Saturday, June 29, 2013

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

By With 1 comment:
Prestasi belajar tiap siswa berbeda-beda. Materi yang diajarkan sama, guru yang mengajar sama dan strategi yang diterapkan sama belum tentu menghasilkan prestasi belajar yang sama.

Sebagian sudah mencapai hasil yang  optimal, rata-rata dan ada juga siswa yang mendapatkan prestasi belajar yang masih rendah. Guru diharapkan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor intern maupun ekstern. Hal ini senada dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006) prestasi belajar dipengaruhi faktor intern dan faktor  ekstern. Kedua faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, faktor intern adalah faktor yang dialami dan dihayati secara langsung siswa dan berpengaruh terhadap proses pembelajaran dalam pencapaian prestasi belajar. Faktor intern ini meliputi: 1) sikap siswa terhadap belajar, 2) motivasi belajar, 3) konsentarasi belajar, 4) kemampuan mengolah bahan belajar, 5) kemampuan menyimpan perolehan prestasi belajar, 6) kemampuan menggali prestasi belajar yang telah tersimpan, 7) kemampuan berprestasi atau unjuk prestasi belajar, 8) rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar dan kebiasaan belajar.

Kedua, faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa mempengaruhi prestasi belajar, antara lain: 1) guru sebagai pembimbing belajar siswa, 2) sarana dan prasarana belajar, 3) kondisi pembelajaran, 4) kebijakan penilaian, 5) kurikulum yang diterapkan, 6) lingkungan sosial siswa. 


Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu dalam diri siswa (intern) dan faktor yang berasal dari luar siswa (ekstern). Kedua faktor tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa apabila mempunyai hubungan positif dalam proses pembelajaran, dan sebaliknya prestasi belajar siswa  akan menurun apabila mempunyai hubungan negatif dalam proses pembelajaran.

Syah (2010) menjelaskan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
  1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), keadaan jasmani dan rohani dalam diri siswa.
  2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), kondisi lingkungan disekitar siswa 
  3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan dan mempelajari materi pelajaran yang berbeda.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal atau faktor dalam diri siswa, faktor eksternal atau faktor dari luar siswa dan faktor pendekatan belajar (approach to learning).

Sunday, June 23, 2013

Teori Medan dan Belajar Sosial

By With No comments:
Memandang bahwa tingkah laku dan atau proses kognitif adalah suatu fungsi dari banyak variabel yang muncul secara simultan (serempak). Perubahan pada diri seseorang bisa mengubah hasil keseluruhan.

Kurt Lewin (1890-1947) menjelaskan bahwa tingkah laku manusia dalam suatu waktu ditentukan oleh keseluruhan jumlah fakta psikologis yang dialami dalam waktu tersebut.

Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh.
1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat
2. Komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.
3. Hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
4. Dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.
Teori Peniruan
Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku (modeling). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak-anak untuk menirukan tingkah laku membaca.

Kesimpulan:
Dalam menyampaikan materi guru atau pendidik hendaknya memberikan contoh yang baik baik siswanya, misalnya guru berperilaku sopan, guru memberikan kesempatan yang sama bagi siswa untuk mengutarakan pendapatnya kemudian guru memberikan reward bagi mereka yang berani menyampaikan pendapat, sehingga nantinya akan merangsang siswa lain untuk berpendapat.

Tuesday, June 18, 2013

Pengertian Koperasi

By With No comments:
Salah satu bentuk LKM di Indonesia adalah koperasi. Koperasi sebagai bagian dari LKM tentu memiliki peran dan permasalahan yang secara umum sama dengan LKM itu sendiri.

Berikut akan dibahas secara khusus mengenai LKM bukan bank yaitu koperasi. Secara harfiah, koperasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu coperation yang terdiri dari dua suku kata yaitu co yang berarti bersama dan operation yang berarti bekerja.

Jadi, koperasi berarti bekerja sama, sehingga setiap bentuk kerja sama dapat disebut koperasi. Menurut Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia, dalam Sriyanto (2010) “Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan seorang untuk semua dan semua untuk seorang”.

Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992  tentang Perkoperasian Indonesia, disebutkan pada pasal 1 bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu:
1. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi;
2. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi yang memiliki lingkup lebih luas.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 paragraf 1 (SAK: 2004), menyatakan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya”.

Dari beberapa pengertian koperasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa koperasi adalah asosiasi orang orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar prinsip prinsip koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya.

Asosiasi berbeda dengan kelompok, asosiasi terdiri dari orang orang yang memiliki kepentingan yang sama, lazimnya yang menonjol adalah kepentingan ekonomi.

Dari berbagai pengertian tersebut, dapat diketahui pula ciri khas yang terkandung dalam koperasi yaitu :
  1. Koperasi merupakan kumpulan orang-orang dan bukan modal. Ini berarti bahwa koperasi benar-benar mengabdi kepada kemanusiaan bukan pada kebendaan. 
  2. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar kepentingan ekonomi yang sama. 
  3. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai Pancasila untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan, dan demokrasi. 
  4. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota.
  5.  Koperasi Indonesia bekerja sama, bergotong-royong berdasarkan persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban, yang berarti bahwa koperasi merupakan modal demokrasi ekonomi dan sosial. Karena dasar koperasi ini, maka koperasi adalah milik para anggotanya. 
  6. Koperasi Indonesia adalah Gerakan Ekonomi Rakyat.

Konsep Dasar Manajemen Pemasaran

By With No comments:
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.

Manajemen Pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan target pembeli untuk mencapai sasaran organisasi.

Tugas Manajemen Pemasaran
Menarik pelanggan baru merupakan tugas penting, tetapi fokus telah bergeser ke arah mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan membina hubungan jangka panjang.

Filosofi Manajemen Pemasaran
1. Konsep Produksi    
2. Konsep Produk
3. Konsep Penjualan      
4. Konsep Pemasaran
5. Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial
Falsafah Baru Pemasaran
Perusahaan yang berpusat pada pelanggan adalah sebuah perusahaan yang memfokuskan pada pengembangan pelanggan dalam merancang strategi pemasaran dan menyerahkan nilai superior kepada pelanggan sasarannya.

Kelanjutan materi ini dapat dilihat dalam screenshot powerpoint di bawah ini:



Apabila anda ingin mendapatkan file powerpoint tersebut, silakan kirim permintaan ke iro.maruto@gmail.com (FREE!!!).

Sunday, June 16, 2013

Posisi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Nasional

By With No comments:
Keberadaan dan pentingnya pendidikan karakter bagi para peserta didik sebagai generasi penerus bangsa tentu saja bukan sesuatu yang tanpa dasar. Mengakar pada kesepakatan para founding fathers kita saat mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka dasar filosofinya tentu saja Pancasila.

Tujuan utamanya ingin membentuk manusia Indonesia yang ber-Pancasila. Manusia yang ber-Pancasila artinya manusia yang dapat memiliki dan menghayati nilai yang terkandung dalam kelima sila pada Pancasila serta mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti yang tertuang dalam tujuan Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Tahun 2010-2025, yaitu:
membina dan mengembangkan karakter warga Negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Pemerintah Republik Indonesia dalam Damiyati Zuchdi dkk, 2013: 24).
Dasar hukum dalam pembinaan pendidikan karakter antara lain (Panduan Pendidikan Karakter untuk SMP, Dikdasmen, Kemendiknas, 2010):
  1. Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen 
  2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
  3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan 
  4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan 
  5. Permendiknas No 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan
  6. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi 
  7. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan 
  8. Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional 2010-2014 
  9. Renstra Kemendiknas Tahun 2010-2014 
  10. Renstra Direktorat Pembinaan SMP Tahun 2010 – 2014 
Betapa dianggap pentingnya pendidikan karakter ini bagi kemajuan bangsa dan Negara Indonesia sehingga semua kalangan tidak hanya di dunia pendidikan, diberikan tanggung jawab yang sama untuk mengembangkan pendidikan karakter.
Pentingnya pendidikan karakter ini juga dapat dilihat bahwa para pemimpin negeri ini menyebut pendidikan karakter tidak sebagai pendidikan karakter melainkan pembentukan karakter bangsa. Hal itu didasari kesadaran bahwa untuk membangun bangsa ini harus membangun karakter para penerusnya terlebih dahulu.

Dalam arah kebijakan dan prioritas pembangunan, pendidikan karakter tidak terpisahkan dari upaya mencapai visi pembangunan nasional yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025, sebagaimana disebutkan sebelumnya.

Bahwa pendidikan karakter sejalan dengan prioritas pendidikan nasional, dapat dilihat dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada setiap jenjang pendidikan, yang mana di dalamnya terkandung nilai dan karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan jenjang pendidikannya.

Friday, June 14, 2013

Karakteristik dan Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional

By With No comments:
Karakteristik Pembelajaran Konvensional
Depdiknas menyebut pendekatan pembelajaran konvensional ini dengan istilah pendekatan tradisional. Salah satu ciri pembeda antara pendekatan pembelajaran konvensional dengan pendekatan pembelajaran yang lain adalah guru sebagai penentu jalannya proses pembelajaran, sementara siswa adalah penerima informasi secara pasif.

Karakteristik pembelajaran konvensional (Wasno, 2009: 28) ditandai oleh:
1. Guru menganggap kemampuan siswa sama
2. Menggunakan kelas sebagai satu-satunya tempat belajar
3. Mengajar lebih banyak menggunakan metode ceramah
4. Pemisahan antar bidang studi nampak jelas
5. Memberikan kegiatan yang tidak bervariasi
6. Berkomunikasi dengan satu arah 
7. Iklim belajar menekankan pada pencapaian efek instruksinal berdasarkan orientasi kelompok
8. Mengajar hanya menggunakan buku sebagai belajar dan informasi dari guru
9. Hanya menilai hasil belajar
Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwasanya karakteristik dalam pembelajaran konvensional berpedomanan dengan pembelajaran lama atau dapat disebut juga tradisional. Dalam pembelajarannya dimaknai sebagai proses indoktrinasi yang kaku dimana guru bertugas menstransfer informasi yang harus dihafal oleh peserta didik. 

Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:
  1. Guru memberikan apersepsi terhadap siswa dan memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang diajarkan 
  2. Guru menerangkan bahan ajar secara verbal 
  3. Guru memberikan contoh-contoh sebagai ilustrasi dari apa yang sedang diterangkan dan juga untuk memperdalam pengertian, guru memberikan contoh langsung seperti benda, orang, tempat, atau contoh tidak langsung, seperti model, miniatur, foto, gambar di papan tulis dan sebagianya. Contoh-contoh tersebut sedapat mungkin diambil dari lingkungan kehidupan sehari-hari siswa-siswi.
  4. Guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya dan menjawab pertanyaannya
  5. Guru memberikan tugas kepada siswa yang sesuai dengan materi dan contoh soal yang telah diberikan 
  6. Guru mengkonfirmasi tugas yang telah dikerjakan oleh siswa 
  7. Guru menyimpulkan inti pelajaran
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran konvensional guru memberikan apersepsi dilanjutkan dengan menerangkan bahan ajar secara verbal dilanjutkan dengan memberikan contoh-contoh, guru membuka sesi tanya jawab dan dilanjutkan dengan pemberian tugas, guru melanjutkan dengan mengkonfirmasi tugas yang dikerjakan siswa dan guru menyimpulkan inti pelajaran.

Saturday, June 8, 2013

Pendekatan Konvensional dalam Pembelajaran

By With No comments:
Pendekatan pembelajaran konvensional adalah pendekatan pembelajaran yang sudah terjadi / berlaku di sekolah selama ini. Pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah masih mengikuti pola sekolah dengan guru datang, menyampaikan bahan pelajaran yang telah dipersiapkan. Siswa mendegarkan dan mencatat pelajaran seteliti mungkin.

Variasi yang  dilakukan dengan mangadakan tanya jawab dan pemberian tugas. Pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang disampaikan hanya pada tingkat pemahaman atau aplikasi. Tidak sampai sapai pada taraf berfikir tingkat tinggi atau pemecahan masalah.

Penggunaan alat peraga atau media pembelajaran sekedar membantu guru dalam melaksanakan tugas agar dapat lancar. Apabila guru telah selesai menyampaikan materi pelajaran dilanjutkan dengan menyimpulkan atau merangkum pelajaran.

Dengan demikian pelajaran dengan pendekatan konvensional tidak menuntut siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal, maka hasil belajaranya pun tidak optimal. Pembelajaran konvensional menurut Basuki Widodo (1991: 3)
Merupakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan megombinasikan bermacam-macam metode pembelajaran. Dalam prakteknya metode ini berpusat pada guru (teacher centered) atau guru lebih banyak berdominasi kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan berupa metode ceramah, pemberian tugas dan tanya jawab. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang banyak dilakukan di sekolah saat ini, yang meggunakan urutan kegiatan, contoh dan latihan.
Percival dan Elingto (Wasno, 2009:27) menemakan
Pendekatan pembelajaran konvensional ini dengan strategi uang berpusat pada guru (the teacher centered aprroach). Dalam pendekatan yang berpusat pada guru, hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh guru. Seluruh sistem diarahkan kepada rangkaian kejadian yang rapi dalam lembaga pendidikan, tanpa ada usaha untuk mencari dan menerapkan pendekatan belajar yang berbeda sesuai dengan tema dan kesulitan belajar setiap individu.
Sedangkan menurut Rooijakkers (Dwijastuti, 2001: 60) menjelaskan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pendekatan pembelajaran satu arah yang berpusat pada guru. Dalam praktiknya, guru sebagai sumber informasi utama yang mengambil peranan sentral dalam pembelajaran. Siswa dipandang sebagai botol kosong uang harus diisi oleh guru dengan informasi sebanyak-banyaknya.

Menurut Ujang Sukandi (2003), mendefenisikan bahwa pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.

Disini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai “pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima” ilmu.


Pendekatan pembelajaran konvensional di sekolah, seperti yang dikembangkan oleh Slavin (1995: 231) disebut dengan pembelajaran langsung (direct interection). Pembelajaran langsung disini adalah pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan dan disusun oleh guru.

Kegiatan pembelajaran disusun secara teliti dan runtut untuk dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan menurut Winkel (1991: 178) Pembelajaran konvensional disebut dengan pembelajaran dengan prosedur didaktik. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung, agar siswa dapat mencapai tujuan dengan efektif dapat dikelompokkan dalam tiga pola, yaitu pola narasi, pola perundingan bersama, dan pola pemberian tugas.

Pada pola narasi, materi pelajaran langsung disajikan oleh guru dan penyajiannya juga dipimpin oleh guru. Pada pola perundingan bersama, materi pelajaran dibentuk oleh guru bersama siswa. Pimpinan dapat langsung oleh guru atau dapat pula diserahkan kepada siswa.

Pada pola pemberian tugas, siswa melakukan kegiatan yang berkaitan dengan mayeri pelajaran yang ditugaskan oleh guru, dan harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa pendekatan konvensional dalam proses pembelajarannya dominasi dengan metode ceramah, tanya jawab dan tanya jawab.

Friday, June 7, 2013

Desain dan Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran CTL

By With No comments:
Dari sekian banyak artikel yang telah diposting, artikel Pembelajaran CTL merupakan salah satu artikel yang sering dikunjungi oleh visitor. Maka dari itu, artikel kali ini merupakan kelanjutan artikel "Pengertian, Tujuan dan Strategi Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)".

Menurut Depdiknas (2002: 20) sebelum membuat desain (skenario) dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL harus mempertimbangkan karakteristik-karakteristik, sebagai berikut:
  1. Kerja sama 
  2. Saling menentukan 
  3. Menyenangkan dan tidak membosankan 
  4. Belajar dengan semangat
  5. Pembelajaran terintegrasi
  6. Menggunakan berbagai sumber
  7. Siswa aktif 
  8. Sharing dengan teman 
  9. Siswa kritis guru kreatif 
  10. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa (peta-peta, gambar, artikel)
  11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa, dan lain-lain.
Desain (skenario) pendekatan pembelajaran CTL, menurut Rusman (2010: 200) pada intinya pengembangan setiap komponen CTL dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut:
  1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya. 
  2. Melaksanakan sejauh mungkin inquiry untuk semua topik yang diajarkan. 
  3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan. 
  4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti malalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya. 
  5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya. 
  6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 
  7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
Pembelajaran kontekstual dalam program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang direncanakan oleh guru, yaitu dalam bentuk skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.

Prosedur dalam mencapai tujuan pembelajaran CTL menurut Johnson (Mochrat Sanusi, 2002: 189) untuk mencapai tujuan pembelajaran CTL ada delapan komponen yaitu:
  1. Membuat keterkaitan yang bermakna 
  2. Melakukan pekerjaan yang berarti
  3. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri 
  4. Melakukan kerja sama
  5. Berpikir kritis dan kreatif 
  6. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang 
  7. Mencapai standar yang tinggi
  8. Menggunakan penilaian autentik.
Sedangkan menurut Rusman (2011: 199) upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual hendaknya:
  1. Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapain hasil belajar. 
  2. Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajaran.
  3. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
  4. Rumusan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam melakukan proses pembelajarannya.
  5. Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada kemampuan sebernarnya (proses) maupun setelah siswa tersebut selesai belajar.
Setelah guru mengetahui apa yang menjadi karakteristik dalam menggunakan pendekatan CTL, diharapkan guru dalam membuat desain pendekatan CTL lebih tararah dan siswa akan mudah dalam menerima dan menguasai materi pelajaran.

Monday, June 3, 2013

Pendekatan Pembelajaran

By With No comments:
Pendekatan merupakan terjemahan dari approach, yang secara umum dapat diartikan cara memandang seseorang melihat suatu masalah atau objek kajian tertentu, sehingga berdampak dalam sikap atau perilakunya (Indiarti, 2009).

Misalnya, jika kita menggunakan pendekatan sistem dalam menangani masalah dalam pendidikan, maka kita memandang pendidikan mempunyai berbagai komponen yang masing-masing berinteraksi dalam mencapai tujuan pendidikan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Konny Semiawan (1993) berpendapat bahwa pendekatan dapat diartikan sebagai cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak ibarat seseorang menggunakan kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam sekitar.

Kacamata yang berwarna hijau akan menyebabkan dujia kelihatan kehijau-hijauan, kacamata berwarna coklat akan membuat dunia kelihatan kecoklat-coklatan, dan seterusnya.

Sabarti Akhadiah (1992) mengemukakan yang dimaksud dengan pendekatan ialah anggapan tentang hakikat bahasa serta kegiatan pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pendekatan dapat di simpulkan, bahwa pendekatan adalah cara (anggapan, asumsi) umum dalam memandang hakikat dan pembelajaran bahasa sebagai objek kajian.

Sedangkan pembelajaran (learning) adalah pemerolehan pengetahuan tentang suatau hal atau keterampilan melalui belajar pengalaman, sedangkan pengajaran (teaching) adalah upaya membantu seseorang untuk belajar dan bagaimana melakukan sesuatu, memberikan pengajaran, membantu dalam menyelesaikan sesuatu, memberikan pengetahuan dan membuat seseorang menjadi mengerti. 

Menurut Mulsaya (2003) pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan linkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman  (2005: 4) pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa dalam situasi edukasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan beberapa konsep pendekatan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pendekatan adalah cara (anggapan, asumsi) umum dalam memandang hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa sebagai objek kajian.

Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya yang difasilitasi oleh guru yang menyebabkan terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih sehingga dapat mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pembelajaran Terpogram

By With No comments:
Pembelajaran terpogram merupakan pembelajaran yang secara kronologis merupakan sistem instruksional yang pertama dan merupakan sebuah aplikasi luar dari teori pembelajaran yaitu teori penguatan.

Dalam pembelajaran ini terdapat dua metode yaitu: pembelajaran linier dan pembelajaran majemuk.

Pembelajaran linier merupakan pembelajaran terpogram yang pertama atau awal dimana teks, materi atau pertanyaan disusun dalam suatu halaman dalam bentuk horizontal. Siswa dapat melihat jawaban yang benar di halaman sebaliknya atau dengan membuka halaman.

Jika siswa benar maka siswa dapat melanjutkan ke pertanyaan atau materi berikutnya. Jika siswa salah ia harus berhenti dan ia harus mengulang materi sampai ia mendapatkan jawaban yang benar.

Pembelajaran majemuk dapat diibaratkan seperti cabang pohon. Keuntungan dari pembelajaran ini siswa dapat langsung berpindah ke materi selanjutnya secara efisien.

Jika di pembelajaran linier, siswa dapat melanjutkan ke pertanyaan atau materi selanjutnya setelah ia benar, namun berbeda dengan pembelajaran majemuk. Jawaban benar atau salah itu tidak berpengaruh terhadap kelanjutan materi.

Tutorial
Dalam tutorial, seseorang tutor menyajikan konten, mengajukan pertanyaan atau persoalan, meminta respons para peserta didik,  menganalisis  respon tersebut, memberikan umpan balik yang tepat, dan menyediakan praktik hingga para peserta didik menunjukkan level dasar kompetensi.

Pemberian tutorial paling sering dilakukan satu lawan satu dan sering digunakan untuk mengajarkan keterampilan dasar, seperti membaca dan aritmatika. Perbedaan pembelajaran tutorial dan latihan atau praktik adalah bahwa tutorial memperkenalkan dan mengajarkan materi baru, sementara latihan dan praktik fokus pada konten yang diajarkan dalam format lainnya (misal metode ceramah).

Para siswa seringkali bekerja mandiri atau satu lawan satu dengan seseorang saat mereka diberikan kumpulan informasi yang dirancang untuk dibentuk  menjadi sekumpulan pengetahuan dan praktik dengan umpan balik. 

Keuntungan
  • Bekerja mandiri, para siswa bias bekerja mandiri mengenai materi baru dan menerima umpan balik tentang kemajuan mereka
  • Menakar sendiri kemajuan, para siswa bisa bekerja berdasar tingkat kemajuan mereka sendiri, mengulang informasi jika mereka harus menelaah sebelum berlanjut ke materi berikutnya.
  • Individualisasi, tutorial yang berbasis computer bisa merespon masukan (input) para siswa dan mengarahkan proses belajar mereka menuju topik yang baru untuk meneruskan proses belajar mereka atau melakukan perbaikan untuk penelaahan.

Kerugian
  • Berpotensi membosankan. Pengulangan bisa menjadi membosankan jika penyajian materi hanya dilakukan dalam satu pola. 
  • Berpontensi membuat frustasi. Para siswa bisa menjadi frustasi jika mereka merasa tidak menghasilkan kemajuan saat terus berupaya dalam tutorial tersebut. 
  • Berpotensi kekurangan panduan. Kurangnya panduan guru saat bekerja bisa berarti bahwa seorang siswa tidak begitu menguasai materi tersebut secara efektif.

Integrasi
Pelaksanaan tutorial meliputi instruktur ke pebelajar, pebelajar ke pebelajar, komputer ke pebelajar. Sebagai seorang guru, anda bisa bekerja dengan seorang siswa atau sekelompok siswa, memadu mereka dengan cermat sesuai dengan kemajuan mereka, membantu mereka memahami materi yang sedang disajikan. Ini sering kali membantu bagi siswa yang kesulitan  bekerja dalam kelompok besar atau membutuhkan.