Monday, July 21, 2014

Pengertian Minat Berwirausaha

By With 2 comments:
Minat Berwirausaha mengindikasikan kesukaan atau ketertarikan seseorang untuk berwirausaha. Minat berwirausaha seringkali digunakan sebagai variabel dalam sebuah penelitian. Artikel ini akan membahas tentang pengertian Minat Berwirausaha tersebut menurut beberapa ahli.

Hilgard and Bowers (2004: 22) mendefinisikan minat sebagai:
a persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content, especially a vocational interest”.
Minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan menyukai beberapa hal atau kegiatan, khususnya terhadap hal tertentu. Kegiatan yang diminati seseorang harus diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang, sehingga diperoleh kepuasan.

Menurut Brown dan Brooks (1991: 82)
an interest can be defined as something that arouses or holds one’s attention or curiosity. Interests are indications of what individuals want to do or what they enjoy or like.
Minat berwirausaha tidak dibawa sejak lahir tapi tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor yang memengaruhi tumbuhnya keputusan untuk berwirausaha merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor yaitu karakter kepribadian seseorang dan lingkungannya (Bygrave, 2003).

Menurut Lambing dan Kuehl (2007), hasil penelitian terbaru menunjukkan ada empat hal yang memengaruhi keputusan berwirausaha, yaitu diri pribadi, lingkungan budaya, kondisi sosial, dan kombinasi dari ketiganya. Sedangkan menurut Hisrich, et al. (2005: 18) dan Alma (2010:12), faktor yang memengaruhi minat wirusaha adalah lingkungan pendidikan, kepribadian seseorang dan lingkungan keluarga.

Pengertian Minat Berwirausaha

Minat berwirausaha seseorang dapat dilihat dari dua indikator utama yaitu: (1) seberapa kuat upaya seseorang untuk berani mencoba melakukan aktivitas kewirausahaan; (2) seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk melakukan aktivitas kewirausahaan (seperti aktivitas dalam mengelola waktu dan keuangan untuk tujuan berwirausaha).

Berdasarkan pembahasan di atas, diketahui bahwa minat berwirausaha tidak selalu terbentuk secara otomatis sejak lahir, melainkan dapat ditumbuhkan melalui pendidikan dan pelatihan.

Minat berwirausaha juga dipengaruhi oleh adanya soft skills yang tinggi, karena untuk menjadi seorang wirausahawan dibutuhkan berbagai keterampilan dan karakter pribadi yang kuat.

Referensi:
Alma, B. 2011. Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.
Brown, D. & Brooks, L. 1991. Career Counseling Techniques. Boston: Allyn & Bacon.
Bygrave, W. D. 2003. The Portable MBA Entrepreneurship. Jakarta: Binarupa Aksara.
Hilgard, E.R. & Bowers, G. 2004. Theory of Learning: Century Psychology Series. New York: National Book Foundation.
Hisrich, R. D., et al. 2008. Entrepreneurship, Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.
Lambing, P. & Kuehl. C. R.  2007. Entrepreneurship. 4th edition. Upper Saddle River: Prentice Hall.

Wednesday, July 16, 2014

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha

By With No comments:
Terdapat beberapa Faktor yang Mempengaruhi Intensi (Niat) Berwirausaha seseorang. Banyak penelitian yang dilakukan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi intensi (niat) berwirausaha ini.

Rasli, Khan, Malekifar, dan Jabeen (2013) menyatakan dalam hasil penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi intensi (niat) berwirausaha, bahwa intensi (niat) berwirausaha dipengaruhi oleh citra kewirausahaan, lingkungan pendidikan dan keyakinan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Tong, Tong dan Loy (2011) dengan hasil entrepreneurial intention was predicted by the need for achievement, family business background, and subjective norms except the desire for independence.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fini, Grimaldi, Marzocchi, dan Sobrero (2009) ditemukan hasil bahwa entrepreneurial intention is influenced by psychological characteristics, by individual skills and by environmental influences.

Penelitian lain dilakukan di dalam negeri yaitu oleh Lieli Suharti dan Hani Sirine (2011) dengan hasil bahwa intensi (niat) berwirausaha dipengaruhi oleh  faktor-faktor sikap dan faktor-faktor kontekstual. Faktor-faktor sikap terdiri dari faktor otonomi dan otoritas, realisasi diri, keyakinan, dan jaminan keamanan, sedangkan faktor-faktor kontekstual terdiri dari dukungan akademik dan dukungan sosial.

Caecilia Vemmy Susanti (2012) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi intensi (niat) berwirausaha seseorang ke dalam tiga variabel yaitu: sikap (attitude), norma subjektif (subjective norm) dan kontrol perilaku (perceived behavioral control).

Dalam penelitian Caecilia Vemmy Susanti (2012) tersebut di atas, sikap terdiri dari kebutuhan akan prestasi, kreatifitas, kemandirian, keberanian mengambil resiko, dan toleransi keambiguan, sedangkan norma subjektif adalah dukungan orang tua dan kontrol perilaku adalah self efficacy.

Kristiansen dan Nurul Indarti (2004) menyatakan bahwa hasil penelitiannya the individual perceptions of self-efficacy dan instrumental readiness adalah variabel yang mempengaruhi intensi (niat) kewirausahaan siswa, sedangkan usia, jenis kelamin dan latar belakang pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensi (niat) kewirausahaan.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi intensi (niat) berwirausaha seseorang dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu internal dan eksternal.

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti keyakinan (termasuk self efficacy), kebutuhan akan prestasi, kreatifitas, kemandirian, dan keberanian mengambil resiko. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar seperti norma subjektif (termasuk dukungan orang tua), lingkungan sosial dan lingkungan pendidikan (termasuk dukungan akademik).

Sumber:
Budi Wahyono. 2013. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha Siswa SMK Negeri 1 Pedan Tahun 2013. Tesis. PPs UNS.

Tuesday, July 15, 2014

Pengertian Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

By With No comments:
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sering menjadi topik hangat akhir-akhir ini, karena dalam peningkatan mutu pendidikan, KKNI seringkali menjadi rujukan utama.

KKNI diatur secara khusus dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012. Namun, KKNI ini juga sering muncul dalam Ketentuan Umum Peraturan Menteri, seperti halnya dalam Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Dalam Permendikbud No. 49 Tahun 2014 Bab I Pasal 1 ayat 5 dijelaskan bahwa:
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

KKNI mempunyai 9 level, mulai dari level 1 (pendidikan dasar) hingga level 9 (Strata 3 / S-3). Tiap level harus benar-benar sesuai dengan levelnya, dalam arti tidak boleh level 6 (S-2) merasakan level 8 (S-2). Dalam kata lain, tidak diperbolehkan S-1 berasa S-2 dan sebagainya. Adapun keterangan tiap levelnya adalah sebagai berikut:

Intensi (Niat) Berwirausaha

By With No comments:
Intensi (Niat) Berwirausaha merupakan kebulatan tekad seseorang untuk menjadi seorang wirausaha atau untuk berwirausaha. Tubbs & Ekeberg (1991) menyatakan bahwa niat berwirausaha adalah representasi dari tindakan yang direncanakan untuk melakukan perilaku kewirausahaan. Sebelum seseorang memulai suatu usaha (berwirausaha) dibutuhkan suatu komitmen yang kuat untuk mengawalinya.

Reynolds & Miller dalam Lo Choi Tung (2011: 34)
understood entrepreneurial intention as the personal commitment of the potential entrepreneur to start up” (niat kewirausahaan dipahami sebagai komitmen pribadi dari calon wirausaha untuk memulai bisnis baru).

Menurut Lo Choi Tung (2011: 34)
entrepreneurship intention is a cognitive representation of actions for exploiting a business opportunity by applying entrepreneurial learning (knowledge and skills)” (niat berwirausaha merupakan representasi kognitif untuk mengeksploitasi peluang bisnis dengan menerapkan pembelajaran kewirausahaan (pengetahuan dan keterampilan).

Niat berwirausaha menjembatani antara sikap seseorang terhadap kewirausahaan dengan perilaku kewirausahaannya, sehingga niat berwirausaha merupakan variabel tepat untuk memprediksi perilaku kewirausahaannya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penelitian tentang kewirausahaan maupun pendidikan kewirausahaan yang menggunakan variabel niat berwirausaha.

Para peneliti telah menegaskan bahwa niat berwirausaha sangat efektif untuk memprediksi perilaku kewirausahaan dan sikap terhadap kewirausahaan (Ajzen dalam Lo Choi Tung, 2011).
Thompson dalam Michael Lorz (2011: 23) mengatakan
entrepreneurial intent is substantially more than merely a proxy for entrepreneurship - it is a legitimate and useful construct in its own right that can be used as not just a dependent, but as an independent and a control variable” (Niat kewirausahaan secara substansial lebih dari sekedar proxy untuk kewirausahaan. Niat kewirausahaan dapat berperan sebagai variabel terikat, bebas maupun variabel kontrol).

Michael Lorz (2011) menggunakan variabel niat berwirausaha karena merupakan variabel yang sangat valid dan mampu menunjukkan dampak dari pendidikan kewirausahaan. Hasil penelitian Saeid Karimi, Harm J.A. Biemans, Thomas Lans, Martin Mulder, dan Mohammad Chizari (2012) menunjukkan bahwa Teori Planned Behavior (TPB) dapat digunakan untuk menyediakan kerangka kerja yang berguna untuk menganalisa bagaimana pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat kewirausahaan siswa.

Krueger, Reilly & Carsrud (2000) mengatakan bahwa intentions are the single best predictor of any planned behavior, including entrepreneurship (niat adalah prediktor terbaik dari setiap perilaku yang direncanakan, termasuk kewirausahaan).

Berdasarkan uraian di atas, niat berwirausaha diartikan sebagai kebulatan tekad seseorang untuk memulai berwirausaha. Niat berwirausaha merupakan faktor penting untuk menumbuhkan perilaku kewirausahaan, sehingga dalam pembelajaran kewirausahaan, sangat penting untuk meningkatkan niat berwirausaha siswa.

Sumber:
Budi Wahyono. 2013. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha Siswa SMK Negeri 1 Pedan Tahun 2013. Tesis. PPs UNS.

Pembelajaran Praktik Dalam Pendidikan Kewirausahaan

By With No comments:
Pembelajaran Praktik Dalam Pendidikan Kewirausahaan memegang peranan yang sangat penting. Harus ada keseimbangan antara teori dan praktik dalam proses pembelajarannya.

Penanaman nilai-nilai kewirausahaan kepada siswa akan berjalan efektif apabila pembelajarannya disertai dengan praktik nyata. Terlebih untuk SMK yang membekali para siswanya dengan berbagai keterampilan

Agus Bastian dalam Agus Wibowo (2011: 27) mengatakan “kewirausahaan bisa dihasilkan dari learnig by doing …”. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa dalam pendidikan kewirausahaan tidak cukup dengan pembelajaran teori saja, melainkan harus disertai dengan praktik.

Alistair R. Anderson and Sarah L. Jack (2008: 17) mengatakan bahwa
“… need to recognise and realise the need for both a theoretical and practical input in teaching entrepreneurship”.
Cara yang dapat ditempuh untuk pembelajaran praktik kewirausahaan di SMK adalah seperti usulan Solomon dalam Lo Choi Tung (2011) tentang praktik dalam pendidikan kewirausahaan, yaitu dengan meminta siswa membuat sebuah rencana bisnis, tetapi tidak cukup hanya membuat rencana bisnis dalam bentuk proposal usaha saja melainkan juga harus menghasilkan produk nyata sesuai proposal usaha yang dibuat.
 
Pembelajaran Praktik Dalam Pendidikan Kewirausahaan

Selanjutnya hasil kerja siswa tersebut dikumpulkan dan dikoreksi oleh guru kewirausahaan dan mendapatkan umpan balik darinya. Selama ini, kebanyakan praktik di SMK hanya sebatas membuat proposal usaha, tidak disertai dengan praktik menjalankan proposal usaha tersebut.

Sumber:
Budi Wahyono. 2013. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha Siswa SMK Negeri 1 Pedan Tahun 2013. Tesis. PPs UNS.

Download artikel ini versi PDF? Klik di sini!

Saturday, July 12, 2014

5 Komponen Pendidikan Kewirausahaan

By With No comments:
5 Komponen Pendidikan Kewirausahaan - Johannisson dalam dalam Lo Choi Tung (2011) menyatakan bahwa komponen pendidikan kewirausahaan adalah know-what (entrepreneurial knowledge), know-why (values and motives), know-who (social interaction), know-how (entrepreneurial skills and abilities), and know-when (intuition, the right time to start up).

Berdasarkan pendapat Johannisson tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan kewirausahaan mempunyai lima komponen, yaitu: 

1. Know-What
Know-what mengacu pada konsep pengetahuan tentang kewirausahaan. Komponen ini merupakan bagian fundamental dari pendidikan kewirausahaan, karena keterampilan dibangun dari dasar teoretis. Selain itu, peningkatan pengetahuan tentang kewirausahaan merupakan tujuan mendasar dari pendidikan kewirausahaan.

Lo Choi Tung (2011: 63) mengatakan bahwa “A fundamental goal of any entrepreneurship education program should be to promote awareness of entrepreneurial knowledge” (Tujuan mendasar dari setiap program pendidikan kewirausahaan adalah harus untuk meningkatkan pengetahuan kewirausahaan).

2. Know-Why
Menurut Lo Choi Tung (2011) “know-why” berkaitan dengan serangkaian pertanyaan berikut ini: Why there is entrepreneurship? Why entrepreneurs start their businesses? Why should we study entrepreneurship? What are the benefits of entrepreneurship? How do entrepreneurial knowledge and skills benefit one’s career or job performance?

Berdasarkan pendapat Lo Choi Tung (2011) di atas dapat diketahui bahwa komponen know-why ini mencerminkan bagaimana siswa mengidentifikasi diri mereka tentang kewirausahaan dan memulai untuk menjadi seorang wirausaha. Identifikasi tersebut dapat berhubungan dengan profil pribadi dan karakteristik tentang kewirausahaan.

Know-why mencerminkan sikap, nilai-nilai dan motivasi dalam memulai suatu usaha atau menjadi wirausaha baru. Lo Choi Tung (2011) mengatakan bahwa developing the right attitudes and motivation for start-up is very important for entrepreneurship education.


Harapan ke depannya bahwa seorang siswa harus termotivasi dan percaya dengan kemampuannya sendiri untuk memulai suatu usaha (menjadi wirausaha). Johannisson dalam Lo Choi Tung (2011) mengatakan an individual must be personally motivated and believed his or her capability to create new business.

3. Know-Who
Know-who mengacu pada interaksi sosial. Lundvall (1997: 15) mengatakan bahwa know-who “involves the social capability to co-operate and communicate with different kinds of people and experts” (melibatkan kemampuan sosial untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan berbagai pihak dan ahli).

Pada kenyataannya, pengusaha atau calon pengusaha perlu berinteraksi dengan berbagai pihak untuk mendapatkan informasi, sumber daya, dan dukungan lainnya untuk menciptakan dan mengelola usaha baru mereka.

Lo Choi Tung (2011) mengatakan bahwa hubungan sosial yang baik adalah kunci keberhasilan kewirausahaan. Dalam disertasinya Lo Choi Tung (2011: 66) memfokuskan komponen know-who pada “social interaction between students and entrepreneurship referents” (interaksi sosial antara mahasiswa dan dosen kewirausahaan).

Sumber:
Budi Wahyono. 2013. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha Siswa SMK Negeri 1 Pedan Tahun 2013. Tesis. PPs UNS.

Artikel ini belum lengkap, silakan download artikel lengkapnya di sini! 
Apabila link download bermasalah, silakan hubungi iro.maruto@gmail.com

Pengertian Pendidikan Kewirausahaan

By With No comments:
Setelah memahami Pengertian Pendidikan dan Pengertian Kewirausahaan, maka artikel kali ini akan membahas Pengertian Pendidikan Kewirausahaan.

Kewirausahaan sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, diintegrasikan dengan kurikulum di sekolah maupun perguruan tinggi. Istilah pendidikan kewirausahaan pun semakin populer di kalangan masyarakat.

Menurut Agus Wibowo (2011: 30)
“pendidikan kewirausahaan merupakan upaya menginternalisasikan jiwa dan mental kewirausahaan baik melalui institusi pendidikan maupun institusi lain seperti lembaga pelatihan, training dan sebagainya”.

Lo Choi Tung (2011: 36) mengatakan bahwa pendidikan kewirausahaan adalah
the process of transmitting entrepreneurial knowledge and skills to students to help them exploit a business opportunity” (proses transmisi pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan kepada siswa untuk membantu mereka dalam memanfaatkan peluang bisnis).

Pendidikan kewirausahaan mampu membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi kewirausahaan yang nantinya akan membawa manfaat yang besar dalam kehidupannya. Mohammad Saroni (2012: 45) mengatakan “pendidikan kewirausahaan adalah program pendidikan yang menggarap aspek kewirausahaan sebagai bagian penting dalam pembekalan kompetensi anak didik”.
 
Pengertian Pendidikan Kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan dirancang untuk menanamkan kompetensi, keterampilan dan nilai-nilai yang diperlukan dalam mengenali peluang bisnis, mengatur dan memulai usaha baru (Brown dalam Prince Famous Izedonmi dan Chinonye Okafor, 2010). Kompetensi yang diperoleh peserta didik tidak hanya sebatas kompetensi untuk menjual barang ataupun jasa seperti mindset sebagian besar masyarakat yang menganggap wirausaha hanya sebatas sebagai pedagang.

Hood and Young dalam Lo Choi Tung (2011: 35) mengatakan
entrepreneurship education is to teach people to start new businesses successfully and operate the businesses profitably, and thus facilitates the economic growth” (pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk mengajarkan siswa dalam memulai dan mengoperasikan bisnis baru agar berhasil dan menguntungkan, sehingga dapat memfasilitasi pertumbuhan ekonomi).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk menanamkan pengetahuan, nilai-nilai, jiwa, dan sikap kewirausahaan kepada peserta didik. Hal ini bertujuan agar mampu menciptakan wirausaha-wirausaha baru yang handal, berkarakter dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sumber:
Budi Wahyono. 2013. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha Siswa SMK Negeri 1 Pedan Tahun 2013. Tesis. PPs UNS.

Download versi PDF? Klik di Sini!

Friday, July 11, 2014

Pengertian Kewirausahaan

By With No comments:
Postingan sebelumnya membahas tentang Pengertian Pendidikan. Pada postingan kali ini kita akan membahas tentang Pengertian Kewirausahaan, dan pada postingan selanjutnya nanti, kami akan membahas Pengertian Pendidikan Kewirausahaan.

Dewasa ini kewirausahaan menjadi sangat populer di Indonesia. Kewirausahaan dipandang sebagai solusi untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Menurut Eddy Soeryanto Soegoto (2009: 3)
“kewirausahaan adalah usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan kerja, dan hasilnya berguna bagi orang lain”.
Kewirausahaan berkaitan dengan inovasi dan sesuatu yang baru serta membawa manfaat untuk kesejahteraan. Kao dalam Lo Choi Tung (2011: 33)
entrepreneurship is the process of doing new and or something different for the purpose of creating wealth for the individual and adding values to society” (Kewirausahaan adalah proses untuk melakukan sesuatu yang baru atau berbeda dengan tujuan menciptakan kekayaan bagi individu dan menambahkan nilai kepada masyarakat).
Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar (Inpres No. 4 Tahun 1995).

Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan memiliki berbagai nilai yang sangat diperlukan oleh peserta didik dan dapat ditanamkan melalui pendidikan kewirausahaan. Menurut Buchari Alma (2011) nilai-nilai kewirausahaan tersebut antara lain:
  1. Percaya Diri, indikatornya: penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin dan tanggung jawab. 
  2. Inisiatif, indikatornya: energik, cekatan dalam bertindak, dan aktif. 
  3. Memiliki Motif Berprestasi, indikatornya: orientasi pada hasil dan wawasan ke depan. 
  4. Memiliki Jiwa Pemimpin, indikatornya: dapat dipercaya, tangguh dalam bertindak.
  5.  Berani, indikatornya: harus bertindak cepat dalam mengambil resiko dengan penuh perhitungan. 
  6. Orisinalitas, indikatornya diantaranya: punya referensi yang cukup, tidak menyontek/plagiat.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah proses usaha kreatif dan inovatif dalam menciptakan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, manfaat serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Kewirausahaan tidak hanya sekedar berperan dalam peningkatan output masyarakat saja, melainkan mempunyai andil besar dalam pemerataan kesejahteraan. Melalui kewirausahaan dapat tercipta suatu lapangan pekerjaan sehingga tidak hanya pemilik usaha (wirausaha) saja yang sejahtera melainkan juga masyarakat di sekitarnya.

Sumber:
Budi Wahyono. 2013. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha Siswa SMK Negeri 1 Pedan Tahun 2013. Tesis. PPs UNS.

Download versi PDF? Klik di Sini!

Wednesday, July 9, 2014

Pengertian Pendidikan

By With No comments:
Pendidikan, kata yang pasti sudah pernah kita gunakan atau ucapkan. Namun, tahukah anda apa pengertian pendidikan?? Artikel kali ini akan membahas tentang pengertian pendidikan tersebut.

Pendidikan mempunyai arti yang luas dan kompleks, sebagaimana dikatakan oleh S. Samuel Ravi (2011: 4) bahwa
Education is a dynamic as well as comprehensive concept, which has a very wide connotation. Since education is related with human life, it is very difficult to ascribe a single meaning to it
Terjemahannya kurang lebih yaitu "Pendidikan adalah sebuah konsep dinamis, komprehensif serta memiliki konotasi yang sangat luas. Pendidikan berkaitan dengan kehidupan manusia, sehingga sangat sulit untuk memberikan definisi tunggal terhadapnya". Meskipun demikian, banyak ahli yang mendefinisikan arti pendidikan tersebut.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Redja Mudyahardjo (2010) pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.
Pendidikan tidak hanya memperhatikan aspek kecerdasan intelektual saja, melainkan juga memperhatikan aspek sosial.


Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo (2008) mengatakan bahwa pendidikan memperhatikan kesatuan aspek jasmani dan rohani, aspek diri (individualitas) dan aspek sosial, aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, serta segi serba keterhubungan manusia dengan dirinya (konsentris), dengan lingkungan sosial dan alamnya (horizontal) dan dengan Tuhannya (vertikal).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, sehingga dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup. Proses pembelajaran tersebut dapat dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah di sekolah maupun di luar sekolah.

Sumber:
Budi Wahyono. 2013. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha Siswa SMK Negeri 1 Pedan Tahun 2013. Tesis. PPs UNS.