutkan objek
2. dapat mencapai kesepakatan
3. dapat menyebutkan perbedaan
4. dapat membandingkan
Definisi Penskalaan
Penskalaan dapat diartikan juga sebagai perpanjangan dari pengukuran. Penskalaan adalah mengkuantitatifkan yang abstrak dan subjektif sehingga dapat diperlihatkan adanya kesamaan atau perbedaan.

Atau menciptakan sebuah garis panjang yang dibatasi dua titik dan responden diminta untuk meletakkan obyek pada titik yang berada di garis itu.

Skala dibutuhkan dalam penelitian bisnis untuk mengukur konsep-konsep (konstruk) di bidang penelitian bisnis yang seringnya rumit dan abstrak.

Skala Pengukuran Primer
Skala pengukuran primer terdiri dari empat skala, yaitu skala nominal, ordinal, interval, dan rasio.

1. Skala Nominal
Skala nominal memberikan makna pada angka/ nomor sebagai tanda untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi objek.

Dalam riset pemasaran, skala nominal digunakan untuk mengidentifikasikan produk, merk, model produk, responden.

Angka yang lebih besar tidak memilikki makna lebih tinggi atau lebih baik dari yang lebih kecil.

Kelanjutan materi ini kami tampilkan dalam screenshot powerpoint berikut ini:


Apabila pembaca menginginkan file tersebut, silakan mengirim permintaan ke iro.maruto@gmail.com (FREE!!!).

Saturday, May 10, 2014

Slide Materi: Model Marketing 3.0 Masa Depan

By With No comments:
Marketing 60 Tahun Terakhir: Retrospeksi Singkat
Tiga disiplin utama evolusi konsep marketing
1. Product Management (1950an-1960an)
Setelah perang dunia di tahun 1950an, sektor manufaktur menjadi pusat ekonomi, marketing hanya berfokus pada ilmu manajemen produk yang berupa:
Product --> membuat sebuah produk
Price --> Menentukan harganya
Promotion --> Melakukan Promosi
Place --> Merancang tempat distribusi

2. Customer Management (1970an-1980an)
Adanya dampak stagflasi karena harga minyak di tahun 70an, perekonomian menjadi tidak pasti karena pertumbuhan ekonomi sebagian besar pindah ke negara Asia. Untuk mendorong permintaan akan produk, marketing berubah dari murni level taktis menjadi lebih strategis dengan lebih berfokus pada pelanggan daripada produk.

3. Brand Management (1990an-2000an)
Titik awal globalisasi (1989), adanya komputer pribadi memasuki mainstream dan terciptanya internet sebagai penyebar informasi. Akibatnya konsep marketing berfokus pada emosi manusia berupa emotional marketing, experiental marketing dan brand equity dengan  tujuan untuk membidik hati konsumen


Kelanjutan artikel ini kami tampilkan dalam screenshot powerpoint berikut ini:
Slide Materi: Model Marketing 3.0 Masa Depan

Slide Materi: Model Marketing 3.0 Masa Depan

Apabila menginginkan softfile powerpoint tersebut, silakan kirim permintaan ke iro.maruto@gmail.com (FREE!!)

Tuesday, May 6, 2014

Mengapa Marketing 3.0?

By With No comments:
Selama bertahun-tahun, marketing telah berevolusi melalui tiga tahap yang disebut Marketing 1.0, 2.0 dan 3.0. Banyak pemasar saat ini masih menerapkan baik Marketing 1.0 maupun Marketing 2.0, dan beberapa diantaranya telah menerapkan Marketing 3.0. Peluang terbesar akan diperoleh oleh pemasar yang mempraktikkan Marketing 3.0.

Dahulu, selama era industri (ketika inti dari teknologi adalah mesin-mesin industri) marketing adalah tentang menjual output produk perusahaan kepada siapapun yang ingin membelinya. Produk yang dihasilkan itu adalah produk standar dan didesain untuk memenuhi permintaan massal.

Tujuannya adalah untuk menstandardisasi dan memenuhi skala produksi hingga biaya produksi terendah, sehingga produk-produk ini dapat dijual murah dan terjangkau oleh lebih banyak pembeli.

Mobil model T dari Henry Ford mewakili strategi ini; Ford berkata “Setiap pelanggan dapat memiliki mobil dengan warna apapun selama itu hitam”. Ini adalah era Marketing 1.0 atau era product-centric.

Marketing 2.0 hadir di masa teknologi saat ini (dimana intinya adalah teknologi informasi). Pekerjaan marketing tidak lagi sesederhana dulu. Konsumen zaman sekarang sangat mudah mendapat informasi dan membandingkan beberapa tawaran dari produk serupa. Nilai dari suatu produk ditentukan oleh konsumen.

Konsumen sangat berbeda dalam preferensi mereka. Pemasar harus membuat segmen pasar dan mengembangkan sebuah produk unggulan untuk target pasar tertentu. Aturan emas dari “pembeli adalah raja” sangat berguna bagi banyak perusahaan.

Konsumen merasa lebih baik karena kebutuhan dan keinginannya sangat diperhatikan. Konsumen dapat memilih dari berbagai macam alternatif dan karakteristik fungsional.

Sayangnya, pendekatan consumer-centric ini secara implisit menganggap bahwa konsumen adalah target pasif dari kampanye marketing. Ini adalah pandangan di era Marketing 2.0 atau era customer-oriented.

Marketing 3.0 berada pada era yang dipicu oleh nilai-nilai (values driven). Pemasar tidak meperlakukan orang semata-mata sebagai konsumen, namun melakukan pendekatan dengan memandang mereka sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan pikiran, hati, dan spirit.

Semakin banyak konsumen yang berusaha mencari solusi terhadap kegelisahan mereka untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Dalam dunia yang penuh dengan kebingungan, konsumen mencari perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan terdalam mereka dalam bidang sosial, ekonomi, dan keadilan lingkungan pada visi, misi dan nilai-nilainya. Dalam produk dan jasa yang dipilihnya, konsumen tidak hanya mencari pemenuhan fungsional dan emosional namun juga pemenuhan spirit.

Seperti hanlnya Marketing 2.0 yang berorientasi pada konsumen, Marketing 3.0 pun berusaha memenuhi kebutuhan konsumen. Namun, perusahaan yang mempraktikkan Marketing 3.0 memiliki visi, misi dan nilai-nilai yang lebih besar untuk dikontribusikan pada dunia; perusahaan berusaha memberikan solusi untuk menangani masalah di masyarakat.

Marketing 3.0 mengangkat konsep marketing ke dalam arena aspirasi, nilai-nilai dan human spirit. Marketing 3.0 meyakini bahwa konsumen adalah manusia lengkap, karena itu kebutuhan dan harapannya tidak boleh diabaikan. Maka, Marketing 3.0 melengkapi emotional marketing dengan human spirit marketing.

Sumber:
Kotler, Philip; Hermawan Kartajaya & Iwan Setiawan. 2010. Marketing 3.0. Jakarta: Erlangga.

Sunday, May 4, 2014

Konsep Dasar Emosi dan Motivasi

By With No comments:
Artikel “Konsep Dasar Emosi dan Motivasi” ini diambil dari buku Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, yang ditulis oleh Muhamad Irham & Novan Ardy Wiyani (2013: 56-57).

Emosi dan Motivasi merupakan keadaan atau gejala psikologis pada seorang individu. Adanya emosi menyebabkan seseorang merasakan senang, sedih, cemburu, cinta, aman, takut, semangat, dan sebagainya.

Sementara motivasi menyebabkan seseorang melakukan sesuatu dan bertahan dalam melakukannya. Emosi dan motivasi memiliki keterkaitan yang sangat erat.

Menurut Sri Rukmini dkk (2006: 11-12) motivasi merupakan keadaan atau kondisi probadi pada siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dengan tujuan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan siswa yang bersangkutan.

Dengan demikian, motivasi pada dasarnya merupakan motor penggerak dan pemberi arah serta tujuan yang hendak dicapai. Namun, konsep dasar dari pengertian motivasi yang juga penting adalah memberikan ketahanan untuk tetap berjalan pada tujuan yang akan dicapai sampai benar-benar tercapai.

Adanya motivasi yang tinggi pada seorang siswa untuk belajar dapat dilihat dari ketekunannya serta tidak mudah putus ada untuk mencapai kesuksesan yang diharapkan meskipun dihadang berbagai kesulitan.

Menurut Mc Donald dalam Oemar Hamalik (2003: 158) “motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”. Pengertian tersebut apabila diterjemahkan secara bebas berarti motivasi merupakan sebuah bentuk perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Pengertian tersebut menunjukkan adanya energi yang muncul serta munculnya suasana dan perasaan tertentu yang mendorong untuk melakukan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Motivasi belajar yang tinggi tercermin dalam ketekunan yang tidak mudah patah semangat atau pantang menyerah sebelum mendapatkan apa yang diinginkan. Motivasi yang tinggi dapat mengarahkan dan menggiatkan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar.

Motivasi yang tinggi akan sangat mungkin muncul pada siswa ketika adanya keterlibatan siswa yang tinggi dalam proses pembelajaran, adanya keterlibatan dan keaktifan siswa dalam belajar, dan adanya upaya dari guru untuk memelihara agar siswa senantiasa memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Oleh sebab itu, peran guru sangat penting untuk memperhatikan kondisi siswa terutama emosi dan motivasi yang dimiliki siswa. Emosi yang tidak mendukung hanya akan menyebabkan proses pembelajaran justru menjadi kurang berhasil.

Sumber:
Muhamad Irham & Novan Ardy Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia.

Thursday, May 1, 2014

Perbandingan Teori Perilaku Konsumen dengan Produsen

By With No comments:
Artikel yang telah lalu pernah membahas tentang Teori Perilaku Konsumen, pada artikel ini kita akan membahas tentang perbandingan antara Teori Perilaku Konsumen dengan Teori Perilaku Produsen.

Teori Perilaku Produsen memiliki banyak analogi dengan Teori Perilaku Konsumen. Misalnya, bila konsumen mengalokasikan dananya untuk konsumsi, produsen mengalokasikan dananya untuk penggunaan faktor produksi atau yang akan diproses menjadi output.

Karena itu, bila keseimbangan konsumen terjadi pada saat seluruh uangnya habis untuk konsumsi, keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh anggaran habis terpakai untuk membeli faktor produksi.

Dalam mengonsumsi barang berlaku “The Law of Diminishing Marginal Utility”, sedangkan dalam penggunaan faktor produksi berlaku “The Law of Diminishing Return

The Law of Diminishing Return ini dirumuskan oleh ahli ekonomi aliran Klasik, yaitu David Ricardo. Bunyi hukum ini adalah:
“Apabila sejumlah faktor produksi yang tidak tetap (variable factors), seperti tenaga kerja, ditambahkan secara terus-menerus kepada faktor produksi tetap (fixed factor) seperti tanah, maka mulai titik tertentu akan menunjukkan adanya kenaikan hasil produksi yang kurang dari sebanding”

Contoh:
Misalnya sebidang tanah seluas 300m2, mempunyai kapasistas dikerjakan oleh 3 orang petani. Ketika, yang mengerjakan sawash tersebut terus ditambah melebihi kapasitas (>3) maka hasil yang didapat justru akan menurun.

Coba dilogika saja, pasti bisa dipahami. Sawah yang hanya 300m2 apabila dikerjakan oleh 10 orang petani, dan mungkin terus ditambah menjadi 11, 12, 13 dan seterusnya, pasti hasil yang diperoleh justru menurun atau tidak sebanding antara hasil yang diperoleh dengan biaya untuk membayar petani tersebut.

Seperti halnya dalam Teori Perilaku Konsumen, dalam Teori Perilaku Produsen, seorang produsen juga memiliki pengetahuan yang lengkap (perfect knowledge) atas faktor produksi yang dibelinya.

Akhirnya, bila konsumen berupaya mencapai kepuasan maksimum, maka produsen berupaya mencapai tingkat produksi maksimum. Pemahaman Teori Perilaku Konsumen akan memudahkan pemahaman mengenai Teori Perilaku Produsen.

Sumber:
Prathama Rahardja & Mandala Manurung. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi. Jakarta: FE Universitas Indonesia.