Sunday, December 14, 2014

Unsur-unsur Komunikasi

By With No comments:
Pada artikel sebelumnya telah dijelaskan bahwa komunikasi itu merupakan suatu proses penyampaian ide, gagasan, pikiran dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang.

Dari batasan komunikasi tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa komunikasi yang terjadi itu paling tidak akan melibatkan, seseorang yang menyampaikan ide, ide itu sendiri atau berita yang disam-paikan, alat yang digunakan untuk menyampaikan ide dan orang yang menerima berita.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi itu akan terdiri dari 4 (empat) unsur. Keempat unsur (komponen) komunikasi tersebut adalah:

1. Komunikator
Yaitu sumber atau asal komunikasi. Atau dengan kata lain seseorang yang menyampaikan prakarsa untuk berkomunikasi. Dalam bahasa lain juga dapat disebut sebagai orang yang menyampaikan berita.

2. Berita
Artinya pengertian dari komunikator yang penyampaiannya diubah menjadi lambang. Adapun lambang tersebut dapat berupa gerakan, suara, sinar atau bahasa manusia (bahasa lisan maupun tertulis). Lambang yang berupa gerakan, suara, dan sinar dimiliki pula oleh binatang. Seperti suara gangsir dalam liangnya bermaksud memanggil betinanya. Sedangkan bahasa yang menggunakan nama-nama dari setiap benda, perbuatan, perasaan, hubungan dan lain sebagainya hanya dimiliki oleh manusia.

3. Saluran
Yang dimaksud saluran dalam komunikasi adalah sarana tempat berlalunya lambang-lambang tersebut. Saluran tersebut berupa pendengaran, untuk berlakunya lambang yang berupa suara. Penglihatan untuk berlakunya lambing yang berupa sinar atau pemantulan sinar. Penciuman untuk berlakunya lambang-lambang yang berupa bau-bauan dan rabaan untuk lambang-lambang yang berupa rangsang rabaan.

Sumber gambar: yunitekpend.blogspot.com
4. Reseptor
Yaitu orang yang menerima berita  (lambing pengertian). Atau dengan lain perkataan reseptor adalah sasaran dari komunikasi (komunikan). Lambang-lambang pengertian yang disampaikan oleh komunikator tersebut oleh reseptor (penerima) diterjemahkan atau ditafsirkan.

Adapun penerimaan tersebut dapat melalui pendengaran, penglihatan dan sebagainya. Sebagai contoh gerakan tangan lurus ke depan dengan tapak jari lurus ke atas, oleh reseptor (penerima berita) ditafsirkan sebagai menyuruh berhenti. Sinar lampu merah yang ada di perempatan jalan juga ditafsirkan menyuruh berhenti dan lain sebagainya.

Komunikasi tersebut akan dikatakan berhasil jikalau tafsiran (terjemahan) reseptor/penerima dapat menerima maksud si komunikator. Bila tidak, maka komunikasi tersebut belum dikatakan berhasil. Sebagai contoh ada seorang dari daerah Surakarta yang bekerja di Cirebon, la mondok di rumah orang Cirebon asli.

Pada waktu sore hari ibu tuan rumah berkata, "Nak monggo menawi bade glelengan". Orang dari daerah Surakarta tersebut rnendengar kata gelengan tersebut terkejut. Sebab glelengan menurut orang Jawa (Surakarta) adalah kurang ajar. Ternyata menurut bahasa Cirebon glelengan artinya (mempunyai makna) tiduran. Contoh serupa seperti amis bahasa Sunda berarti manis, sedangkan bahasa Jawa amis memiliki arti bau ikan yang tidak sedap rasanya. Dan masih banyak lagi contoh-contoh serupa.

Sumber:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. (Dosen S-1 dan S-2 Pendidikan Ekonomi FKIP UNS) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perkantoran

Sunday, December 7, 2014

Pengertian Organisasi

By With No comments:
Istilah organisasi berasal dari bahasa Inggis organization dan atau istilah bahasa Latin organum, yang berarti alat, bagian, atau anggota badan. Yang kemudian oleh beberapa ahli dapat didefinisikan sebagai beikut:

Menurut James D. Mooney
Organisasi adalah setiap bentuk perserikatan untuk mencapai maksud bersama.

Menurut Dwight Waldo
Organisasi adalah struktur antar hubungan pribadi yang berdasarkan wewenang formal dan kebiasaan di dalam suatu system administrasi.

Menurut Harold Kontz & Doonell
Organisasi adalah hubungan structural dengan mana sesuatu perusahaan dipersatukan dalam rangka kerja, dan ikhtiar perseorangan dikoordinasikan.

Menurut Dr. SP. Siagian, MPA
Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta terikat secara formal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan mana terdapat seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.

Dalam pengertian sehari-hari, istilah organisasi diartikan menjadi:
1. Organisasi dalam arti statis, adalah kerangka hubungan antara orang-orang yang tergabung, dan yang bergerak ke arah usaha untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi organisasi dalam arti statis atau sebagai wadah ini merupakan gambaran secara skematis tentang struktur dari pada bagian-bagian dari suatu badan atau lembaga. Gambaran ini dapat dilihat dengan indera mata dengan bantuan bagan organisasi. 


2. Organisasi dalam arti dinamis, adalah suatu proses penentuan bentuk dan pola dari sesuatu organisasi, yang ujud dari kegiatan-kegiatannya meliputi: pembagian pekerjaan, pembatasan tugas-tugas, pembatasan kekuasaan dan tanggung jawab, beserta pengaturan hubungan antar bagian di dalam lembaga atau badan yang bersangkutan.

3. Organisasi dalam arti badan atau lembaga, adalah sekelompok orang yang tergabung dan terikat secara formal dalam system kerja sama untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi suatu perusahaan misalnya, yang dimiliki dan diusahakan oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan (mencari laba) adalah organisasi.

Begitu pula sekelompok siswa (OSIS) yang bekerja sama mencapai tujuan tertentu juga organisasi. Pendek kata, kapan saja, dimana saja dalam kondisi dan keadaan apapun apabila ada sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan timbulah apa yang disebut organisasi dalam arti yang terakhir ini. Pengertian organisasi yang terakhir ini, di dalam arti statis dan dinamis.

Sumber:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. (Dosen S1 dan S2 Pendidikan Ekonomi FKIP UNS) dalam bukunya yang berjudul “Fungsi Manajemen”.

Friday, December 5, 2014

Tujuan Diterapkannya Otonomi Daerah Bidang Pendidikan

By With No comments:
Berkaitan dengan tujuan otonomi daerah bidang pendidikan, the Dutch inistry of Education and Science menyatakan bahwa desentralisasi yang diterapkan di Belanda bertujuan untuk “increasing the autonomy of school”.

Di samping itu, otonomi daerah bidang pendidikan juga merupakan “an attempt to improve the deployment of resources to combat educational disadvantages”. Melalui otonomi daerah bidang pendidikan, keterlibatan pemerintah daerah, masyarakat dan sekolah akan lebih banyak dalam pengambilan keputusan.

Smith dan Purkey menyatakan bahwa “by moving decision-making and accountability closer to the child and classroom, education will improve”. Hal serupa juga dikemukakan oleh Stinnette bahwa “Decentralization is designed to bring decision-making closer to the student and the learning environment of the classroom”.

Sedangkan dalam konteks otonomi daerah bidang pendidikan di Indonesia, Sidi menyatakan bahwa:
“Otonomi daerah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerataan, keadilan, demokratisasi, dan penghormatan terhadap nilai-nilai bduaya lokal serta menggali potensi dan keragaman daerah, bukan untuk memindahkan masalah dari pusat ke kabupaten/ kota. Demikian juga otonomi (sistem dan pengelolaan) pendidikan bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat yang menjadi beban pemerintah pusat ke kabupaten/ kota.”

Jika dicermati, tujuan otonomi daerah bidang pendidikan yang diterapkan di beberapa negara secara spesifik hampir tidak ada yang sama persis.

Sumber gambar: 107fm.pasuruankab.go.id
Namun demikian, secara umum tujuan desentralisasi pendidikan kurang lebih sama, yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pemberdayaan pemerintah daerah, sekolah dan masyarakat, dan penyelenggaraan pendidikan yang transparan dan akuntabel.

Sumber:
Baedhowi. 2009. Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan: Konsep Dasar dan Implementasi. Semarang: Pelita Insani.

Alasan Diterapkannya Otonomi Daerah Bidang Pendidikan

By With No comments:
Di beberapa negara, otonomi daerah bidang pendidikan terjadi karena adanya beberapa tuntutan mendasar, sebagai berikut:
  1. Demands from powerful constituencies – in particular parent, community groups, legislators, business, and in some instances, teachers’ unions – for (a) more input into and control over the schooling process and (b) tougher accountability measures. 
  2. Strong agreement among these constituencies that the current educational structure is not working well for increasing numbers of students 
  3. The inability of massive bureaucracies – with their characteristic centralized policies, common work rules, and top-down decision-making structures – to respon effectively to the widely needs of local schools and communities 
  4. The rapidly changing nature of work and the workplace and the concomitant perception that schools are not keeping pace with the current demands of society 
  5. Growing competition for public school dolars and student from the advocates for school choice, vouchers, and privatization
Alasan mendasar yang dikemukakan oleh Stinettee, antara lain adanya keinginan orang tua, masyarakat, pihak swasta dan pemerintah daerah untuk ikut terlibat dalam pengelolaan pendidikan yang merupakan respon atas kelemahan penyelenggaraan pendidikan yang menganut sistem pusat (centralizes system). Selain itu, tuntutan otonomi daerah bidang pendidikan juga didasari adanya persepsi bahwa selama ini sekolah kurang dapat menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat.

Alasan lain yang mendasari perlunya otonomi daerah bidang pendidikan juga disebutkan dalam laporan yang diterbitkan oleh The Danish Government.
It is the aim of this decentralization to make the education system more flexible. The individual educational institution or the individual municipality is free to make its own priorities with regard to the allocated funds without being committed by central framework and accounts. Generally speaking, the decentralization is to improve the quality of the programmes and support an optimal resource allocation.
Sumber gambar: jakarta.kompasiana.com
Laporan ini menyatakan beberapa alasan perlunya otonomi daerah bidang pendidikan, antara lain keinginan masyarakat agar sistem pendidikan lebih fleksibel, dan keinginan pemerintah daerah serta lembaga pendidikan agar dapat secara bebas mengelola dan melaksanakan pendidikan sesuai dengan prioritas dengan memeprtimbangkan ketersediaan dana tanpa harus sepenuhnya bergantung kepada aturan-aturan teknis yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Sejalan dengan pendapat di atas, Muta juga menyatakan bahwa alasan atau tujuan otonomi daerah bidang pendidikan, antara lain untuk memberikan pelayanan pendidikan yang lebih fleksibel, memberikan kewenangan dan tanggung jawab pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan pada tingkat sekolah. Lebih lanjut Muta menyatakan “The objective was provide sufficient flexibility and local control of the school level to stimulate creativity, individual initiative and entrepreneurship among the new generation o student”. 


Sumber:
Baedhowi. 2009. Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan: Konsep Dasar dan Implementasi. Semarang: Pelita Insani.

Sunday, November 30, 2014

Asal Kata dan Definisi Komunikasi

By With No comments:
Asal Kata Istilah Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare yang berarti menyebarluaskan atau memberitahukan. Dari perkataan communicare tersebut, maka terjemahan kata communis / communal yang mengandung arti milik bersama atau kebersamaan yang secara umum dapat dikatakan sebagai berlaku di mana-mana/umum sifatnya.

Dalam bahasa Inggris istilah yang mempunyai arti identik dengan itu adalah "communication" yang diartikan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti. Dari istilah bahasa Inggris communication itulah yang kemudian terjadilah kata komunikasi yang diartikan sebagai suatu kegiatan untuk menyampaikan ide, pikiran, gagasan dari seseorang kepada orang lain.

Definisi Komunikasi
Hampir di setiap media komunikasi (surat kabar, majalah dsb.) banyak kita jumpai adanya berbagai macam informasi, baik itu berupa pemberitahuan, ajakan maupun himbauan. Misalnya pemberitahuan tentang kasus korupsi, himbauan dari Bapak Gubernur Jawa Tengah tentang penegakan disiplin, dan lain sebagainya. Ini semua adalah merupakan manifestasi (wujud) dari kegiatan komunikasi.

Bertitik tolak dari hal di atas, maka timbullah prakarsa (keinginan) untuk menjelaskan apa sebenarnya komunikasi itu.

1. Menurut Ensiklopedi Administrasi
Communication (komunikasi) adalah suatu proses penyam-paian berita dan ide dari suatu sumber berita ke suatu tempat tujuan.

2. Philip Astrid S. Susanto dalam bukunya yang berjudul "Komunikasi dalam teori dan Praktek".
Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti.

Sumber gambar: m.kabar24.com
3. Menurut C J Houland
Komunikasi diartikan sebagai rangsangan-rangsangan yang biasanya dengan lambang kata-kata dengan maksud untuk mengubah sikap orang lain.

4. Menurut Oxford Dictionary
Communication is the sending or exchange of information idea, etc. Yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih pengiriman atau tukar menukar informasi, ide, dan sebagainya.

5. Keith Davis dalam bukunya yang berjudul "Human Relations at Work".
Communication is the process of passing information and understanding from one person to another. Yang kurang lebih mengandung arti komunikasi adalah proses jalur informasi dan pengertian dari seseorang ke orang lain.

6. Benny Kaluku
Komunikasi adalah proses penyampaian pengertian dan mengandung semua unsur prosedur yang dapat mempertemukan suatu pemikiran dengan pemikiran lainnya.

7. Communicative Skill (Air University USA)
Communication is the process that has three components. The first is a communicator, some one with a meaning to transmits. The second is a symbol to transmit the meaning. The third is a receptor some one to receive the symbol and translate it into meaning. Artinya kurang lebih komunikasi adalah suatu proses yang mempunyai tiga komponen. Pertama, komunikator yaitu seseorang yang memindahkan arti. Kedua simbol untuk memindahkan arti. Ketiga penerima yaitu seseorang yang menerima simbol dan menterjemahkan artinya.

Dari beberapa definisi komunikasi seperti tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa:
  1. Komunikasi itu merupakan suatu penyampaian pengertian dari seseorang kepada orang lain 
  2. Penyampaian tersebut menggunakan berbagai macam lambang 
  3. Penyampaian tersebut merupakan suatu proses
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa komunikasi itu merupakan penyampaian pengertian dari seseorang kepada orang Iain, dengan menggunakan berbagai macam lambang-lambang dan penyampaian tersebut merupakan suatu proses. Atau dengan kata lain, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian ide, pengertian, gagasan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan berbagai macam lambang.

Sumber:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. (Dosen S-1 dan S-2 Pendidikan Ekonomi FKIP UNS)
dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perkantoran

Saturday, November 29, 2014

Pengertian Garis Anggaran (Kendala Anggaran)

By With No comments:
Kita mengenal istilah Garis Anggaran pada mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi, khususnya pada Bab Teori Pilihan Konsumen (The Theory of Consumer Choice).

Lalu, apa yang dimaksud dengan Garis Anggaran tersebut??
Menurut Mankiw (2012: 440) Garis Anggaran adalah “the limit on the consumption bundles that a consumer can afford”. Apabila diterjemahkan, kurang lebih: Garis Anggaran adalah berbagai kemungkinan kombinasi konsumsi yang mampu diperoleh konsumen dengan pendapatannya.

Pada dasarnya setiap orang pasti menginginkan konsumsi yang banyak dan berkualitas tinggi, karena hal tersebut memang sudah menjadi sifat dasar manusia. Namun, keinginnya tersebut tidak akan selalu terpenuhi karena pengeluaran manusia dibatasi oleh anggaran yang dimiliki. Itulah sebabnya Garis Anggaran sering juga disebut dengan “Kendala Anggaran”.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Mankiw (2012: 440) bahwa “most people would like to increase the quantity or quality of the goods they consume—to take longer vacations, drive fancier cars, or eat at better restaurants. People consume less than they desire because their spending is constrained, or limited, by their income”.

Contoh:
Tabel 1. Berbagai Kombinasi yang Dapat dipilih Oleh Konsumen
Mie Ayam (mangkuk)
Jus Alpukat (gelas)
Uang untuk Membeli Mie Ayam (Rp)
Uang untuk Membeli Jus Alpukat (Rp)
Total Pengeluaran (Rp)
0
10
0
50.000
50.000
1
9
5.000
45.000
50.000
2
8
10.000
40.000
50.000
3
7
15.000
35.000
50.000
4
6
20.000
30.000
50.000
5
5
25.000
25.000
50.000
6
4
30.000
20.000
50.000
7
3
35.000
15.000
50.000
8
2
40.000
10.000
50.000
9
1
45.000
5.000
50.000
10
0
50.000
0
50.000

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa terdapat 11 kombinasi konsumsi yang dapat dipilih oleh konsumen. Pada dasarnya konsumen pasti menginginkan semuanya maksimal (10 mangkuk mie ayam dan 10 gelas jus alpukat) tetapi manusia dibatasi oleh anggarannya yaitu sebesar Rp50.000,00 sehingga konsumen hanya mampu mengkonsumsi mie ayam dan jus alpukat sesuai 11 kombinasi pada tabel 1 di atas.

Apabila tabel tersebut digambarkan dalam sebuah kurva, maka kurva tersebut akan mirip dengan kurva permintaan yang memiliki slope negatif. Berikut ini kurva Garis Anggaran tersebut:


Berbagai titik pada garis anggaran mengindikasikan kombinasi konsumen atau trade-off antara dua barang (dalam hal ini adalah mie ayam dan jus alpukat). Ketika seorang konsumen meningkatkan jumlah mie ayam yang dibeli, konsumen tersebut harus mengurangi jumlah jus alpukat yang dibeli dan sebaliknya.


Referensi:
Mankiw, N. Gregory. 2012. Principles of Microeconomics: 6th Edition. South-Western Cengage Learning.

Monday, November 24, 2014

Konsep Otonomi Daerah Bidang Pendidikan

By With No comments:
Beberapa teori yang mendasari perlunya otonomi daerah bidang pendidikan, antara lain (1) teori ekonomi neo-liberal, dan (2) teori organisasi.

Jouen, et al  menyatakan bahwa dalam pengelolaan pendidikan perlu mempertimbangkan impact dari teori ekonomi neo-liberal yang mendukung privatisasi sektor publik dan strategi pengelolaan manajemen yang melibatkan semua stakeholder.

Teori ekonomi neo-liberal Nampak sejalan dengan pemberlakukan otonomi daerah bidang pendidikan sebagai jawaban atas centralized system yang selama ini dirasakan kurang efektif dan efisien.

Privatisasi dalam teori ekonomi neo-liberal dapat diartikan bahwa kewenangan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan perlu diserahkan kepada pemerintah derah (dan publik) dan bukan lagi didominasi oleh pemerintah pusat.

Teori kedua yang mendasari otonomu daerah bidang pendidikan adalah teori organisasi. Sebagaimana dinyatakan oleh Murphy dalam Phillips  bahwa:
Organizational theory suggest that in decentralization, employees that are responsible for decision and are empoweres to make decisions have more control ever therir work and are accountable for their decisions. The effectiveness of organization is improved because the employee, who deals with and knows the client, can alter the product or service to meet the client’s needs.
Teori ini menekankan bahwa apabila mereka yang bertanggun jawan terhadap pengambilan keputusan (termasuk pemerintah daerah – kabupaten/ kota) diberi kesempatan dan diberdayakan untuk mengambil keputusan dan mengurus kebutuhan mereka, mereka akan lebih accountable dan organisasi tersebut akan lebih efektif, karena mereka lebih tahu program dan kebutuhan mereka sendiri.

Sumber gambar: aryzdhum.wordpress.com
Dalam konteks organisasi kependidikan, jika pengambilan keputusan hanya dilakukan oleh para pimpinan (pemerintah pusat) pada umumnya tidak akan efektif dan efisien karena pemerintah pusat belum tentu mengetahui kebutuhan dan permasalahan pendidikan yang ada di daerah dan sekolah, sehingga seringkali kebijakan dan program yang ditetapkan tidak tepat waktu dan tidak tepat sasaran.

Teori organisasi ini menekankan perlunya pengambilan keputusan secara partisipatif, dan sejalan dengan otonomi daerah bidang pendidikan yang memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada pemerintah daerah, dengan harapan akan mampu meningkatkan kualitas layanan pendidikan kepada publik.

Sumber:
Baedhowi. 2009. Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan: Konsep Dasar dan Implementasi. Semarang: Pelita Insani.

Sunday, November 23, 2014

Pengertian Pembimbingan (Directing)

By With No comments:
Ada beberapa istilah yang dapat digunakan untuk menggantikan fungsi ini antara lain actuating, commanding, motivating, dan lain sebagainya.

Perwujudan dari kegiatan yang dikonotasikan dengan berbagai istilah yang mungkin sangat bersifat asasi ini, pada umumnya mengakui bahwa manifestasi dai aktivitas itu meliputi serangkaian proses kegiatan untuk menggerakkan, membimbing, mengarahkan, dan memberi motivasi kepada orang-orang dalam organisasi (terutama pelaksana) untuk mengelola alat-alat dan fasilitas yang ada ke arah usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Di dalam karya ini, unuk mengungkapkan kegiatan-kegiatan fungsi ketiga manajemen itu dengan menggunakan istilah pembimbingan (directing), yang dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan untuk membei peintah, membimbing, mengarahkan, dan memberi dorongan kepada para bawahan agar mereka tahu, mau, dan suka bekerja demi tercapainya tujuan organisasi.

Jelas bahwa sasaran fungsi ini adalah untuk menimbulkan kemauan kesukaan, dan membuat agar mereka tahu bekerja dan atau mau suka menjalankan tugas pekerjaannya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Umumnya mereka mau dan suka bekerja apabila mereka mengerti dengan sadar akan alasan-alasan maupun tujuan dari pada pekerjaan dipertanggungjawabkan kepadanya. Untuk menimbulkan kemauan dan kesukaan, mereka diberi pengertian dan kesadaran akan alasan-alasan dari pada pekerjaan yang mereka akan lakukan.

Sumber gambar: ent-nts.ca
Tugas semacam ini lazim disebut tugas untuk memberi dorongan lihat atau motivating. Dan mereka agar tahu pekerjaan, mereka harus dibimbing dan diarahkan pada pekerjaan tersebut. Tugas untuk membimbing disebut "leading", dan tugas untuk memberi pengarahan lazim disebut dengan istilah "directing. "

Jadi fungsi pembimbingan itu, di dalamnya harus bersenyawa unsur-unsur yang meliputi:  
  1. Memeintah orang-orang (actuating)  
  2. Membimbing atau memimpin (leading) 
  3. Mengarahkan kegiatan (directing) 
  4. Memberi dorongan (motivating)
Unsur yang pertama, merupakan kegiatan untuk memberikan komando atau instruksi kepada orang-orang agar mereka bekerja/melakukan tugasnya. Yang kedua, merupakan kegiatan untuk memberi contoh-contoh atau teladan, teknik, dan metode kerja untuk anak buahnya. Sedang unsur yang ketiga, berupa kegiatan untuk mengarahkan orang-orang dengan jalan memberikan petunjuk-petunjuk atau kebijaksanaan yang benar, jelas, dan tegas.

Adapun yang terakhir, berupa kegiatan untuk memberikan pengertian kepada orang-orang agar mengerti motif-motif, alasan-alasan yang mendorong timbulnya kemauan untuk bekerja dengan baik.

Sumber:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. (Dosen S-1 dan S-2 Pendidikan Ekonomi FKIP UNS)
Dalam bukunya yang berjudul “Fungsi Manajemen”

Friday, November 14, 2014

Peran dan Literasi Visual dalam Pembelajaran

By With 1 comment:
Peran Visual dalam Pembelajaran
Salah satu peranan visual dalam pembelajaran adalah sebagai sarana untuk menyediakan atau memberikan refensi yang konkret tentang sebuah ide, kata-kata tidak dapat mewakili dan menyuarakan benda karena visual bersifat iconic (tanpa kata sudah menunjukan arti), oleh karena itu setiap kata memiliki kesamaan dengan benda yang di rujuk. 

Beberapa manfaat visual dalam pembelajaran antara lain visual dapat memotivasi peserta didik dengan cara menarik perhatian mereka, mempertahankan perhatian serta mendapatkan respon-respon emosional.

Selain itu visual juga dapat menyederhanakan informasi yang sulit untuk di jelaskan dengan kata-kata, dengan kata lain , peranan visual dalam pembelajaran termasuk penting untuk mendukung informasi tertulis dan informasi lisan.

Literasi Visual
Literasi visual merupakan kemampuan belajar untuk menafsirkan pesan visual secara akurat dan untuk membuat pesan tersebut.

Pendekatan utama dalam dalam pengembangan literasi visual antara lain:
  1. Strategi input: membantu peserta didik untuk memecahkan kode, atau “membaca” visual secara mahir dengan mempraktekan keterampilan analisis visual. (Misalnya, melalui analisis gambar dan diskusi film dan program video). 
  2. Strategi output: membantu peserta didik untuk mengkodekan, atau "menulis'', visual, untuk mengekspresikan diri mereka dan berkomunikasi dengan orang lain. (Misalnya, melalui perencanaan dan memproduksi presentasi foto dan video)
Sumber gambar: ardansirodjuddin.wordpress.com
Decoding: Menafsirkan Visual
Dengan melihat sebuah tampilan secara visual tidak secara otomatis menjamin bahwa peserta didik akan belajar dari tampilan tersebut. Peserta didik harus dibimbing untuk dapat mewakili pemikiran yang jelas dan benar tentang penampilan visual tersebut. Salah satu aspek dari literasi visual adalah keterampilan menafsirkan dan menciptakan makna dari rangsangan di sekitarnya.
  1. Efek Perkembangan - Banyak variabel yang mempengaruhi peserta didik untuk  dapat memaknai  sebuah tampilan visual.
  2. Efek Budaya - Dalam mengajar, harus disadari bahwa kemampuan peserta didik untuk menginterprestasikan sebuah tampilan visual dapat diperbarui oleh latar belakang kebudayaan 
  3. Preferensi Visual - Dalam memilih visual, guru harus membuat pilihan yang tepat antara macam visual yang disukai dan yang paling efektif.
Encoding: Menciptakan visual
Aspek literasi visual adalah penciptaan peserta didik melalui presentasi visual. Sama seperti menulis dapat memacu membaca, memproduksi media bisa sangat efektif dalam memahami media.

Literasi Visual dalam Pendidikan
Program pendidikan literasi visual dirancang untuk anak-anak dari prasekolah sampai sekolah tinggi dan mencakup baik encoding dan decoding dari informasi visual di semua media. Guru didorong untuk berpikir secara visual dan untuk memusatkan perhatian siswa pada aspek visual buku teks dan buku cerita saat membaca. Produksi media, desain komputer, dan keterampilan berpikir kritis dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk bekerja dan berhasil.