Wednesday, July 29, 2015

Slide Materi: Introduction Strategic Management

By With No comments:
Slide materi ini merupakan bahan kuliah Manajemen Strategik yang diampu oleh Prof. Dr. Ir. Kohar Kohar Sulistyadi, MSIE pada Program Studi Magister Pendidikan Ekonomi FKIP UNS.

Beberapa materi umum yang dipelajari dalam mata kuliah Manajemen Strategik adalah sebagai berikut:
  1. Pendahuluan/Pengantar Manajemen Strategik
  2. Visi, Misi,  SWOT
  3. Perumusan Strategi
  4. Penilaian Matrix EFE- EFI
  5. Strategi Dalam Praktek (Studi Kasus)
  6. Analisa Strategi
  7. Matrix TOWS, BCG
  8. Matrix Space dan Grand Strategi
  9. Implementasi Strategi
  10. Evaluasi Strategi
Definisi Manajemen Strategik
Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, namun secara umum intinya adalah sama, kurang lebih sebagai berikut:
Seni dan ilmu merumuskan, menerapkan, dan mengevaluasi, keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuannya

Manajemen strategik dalam mencapai keberhasilan perusahaan/korporate dapat dilakukan melalui integrasi sebagai berikut:
Management
Marketing
Finance/Accounting
Productions/Operations
Research and Development
MIS

Kelanjutan materi ini kami tampilkan dalam sceenshot powerpoint berikut ini:

Slide Materi: Introduction Strategic Management

Slide Materi: Introduction Strategic Management

Slide Materi: Introduction Strategic Management

Apabila anda ingin mendapatkan file tersebut silakan kirim permintaan ke iro.maruto@gmail.com (FREE)

Sunday, July 26, 2015

Apakah Pembelajaran Elektronik Terpadu itu?

By With No comments:
Terdapat beberapa pengertian Pembelajaran Elektronik Terpadu, diantaranya sebagai berikut:

1. Sebuah akses kepada pilihan sumber belajar alternatif yang lebih banyak melalui komputer pribadi  (PC) Anda dari tempat penyimpanan digital internasional dan juga institusional,  yang diakses melalui “log-in” tunggal yang menciptakan “perpaduan” pembelajaran yang ditawarkan kepada Anda;

2. Belajar online dengan tutor sebagai fasilitator dan menekankan pada kreasi bersama dalam sebuah kelas yang kaya dalam suasana kerjasama online;

3. Mengunduh konten ke dalam peralatan mobile,  menggunakan podcasts,  dan buku elektronik sebagai sumber,  PC tablet dengan koneksi nirkabel untuk mencatat dan berbagi dikelas,  dan menggunakan fasilitas berkirim pesan untuk menerima  informasi terbaru mengenai perkuliahan sambil mereka beraktivitas;

4. Memasukan unsur permainan online dengan banyak pemain atau bermain peran melalui multimedia dengan menggunakan simulasi otentik yang dikembangkan untuk menggali penanganan permasalahan kehidupan nyata sehari-hari;

5. Konten personal disampaikan melalui jaringan yang diatur dengan signal RSS untuk menandai konten baru yang relevan dengan minat individu;

Apakah Pembelajaran Elektronik Terpadu itu?
Pembelajaran Elektronik Terpadu via okezone.com
6. Menggunakan lingkungan pembelajaran virtual (VLE) untuk mengakses materi perkuliahan dan mengajukan pertanyaan di dalam maupun di luar kampus;

7. Mengunggah catatan-catatan ke blog Anda sendiri ketika perkuliahan berlangsung dan menggunakan semacam alat bantu elektronik untuk memberi umpan balik kepada penyaji dengan cepat;

8. Belajar tepat pada waktunya dengan menggunakan tutorial berbasis komputer;
Tetap berhubungan dengan teman-teman belajar yang jauh dari kelas melalui penggunaan pesan instan dan mekanisme sosialisasi melalui komputer informal lainnya;

9. Mengumpulkan dan menerbitkan portofolio tugas-tugas kuliah Anda yang dipelajari dari beberapa institusi;

10. Penggabungan tempat belajar fisik dan virtual yang tidak berlapis yang menggabungkan dan mengakomodir teknologi,  tetapi berfokus pada pembelajaran mahasiswa;

11. Hubungan pengajar-mahasiswa yang bermanfaat dan berhasil di kelas, dan dipelihara melalui komunikasi online tanpa pernah bertatap muka sekalipun.

Penulis: Dr. Dewi Kusuma Wardani, M.Si. (rangkuman dari buku “Preparing for Blended e-Learning” dengan penulis Allison Littlejohn & Chris Pegler).

Friday, July 24, 2015

Potensi Pembelajaran Terpadu (Blended Learning)

By With No comments:
Pembelajaran elektronik terpadu memungkinkan kita untuk mengubah sikap kita tidak hanya terhadap di mana dan kapan pembelajaran berlangsung, tetapi juga sumber dan alat apa yang dapat mendukung pembelajaran dan bagaimana caranya menggunakan sumber dan alat ini. Pembelajaran elektronik terpadu menambah dimensi pembelajaran terpadu.

Pembelajaran elektronik terpadu mendorong penggabungan tempat yang berbeda, yang memungkinkan peserta didik belajar dari perguruan tinggi,  universitas,  lingkungan kerja,  rumah,  atau di jalan.

Pembelajaran elektronik terpadu juga dapat memberikan fleksibilitas dalam hal waktu di mana pelajar dapat berpartisipasi dalam kelas-kelas, yang mengurangi atau menghilangkan keterbatasan yang muncul sebagai akibat dari penyeimbangan komitmen kerja atau komitmen rumah dengan komitmen belajar.

Pembelajaran ini membuka jangkauan sumber-sumber media yang dapat dipergunakan untuk belajar. Keterpaduan tempat, waktu,  dan media memberi keragaman baru pada jenis-jenis kegiatan yang dapat peserta didik lakukan dan cara mereka berkolaborasi dengan menggunakan alat-alat elektronik yang tersedia.

Pembelajaran elektronik terpadu menambah dimensi ekstra terhadap pembelajaran. Penggabungan antara wilayah fisik dan online bermaksud agar masyarakat dapat membentuk dan berinteraksi dengan cara-cara yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Penggabungan ini memungkinkan terjadinya interaksi yang sesungguhnya (secara serempak) dalam hubungannya dengan peluang untuk bekerjasama selama jangka waktu tertentu (secara tidak serempak). Hal ini yang nantinya akan menggali bentuk-bentuk dialog yang berbeda dan tipe-tipe pembelajaran baru.

Potensi Pembelajaran Terpadu (Blended Learning)
Blended Learning via etrainingpedia.com
Sumber media dan peralatan baru memungkinkan peserta didik untuk menciptakan bank sumber belajar mereka sendiri,  menggabungkan aset-aset yang mereka ciptakan sendiri dengan materi-materi yang lebih “formal” yang bersumber dari perpustakaan-perpustakan dari berbagai belahan dunia.

Hal ini menimbulkan pertanyaan terhadap beberapa nilai tradisional sebuah pendidikan,  seperti: siapa yang memiliki,  menciptakan dan mengawasi sumber-sumber dan pengetahuannya. Tipe-tipe kegiatan pembelajaran baru menantang pemikiran kita seperti: bagaimana pembelajaran bisa difasilitasi, merumuskan etiket-etiket belajar dan mengajar  baru, dan menggeser kontrol fokus dari pengajar kepada peserta didik.

Walaupun pembelajaran terpadu dan pembelajaran elektronik memiliki potensi untuk menyediakan beragam fleksibilitas yang dibutuhkan oleh peserta didik,  ada beberapa kendala besar yang dikelompokkan menjadi empat motif utama. Yang pertama,  pemegang kendali untuk perubahan harus diidentifikasi dan ditonjolkan.

Ke-dua, kemungkinan-kemungkinan baru yang muncul dalam perjalanan bisa saja merugikan,  jadi kita harus menemukan pendekatan yang dapat mendukung metode pembelajaran ini. Ke-tiga,  metodologi-metodologi baru semakin menambah rumit semua persiapan yang dilakukan untuk menerapkan pembelajaran terpadu maupun pembelajaran elektronik. Yang ke-empat, cara-cara berinteraksi yang baru dan pertukaran informasi yang bebas perlu dipertimbangkan secara hati-hati masalah etisnya.

Petimbangan-pertimbangan ini berdampak pada para rekanan di dalam institusi.  Manajemen senior dan pembuat kebijakan harus memikirkan peluang dan alasan baru mengapa mereka mau mengadopsi pembelajaran elektronik terpadu. Manajer pembelajaran elektronik juga harus mempertimbangkan bantuan dan biaya yang dibutuhkan.

Staf pembantu harus memberikan masukan kepada para tutor dan peserta didik di univesitas,  perguruan tinggi,  atau di dalam lingkungan kerja —atau kepada orang-orang yang bekerja di bidang-bidang ini. Para tutor harus memikirkan konteks pembelajaran baru dan faktor-faktor lain yang terlibat dalam pembelajaran terpadu,  serta bagaimana hal-hal ini berhubungan satu sama lain.

Para peserta didik harus dipersiapkan untuk memangku peran dan tanggungjawab baru dalam bentuk pembelajaran baru ini. Dan semua orang harus mempertimbangkan implikasi etis dari bentuk interaksi dan kebebasan informasi yang baru ini.

Penulis: Dr. Dewi Kusuma Wardani, M.Si. (rangkuman dari buku “Preparing for Blended e-Learning” dengan penulis Allison Littlejohn & Chris Pegler).

Seni Pembelajaran Terpadu (Blended Learning)

By With No comments:
Pembelajaran terpadu adalah sebuah seni pembelajaran yang telah dilakukan oleh para pengajar yang mengilhaminya selama berabad-abad. Pembelajaran ini berpusat pada penggabungan jenis sumber dan kegiatan pembelajaran yang berbeda di dalam sebuah lingkungan pembelajaran di mana para pebelajar dapat melakukan interaksi dan membangun ide.

Sejak beberapa dekade terakhir,  pembelajaran terpadu telah mampu memperluas metodologi pembelajaran,  membuka peluang terhadap pembelajaran jarak jauh dan terbuka,  dan juga lebih memberikan tantangan terhadap metode-metode pembelajaran tradisional.

Istilah pembelajaran elektronik terpadu” merupakan sebuah pengakuan bahwa kesempatan untuk menggunakan pembelajaran elektronik murni lebih kecil dibandingkan jika digabungkan (dipadukan dengan) pendekatan-pendekatan lainnya sebagai sebuah bentuk pembelajaran terpadu.

Pendidikan belum mampu memegang kendali atas penggunaan teknologi baru dalam pembelajaran. Kemajuan ini seringkali dikendalikan oleh tren-tren baru yang tercipta di luar pendidikan formal.

Alat-alat elektronik,  seperti: DVD,  iPod,  kamera digital,  telepon genggam dan komputer,  sedang merajalela dan sangat akrab dengan pelajar kita. Inovasi terbaru dalam perangkat lunak sosial telah mengubah cara orang-orang bertemu dan berinteraksi.

Seni Pembelajaran Terpadu (Blended Learning)
Blended Learning via spinedu.com
Mereka menantang norma-norma sosial,  membuka banyak peluang sampai dengan bagaimana kita bisa menyebarluaskan informasi-informasi pribadi dan bersama-sama menggali topik-topik yang sama-sama diminati. Harapan para pelajar tengah dicetak dengan penggunaan teknologi dalam kehidupan sosial mereka,  dan pembaharuan teknologi ini dalam dunia pendidikan sangatlah pesat.

Semua ini pastilah berdampak pada arah pembelajaran elektronik dan pembelajaran terpadu pada masa kini dan masa depan. Hal ini juga menandai kepercayaan diri akan penggunaan teknologi dan memadukannya dengan pembelajaran yang ada.

Para tutor tengah menciptakan perkuliahan melalui podcasts (data berupa suara dan video untuk perkuliahan yang bisa diunduh),  dan pada saat yang sama banyak di antara mahasiswa-mahasiwa mereka yang memakai teknologi penyiaran pribadi untuk menyebarkan video,  dan tentu saja klip gambar dan suara yang mereka tangkap melalui telepon genggam mereka.

Banyak di antara teknologi-teknologi ini yang dapat dengan mudah membuat kita saling  “terhubung” dan juga berhubugan atau berbaur. Keterpaduan dalam pembelajaran elektronik terpadu semakin kaya,  kompleks,  dan bervariasi – lebih bermanfaat,  tetapi juga lebih sulit diduga.

Penulis: Dr. Dewi Kusuma Wardani, M.Si. (rangkuman dari buku “Preparing for Blended e-Learning” dengan penulis Allison Littlejohn & Chris Pegler).

Tuesday, July 7, 2015

7 (Tujuh) Asas Pokok yang Harus Diperhatikan oleh Setiap Organisasi

By With No comments:

Terdapat 7 (tujuh) asas pokok yang harus diperhatikan oleh setiap organisasi. Tujuh asas pokok tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perumusan Tujuan dengan Jelas
Sesuatu yang hendak dicapai oleh organisasi hendaknya dirumuskan dengan jelas, dan difahami oleh setiap anggota dan atau orang di dalam organisasi. Sehingga dengan demikian di samping dapat menjiwai setiap orang dalam melaksankan tugas, publik intern itu mungkin dapat menyumbangkan idenya, kreasinya terhadap tindakan atau langkah yang diambil.

Yang selanjutnya akan menambah keyakinan, memberi motivasi dalam menjalankan tugas. Karena mereka diikutsertakan, diberi wewenang, dan mereka merasa mempunyai peranan, maka akan selalu tergugah hatinya untuk dapat mempertanggungjawabkan tugas yang dilimpahkan dengan sebaik mungkin.

2. Pembagian Tugas Pekerjaan
Jikalau dikaji kembali tentang definisi organisasi, maka akan kita jumpai salah satu unsurnya ialah adanya dua orang atau lebih yang bersepakat untuk mengadakan kerjasama, untuk mencapai tujuan yang mereka kehendaki bersama.

Maka agar mereka dapat melakukan kegiatan dengan baik, dalam arti juga untuk meringankan beban masing-masing pihak, maka perlu diadakan pembagian tugas pekerjaan. Baik pembagian tugas ke dalam satuan-satuan organisasi, ke dalam sub-sub unit, atau sampai ke dalam satuan-satuan pelaksana (operating unit).

Sehingga di dalam organisasi akan terdapat satuan-satuan organisasi dengan pejabat, tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain, yang masing-masing pejabat mempunyai peranan tertentu dalam lingkungan kesatuan yang utuh. Tetapi tidak merupakan pengkotakan tugas dan tanggung jawab.

Jadi dengan singkat dapat dikatakan, bahwa pembagian tugas pekerjaan adalah aktivita untuk membagi-bagi tugas pekerjaan, ke dalam satuan-satuan tertentu atau ke dalam bagian-bagian yang khusus. Dan karena organisasi  dalam arti  filosofis  adalah manifestasi  kemampuan manusia untuk bekerja secara kooperatif, maka tugas-tugas yang terdapat di dalam organisasi harus dibagi-bagi sesuai dengan kemampuan, keahlian dan bakat orang-orang di dalam organisasi.

3. Delegasi Kekuasaan
Adalah penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan, dari pejabat yang lebih tinggi tingkatannya kepada pejabat yang lebih rendah, atau dari pejabat yang satu kepada yang lain yang sederajat dalam suatu organisasi.

Sebagai contoh A diberi tugas membersihkan ruang X yang jam kerja dimulai pukul 08.00. Sebagai petugas yang bertanggung jawab bersihnya ruang X tersebut, A harus diberi kekuasaan membawa kunci masuk kantor X. Sehingga dapat dengan leluasa membersihkan ruang X sebelum jam 08.00, dengan tanpa mengganggu pegawai kantor X yang bekerja.

7 (Tujuh) Asas Pokok yang Harus Diperhatikan oleh Setiap Organisasi
Ilustrasi Organisasi via actionco.fr
Pelimpahan kekuasaan ini perlu dilaksanakan, mengingat bahwa kemampuan seseorang itu terbatas. Dalam arti bahwa dengan predikatnya seseorang mungkin tidak mampu untuk mengetahui semua hal dalam organisasi sampai hal yang sekecil-kecilnya. Lebih-lebih kalau organisasi itu sudah sedemikian besarnya dan kompleks tugas-tugas yang harus dilaksanakan guna merealisir tujuan.

Dengan contoh di atas menunjukkan bahwa delegasi kekuasaan adalah suatu asas yang esensiil, agar organisasi lancar jalannya. Kemudian dari pada itu, hendaknya dalam memberikan tugas disertakan juga kekuasaan atau batas-batas kewenangan yang sepadan dengan fungsi dan tanggung jawab yan akan diberikan.

4. Rentangan Kekuasaan
Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa di dalam organisasi terdapat beberapa orang yang mempunyai predikat pimpinan. Baik pimpinan tingkat atas, tingkat menengah, ataupun tingkat bawah. Mereka dikatakan pimpinan, praktis mereka ini mempunyai bawaha. Asas yang berkenaan dengan penentuan jumlah bawahan atau tanggung jawab yang harus berada di bawah pengawasan seseorang pejabat termasuk dalam pengertian rentangan kekuasaan.

Menentukan jumlah orang atau jenis tanggung jawab yang tepat yang harus berada di bawah pengawasan seseorang pejabat supaya dapat dipimpin dengan baik, adalah merupakan suatumasalah yang sulit dan harus dipecahkan dalam organisasi.

5. Tingkatan Tata Jenjang
Adalah jumlah tingkatan menurut kedudukan dari atas ke bawah, yang tiap-tiap tingkatan terdapat pejabat dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab tertentu. Untuk menentukan jumlah tingkatan atau hirarki, hendaknya diperhatikan benar-benar akan corak dari pada pekerjaan.

Dan hendaknya diusahakan jenjang organisasi sependek mungkin, sehingga dengan demikian besar kemungkinan akan mengurangi hambatan dalam proses penyaluran kekuasaan dan tanggung jawab. Suatu fakta menunjukkan, bahwa semakin banyak jenjang berarti semakin banyak pula kemungkinan hambatan penyaluran setiap kebijaksanaan. Jenjang atau hirarki ini sangat erat sekali hubungannya dengan rentangan kekuasaan.

6. Kesatuan Perintah dan Tanggung Jawab
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa di dalam organisasi pasti kita jumpai adanya satuan-satuan tugas yang harus dilaksanakan oleh pelaksana. Oleh karenanya, setiap pelaksana hendaknya hanya menerima perintah dan tanggung jawab dari atasan, dan dilaksanakan dengan menggunakan saluran komunikasi yang tegas.

Maksudnya agar semua pertugas dapat mengetahui dari siapa ia menerima perintah dan kepada siapa ia harus mempertanggungjawabkan hasil kerjanya. Disamping itu asas ini dapat menghindarkan kemungkinan adanya kekembaran dan atau kevakuman dalam pelaksanaan pekerjaan, yang disebabkan karena adanya bawahan yang dapat menerima perintah  lebih dari satu atasan.

7. Koordinasi
Adalah suatu kondisi dimana terkandung aspek-aspek tidak terjadinya kekacauan, percekcokan, kekembaran atau kekosongan kerja, sebagai akibat  dari pada pekerjaan menghubug-hubungkan, menyatupadukan, dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya dalam suatu kerja sama yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan. 

Aktivia manajemen yang berupa menghubung-hubungkan, menyatupadukan, dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya, sehingga kesemuanya berlangsung secara tertib dan seirama menuju tercapainya tujuan disebut dengan istilah pengkoordinasian (coordinating).

Karena untuk menciptakan hubungan yang harmonis atau koordinasi itu melalui integrasi, simplifikasi dan sinkronisasi, maka asas yang ke 7 dari oeganisasi ini lazim juga disebut KIIS (Koordinasi Integrasi Simplifikasi Sinkronisasi). Ke 7 asas organisasi sebagaimana dikemukakan diatas, dapat dipandang sebagai “Zine Que Non” untuk membina dan menjaga kelestarian organisasi

Sumber:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. dalam bukunya Fungsi Manajemen.

Monday, July 6, 2015

Slide Materi: Aplikasi: Biaya-biaya Pajak

By With 1 comment:
Bagaimana Pajak Memengaruhi Pelaku Pasar
Tidak peduli pajak dikenakan kepada pembeli atau penjual. Harga yang dibayar pembeli meningkat, harga yang diterima penjual menurun. Pada akhirnya, penjual dan pembeli membagi beban pajak secara bersama.

Pajak menghasilkan irisan antara harga yang dibayar pembeli dengan harga yang diterima penjual. Akibat pajak ini, jumlah barang yang dijual turun di bawah tingkat barang yang seharusnya dapat dijual tanpa pajak. Ukuran pasar untuk barang tersebut pun mengalami penyusutan.

Pendapatan dari Pajak (Tax Revenue)
T = besarnya pajak
Q = jumlah barang yang terjual
T x Q = Pendapatan Pemerintah dari Pajak

Adanya pajak menyebabkan tingkat kesejahteraan berubah. Bentuk perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Perubahan dalam Kesejahteraan tersebut meliputi:
  2. Perubahan surplus konsumen
  3. Perubahan surplus produsen
  4. Perubahan penerimaan / penghasilan pajak
  5. Kerugian pembeli dan penjual melebihi pendapatan yang diterima pemerintah.
  6. Kerugian ini sering disebut Kerugian Beban Baku (Deadweight Loss)
Lanjutan materi ini kami tampilkan dalam bentuk screenshot powerpoint berikut ini:

Slide Materi: Aplikasi: Biaya-biaya Pajak

Slide Materi: Aplikasi: Biaya-biaya Pajak

Slide Materi: Aplikasi: Biaya-biaya Pajak

Slide Materi: Aplikasi: Biaya-biaya Pajak

Slide Materi: Aplikasi: Biaya-biaya Pajak

Slide Materi: Aplikasi: Biaya-biaya Pajak
Apabila anda ingin mendapatkan file tersebut, silakan kirim permintaan via email ke iro.maruto@gmail.com (Free!!)

Pengertian dan Manfaat Segmentasi Pasar

By With No comments:
Pengertian Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen.

Segmentasi pasar ini merupakan suatu falsafah yang berorientasi pada konsumen. Jadi, perusahaan yang berorientasi pada konsumen akan membagi pasarnya ke dalam segmen-segmen pasar tertentu dimana masing-masing segmen bersifat homogen.

Homogenitas masing-masing segmen tersebut disebabkan oelh adanya perbedaan-perbedaan dalam kebiasaan membeli, cara penggunaan barang, kebutuhan pemakai, motif pembelian, tujuan pembelian, dan sebagainya.

Manfaat Segmentasi Pasar
Dengan menyatukan program pemasaran yang ditujukan ke segmen-segmen pasar yang dituju, manajemen dapat melaksanakan kegiatan pemasaran dengan lebih baik dan dapat menggunakan sumber-sumber pemasaran secara lebih efisien.

Bagi sebuah perusahaan kecil dengan sumber-sumber yang sangat terbatas dapat ikut bersaing dalam segmen pasar tertentu. Secara terperinci dapat dikatakan bahwa segmentasi pasar dapat membantu manajemen dalam:
  1. Menyalurkan uang dan usaha ke dalam potensial yang paling menguntungkan
  2. Merencanakan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar
  3. Menentukan cara-cara promosi yang paling efektif bagi perusahaan
  4. Memilih media advertensi yang lebih baik dan menentukan bagaimana mengalokasikan anggaran secara lebih baik ke berbagai macam media
  5. Mengatur waktu yang sebaik-baiknya dalam usaha promosi
Pengertian dan Manfaat Segmentasi Pasar
Market Segmentation via webmarketingtoday.com
Sedangkan alasan-alasan bagi perusahaan dalam mengadakan segmentasi pasar adalah sebagai berikut:
1. Pasar bersifat dinamis, tidak statis. Ini berarti bahwa dalam pasar terdapat perubahan secara terus-menerus tentang sikap, siklus kehidupan, kondisi keluarga, pendapatan, pola geografis, dan sebagainya
 
2. Pasar untuk suatu produk berubah sesuai dengan siklus kehidupan produk tersebut, dari tahap perkenalan sampai tahap penurunan. Masalah siklus kehidupan produk (product life cycle) sudah kami bahas di sini.

Sumber:
Basu Swastha. 2002. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty.

Saturday, July 4, 2015

Penggolongan Pengecer (Retailer) Berdasarkan Lokasi Geografis dan Bentuk Pemilikan

By With No comments:
Penggolongan Pengecer (Retailer) Berdasarkan Lokasi Geografis
Penggolongan pengecer menurut lokasi geografis ini mempunyai hubungan dengan pola pembelian konsumen. Secara umum dapat dikatakan bahwa perdagangan eceran ini lebih mengelompok dibandingkan dengan penyebaran penduduk.

Analisa lokasi geografis ini dapat dipakai untuk mengadakan penilaian terhadap pasar potensial secara regional dari beberapa macam barang. Berdasarkan pada lokasi geografisnya, pengecer dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: 1) pengecer yang berada di desa dan 2) pengecer yang berada di kota.

Penggolongan Pengecer (Retailer) Berdasarkan Bentuk Pemilikan
Berdasarkan bentuk pemilikannya, pengecer dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu:

1. Toko Berangkai
Toko berangkai (corporate chain store) ini merupakan beberapa toko yang berada dalam satu organisasi, yang dimiliki oleh sekelompok orang. Masing-masing toko menjual product line yang sama, dan struktur distribusinya juga sama.

2. Toko Independen
Dalam toko independen (independent store) ini pemilik mempunyai kebebasan yang lebih besar dalam menentukan kebijaksanaan dan strateginya.

Hal ini disebabkan karena pemilik toko, juga sebagai pemimpinnya, bukanlah sekelompok orang sehingga usahanya diusahakan sendiri, tidak tergantung pada orang lain.

Penggolongan Pengecer (Retailer) Berdasarkan Lokasi Geografis dan Bentuk Pemilikan
Contoh Pengecer di Desa via rri.co.id
Sumber:
Basu Swastha. 2002. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty.