Wednesday, May 27, 2015

Pembagian Manajemen

By With No comments:
Manajemen dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung dari mana kita melihatnya atau dari sudut mana kita meletakkan dasar pembagiannya. Secara berturut-turut, berikut ini akan dipaparkan seperti di bawah ini:

Dilihat dari Segi Tingkatan
  1. Manajemen tingkat atas (Top Management). Yang termasuk golongan ini adalah Direksi, Presiden Perusahaan dll.
  2. Manajemen tingkat menengah (Midle Management). Yang termasuk dalam golongan ini adalah Kepala-kepala Bagian, Kepala Devisi, Kepala Seksi dll.
  3. Manajemen tingkat bawah (Lower Management). Yang termasuk  kategori  ini   yaitu  Kepala  Mandor,  Mandor-mandor
Pembagian Manajemen
Dari batasan di atas, jelas sudah bahwa di dalam suatu organisasi itu senantiasa terdapat beberapa manajer (top manager, middle manager, lower manager).

Masing-masing manajer itu secara universal mempunyai tugas yang sama, yaitu mendayagunakan semua sumber daya dalam rangka pencapaian suatu tujuan, namun walaupun demikian corak kegiatannya berbeda satu sama lain, tergantung pada levelnya atau tingkat-tingkatannya.

Dari dimensi lain, perbedaan hirarki itu juga menggambarkan manifestasi perbedaan skala keterlibatan aspek fisik dan mental mereka. Atau dengan kata lain, bahwa perbandingan "managerial skill" dengan "technical skill", pada masing-masing taraf manajemen tidak sama. Untuk itu, agar supaya lebih jelas perhatikan gambar di bawah ini: 
Pembagian Manajemen
Dilihat dari Segi Bidang Masalahnya
  1. Manajemen Produksi (Production Management)
  2. Manajemen Industri (Industrial Management)
  3. Manajemen Kepegawaian (Personal Management)
  4. Manajemen Keuangan (Financial Management)
  5. Manajemen Perkantoran (Office Management)
  6. Manajemen Pemasaran (Marketing Management)
  7. Manajemen Pembukuan (Accounting Management)
  8. Manajemen Pendidikan (Education Management)
  9. Manajemen Penjualan (Sales Management)
  10. Manajemen Pengangkutan (Transportation Management)
Dilihat dari Segi Sejarah Perkembangannya
  1. Manajemen Tradisional
  2. Manajemen Sistematis
  3. Manajemen Ilmiah
Dilihat dari Sifatnya
  1. Patrimonial Management, adalah manajemen yang didominir  (dikuasai) oleh keluarga-keluarga manajer, sehingga fungsi-fungsi penting di dalam organisasi itu dikuasai oleh orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat/famili dengan manajer.
  2. Political Management, adalah manajemen yang didominir oleh suatu golongan politik tertentu, sehingga fungsi-fungsi penting di dalam suatu organisasi itu diduduki oleh orang-orang yang mempunyai faham/politik yang sama.
  3. Professional Management, adalah manajemen yang mendasarkan diri pada keahlian. Sehingga jabatan-jabatan strategis atau fungsi-fungsi penting dalam organisasi itu diangkat dan dipilih dari orang-orang yang mempunyai keahlian/karier tertentu.
Dilihat dari Sistemnya
  1. Manajemen ilmiah, adalah manajemen yang mempergunakan ilmu pengetahuan serta metode-metode ilmiah di dalam tindakan-tindakan menghadap masalah-masalah, kasus-kasus yang terjadi.
  2. Manajemen tradisional, adalah manajemen yang dijalankan berdasarkan tradisi-tradisi, atau kebiasaan yang dilakukan masa lampau.
  3. Manajemen bapakisme, adalah manajemen di mana hubungan antara atasan dengan bawahan berlangsung sebagaimana hubungan antara anak dengan bapaknya.
  4. Manajemen sistematis, adalah manajemen yang menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah diatur dan dipersiapkan, sehingga di dalam memanage organisasi yang dipimpinnya bagaikan tinggal menekan tombol saja.
  5. Manajemen demokratis, adalah manajemen yang di dalam pelaksanaannya menitik beratkan pada hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan, dimana anak buah (karyawan) ikut serta memberikan saran dan pendapat dalam mengambil sesuatu keputusan.
  6. Manajemen terbuka, dalam sistem ini para karyawan selalu diberi kesempatan untuk mengajukan pendapat, saran, dan ide-ide atas kebijaksanaan yang akan ditetapkan.
  7. Manajemen tertutup, adalah merupakan kebalikan dari manajemen terbuka dan sistem ini lazim dilaksankan pada bentuk-bentuk organisasi atau badan security, misalnya ABRI dan aparat-aparat keamanan lainnya.
  8. Manajemen diktator, dalam hal ini pemimpin atasan menentukan sendiri segala keputusan, dia bertindak sendiri, dan dia juga yang mendominasi kelompok yang dipimpinnya. Di dalam sistem ini jelas bahwa pimpinan tidak mau menghargai pendapat bawahan, bahkan main paksa dan perintah terhadap bawahannya.
Sumber:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. dalam bukunya “Fungsi Manajemen”

Tuesday, May 26, 2015

Perkembangan Manajemen di Indonesia

By With No comments:
Tidak banyak yang dapat diketahui tentang perkembangan manajemen di Indonesia. Hingga kini masih dapat dikatakan langka buku-buku yang membicarakan masalah-masalah manajemen, lebih-lebih mengenai sejarah perkembangannya di Indonesia.

Hal ini tidaklah mustahil, karena manajemen (administrasi) baru masuk dan diakui secara resmi sebagai ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan dan diajarkan, baru sejak tahun 1957.

Dan sebagai perwujudan penerimaan dan pengakuan itu, Pemerintah Indonesia pada tahun itu pula mendirikan Lembaga Administasi Negara (LAN), dengan direktur (pertama) Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudirdjo (1958-1963).

Lembaga ini dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1957, dan mulai menjalankan tugasnya pada tanggal 5 Mei 1958. Adapun tugasnya yaitu:
  1. Menyelenggarakan dan mengawasi pendidikan dan latihan pegawai negeri sipil dan atau calon pegawai negeri sipil, sehingga menjadi tenaga administrasi negara yang mempunyai kepribadian dan kecakapan sesuai dengan tugasnya. 
  2. Menyelenggarakan dan memberi bantuan kepada usaha penyelidikan dalam lapangan administrasi negara. 
  3. Memberikan jasa-jasa guna perbaikan dan penyempurnaan adminstrasi aparatur pemerintah, baik atas permintaan maupun inisiatif sendiri. 
  4. Memperkembangkan serta memajukan ilmu administrasi negara di Indonesia.
Meski pada alinea yang terdahulu dikemukakan bahwa tidak banyak diketahui tentang perkembangan manajemen di Indonesia, kendatipun demikian di bawah ini dicoba dipaparkan secara singkat mengenai perkembangan manajemen di Indonesia sebagai berikut:

1. Masa Prasejarah
Menurut penyelidikan ahli-ahli sejarah, manusia tertua di Indonesia telah berusia ± 32.000 tahun yang kerangkanya ditemukan di Trinil, yang dikenal dengan nama Pithecantropus Eractus. Pada zaman Quarter ini belum ada kelihatan gejala kehidupan bersama, bermasyarakat. Barulah pada zaman batu tua nenek moyang bangsa Indonesia mulai muncul dengan kehidupan bermasyarakat dalam bentuk yang sangat sederhana, hidup mengembara kelompok demi kelompok, tinggalnya berpindah-pindah dari satu guha ke guha yang lain, dari satu daratan ke daratan yang lain.

Hidupnya masih sangat bergantung kepada kemurahan alam. Makannya masih dari mengumpulkan hasil alam sekitarnya. Alat perkakas yang dipergunakan masih sangat kasar perbuatannya. Pada zaman ini sudah timbul gejala manajemen dalam praktek kerja sehari-hari dalam bentuk yang sangat sederhana sekali sesuai pula dengan perkembangan kebudayaan primitif mereka.

Pada zaman batu, manusia purba Indonesia sudah mulai hidup menetap dan berproduksi, meskipun sebagian besar masih meneruskan hidupnya secara mengembara berkelompok menyusuri alam yang masih alam. Pada zaman ini pulalah telah timbul lebih mantap gejala hidup bermasyarakat. Telah berlangsung sistem kerja sama dalam mencapai tujuan dan kepentingan bersama, sekalipun belum berupa bentuk organisasi secara resmi.

Gejala hidup bersama, bermasyarakat semakin nyata terutama pada akhir zaman batu (neolithicum). Manusia hidup berkelompok pada tempat-tempat tertentu. Hidup menetap dan berkelompok ini dirasakan perlunya kerjasama yang lebih mantap dan erat. Maka disusunlah organisasi masyarakat yang bertujuan bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu.

Mulailah diadakan system pertanian yang dikerjakan secara bersama-sama (gotong royong) diantara anggota-anggota masyarakat kelompok tersebut. Kemudian disusun pulalah organisasi pemerintahan (kampung), pembagian kerja, koordinasi dan pengawasan-pengawasan.

Manusia secara bersama-sama menghasilkan bentuk-bentuk kerjasama, yang menghasilkan kebudayaan batu besar, sebagaimana peninggalan yang terdapat di Pasemah adalah hasil kerja sama manusia Indonesia di zaman Mengalithicum.

Jadi manajemen sebagai seni atau manajemen dalam praktek dalam bentuk yang sangat sederhana sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh nenek moyang bangsa Indonesia pada masa pra sejarah.

Artikel ini belum lengkap, karena masih ada 4 tahap yang belum kami sertakan. Apabila anda ingin mendapatkan file artikel lengkapnya, silakan mengirim permintaan ke iro.maruto@gmail.com

Sumber:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. dalam bukunya “Fungsi Manajemen”

Sunday, May 24, 2015

Metode Penetapan Harga Berdasarkan Biaya: Mark-Up Pricing Method

By With No comments:
Sebagaimana yang telah kita bahas pada artikel sebelumnya bahwa terdapat dua jenis metode penetapan harga berdasarkan biaya, yaitu cost-plus pricing method dan mark-up pricing method.

Cost-plus pricing method sudah kita bahas di sini, sedangkan untuk mark-up pricing method akan kita bahas dalam artikel ini.

Mark-Up Pricing Method
Pedagang yang membeli barang-barang dagangan akan menentukan harga jualnya setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark-up (lihat formula berikut ini)

HARGA BELI + MARK-UP = HARGA JUAL

Jadi, mark-up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Keuntungan bisa diperoleh dari sebagian mark-up tersebut. Selain itu, pedagang tersebut juga harus mengeluarkan sejumlah biaya eksploitasi yang juga diambilkan dari sebagian mark-up.

Setelah kita mengetahui dua metode penetapan harga berdasarkan biaya (cost-plus pricing method dan mark-up pricing method) ini, perlu pula kita mengetahui beberapa istilah biaya sebagai berikut:

Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
Biaya tetap total (total fixed cost) adalah elemen-elemen seperti sewa, gaji pimpinan dan pajak kekayaan yang tetap konstan untuk setiap tingkat hasil (output). Untuk tingkat kapasitas tertentu atau untuk periode waktu yang pendek, biaya ini tetap sama besarnya.

Namun, untuk jangka panjang, biaya tetap akan berubah menjadi biaya variabel. Biaya tetap yang dibebankan pada masing-masing unit disebut biaya tetap rata-rata (average fixed cost).

Metode Penetapan Harga Berdasarkan Biaya: Mark-Up Pricing Method
Pricetag via cbc.ca
Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang berubah-ubah disebabkan oleh adanya perubahan jumlah hasil. Apabila jumlah barang yang dihasilkan bertambah, maka biaya variabelnya juga akan meningkat. Biaya variabel yang dibebankan pada masing-masing unit disebut biaya variabel rata-rata (average variable cost).

Biaya Total (Total Cost)
Biaya total (total cost) adalah biaya keseluruhan, meliputi biaya tetap dan variabel. Untuk masing-masing barang, biaya ini disebut biaya total rata-rata (average total cost).

Biaya Marjinal (Marginal Cost)
Biaya marjinal (marginal cost) adalah biaya untuk memproduksi dan menjual tambahan satu unit produk yang terakhir. Apabila biaya untuk memproduksi 10 unit produk adalah sebesar Rp500,00 dan untuk memproduksi 11 unit produk sebesar Rp590,00; maka biaya marjinalnya sama dengan Rp90,00 (dari Rp590.000,00 – Rp500.000,00).

Sumber Referensi:
Basu Swastha. 2002. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty.

Friday, May 22, 2015

Metode Penetapan Harga Berdasarkan Biaya: Cost-Plus Pricing Method

By With No comments:
Dalam bentuk paling sederhana, terdapat dua jenis metode penetapan harga berdasarkan biaya, yaitu: 1) cost-plus pricing method dan 2) mark-up pricing method.

Pada artikel ini kita akan membahas metode yang pertama, yaitu cost-plus pricing method, sedangkan metode kedua (mark-up pricing method) akan kita bahas di artikel berikutnya insya’Allah.

(update 25 Mei 2015)
Kita telah menulis artikel tentang metode penetapan harga berdasarkan biaya: mark-up pricing method di sini!

Dalam metode ini, penjual atau produsen menetapkan harga jual untuk satu unit barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah dengan suatu jumlah untuk menutup laba yang diinginkan (disebut marjin) pada unit tersebut.

Dalam pengertian yang lebih ringkas bisa dikatakan bahwa cost-plus pricing method adalah metode penetapan harga jual produk dengan cara menambahkan biaya total produksi dengan nilai marjinnya.

Adapun formula dari metode cost-plus pricing method adalah sebagai berikut:

BIAYA TOTAL + MARJIN = HARGA JUAL

Sebagai contoh:
Seorang kontraktor bangunan meghitung-hitung bahwa untuk membangun dan menjual lima buah rumah yang sejenis, akan dikeluarkan sejumlah biaya dengan rincian sebagai berikut:

Biaya material: Rp7.500.000,00
Biaya tenaga kerja: Rp2.500.000,00
Biaya lain (seperti sewa kantor, penyusutan alat-alat, gaji pimpinan, dsb.): Rp4.000.000,00
Sehingga jumlah total biaya adalah Rp14.000.000,00

Apabila ia menghendaki laba sebesar 10% dari biaya total, maka:
Harga jual total = biaya total + laba
= Rp14.000.000,00 + (10% x Rp14.000.000,00)
=Rp15.400.000,00

Metode Penetapan Harga Berdasarkan Biaya: Cost-Plus Pricing Method
Konsumen Melihat Harga Produk via supportbiz.com
Dengan demikian , masing-masing rumah akan dijual seharga Rp3.800.000,00 (Rp15.400.000,00 / 5) dengan laba sebesar Rp280.000,00 (Rp1.400.000,00 / 5). Jika rumah-rumah tersebut tidak semuanya laku, maka ada kemungkinan laba akan turun, atau bahkan menderita kerugian.

Namun perlu diketahui bahwa pada umumnya kontraktor baru melaksanakan pembangunan setelah memperoleh pesanan atau kontrak, jadi barang yang dibuat sebenarnya sudah terjual pada saat kontrak pesanan disetujui.

Sumber referensi:
Basu Swastha. 2002. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty.

Thursday, May 21, 2015

Pengertian Product mix, Product line dan Product item

By With No comments:
Untuk membahas Pengertian Product Mix, Product Line dan Product Item secara jelas, tinjauan kita akan dimulai dari pembahasan toko serba ada atau sering disebut dengan “toserba”. Hal ini disebabkan karena biasanya toserba menawarkan berbagai macam barang.

Sebelum lebih jauh membahas pengertian product line, kami berikan sebuah ilustrasi berikut ini:

Bagi toko serba ada alias “toserba” sepatu dan sandal merupakan satu product line. Demikian pula dengan alat-alat olah raga, tekstil, pakaian jadi, perabot rumah tangga, masing-masing juga merupakan satu product line.

Lain halnya bagi toko sepatu dan sandal, sepatu pria merupakan satu product line. Lalu, apa yang dimaksud dengan product line? Secara definitif, dapat dikatakan bahwa:
Product Line adalah sekelompok barang-barang yang pada pokoknya cenderung mempunyai tujuan penggunaan sama dan memiliki karakteristik secara fisik yang hampir sama.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa salam satu product line terdapat beberapa barang seperti yang telah disebutkan di muka. Satu jenis barang yang terdapat dalam product line tersebut dinamakan product item. Sedangkan product mix adalah seluruh barang yang ditawarkan untuk dijual oleh sebuah perusahaan.

Ditinjau dari susunan ketiga kelompok barang tersebut, maka product item merupakan jenis yang paling sempit dan product mix adalah jenis yang paling luas. Sedangkan product line berada di tengah antara product mix dan product item.

Pengertian Product mix, Product line dan Product item
Gambaran toserba via pixabay.com
Jadi, bagi toko serba ada seluruh barang yang ditawarkan disebut product mix, sepatu dan sandal merupakan product line, dan sebagai product item-nya adalah sepatu atau sandal. Masih banyak pula product line yang lain pada toko serba ada tersebut. Alat tulis kantor (ATK) sebagai product line dan buku atau ballpoint sebagai contoh product item.

Sumber:
Basu Swastha. 2002. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty.

Monday, May 18, 2015

Pengertian Sistem Informasi Pemasaran (SIP) dan Perbedaannya dengan Riset Pemasaran

By With No comments:
Pada artikel sebelumnya, telah dibahas mengenai Pengertian Riset Pemasaran. Selanjutnya, dalam artikel ini kita akan membahas tentang Pengertian Sistem Informasi Pemasaran (SIP).

Menurut Richard H. Brien dan James E. Stafford dalam artikelnya yang berjudul “Marketing Information System: A New Direction for Marketing Reserch (Journal of Marketing 34, Nomor 3, Juli 1970)” bahwa Sistem Informasi Pemasaran (SIP) adalah:
Sebuah struktur, interaksi yang komplek antar manusia, mesin, dan prosedur yang dimaksudkan untuk menciptakan arus informasi yang berkaitan secara rapi, dikumpulkan dari sumber-sumber intern dan ekstern, untuk digunakan sebagai dasar bagi pengambilan keputusan dalam tanggung jawab khusus dari riset pemasaran.
Sistem informasi ini bekerja secara terus-menerus, agak berbeda dengan riset pemasaran yang hanya dilakukan bilamana diperlukan saja. Berikut ditampilkan tabel perbedaan riset pemasaran dengan sistem informasi pemasaran.

Riset Pemasaran
Sistem Informasi Pemasaran
1. Menitik-beratkan pada pengumpulan informasi ekstern
1. Menangani intern dan ekstern
2. Berkaitan dengan penyelesaian masalah
2. Berkaitan dengan pencegahan terjadinya masalah
3. Bekerja secara terputus-putus dan hanya sebagian-sebagian saja, berdasarkan project-to-project basis
3. Bekerja secara terus-menerus, merupakan sebuah sistem
4. Cenderung untuk mengutamakan informasi yang lampau
4. Cenderung untuk berorientasi pada keadaan yang akan datang
5. Merupakan salah satu sumber informasi sebagai input bagi sistem informasi pemasaran
5. Merupakan sistem yang luas, terdiri atas beberapa sub-sistem termasuk riset pemasaran

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa salah satu sumber informasi untuk SIP adalah dari Riset Pemasaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa Riset Pemasaran merupakan bagian dari Sistem Informasi Pemasaran.

Sistem Informasi Pemasaran selalu digunakan untuk memperoleh informasi dari semua sumber, baik sumber di dalam maupun di luar organisasi. SIP mengumpulkan bahan-bahan (yang ada kaitannya) dari berbagai sumber, mengolahnya ke dalam bentuk yang lebih berguna, dan memindahkan hasil informasi tersebut kepada orang (tenaga pemasaran) yang memerlukannya.

Informasi dikumpulkan dari lingkungan pemasaran (konsumen, penyedia dan faktor lingkungan lain) dan dari sumber-sumber di dalam organisasi (seperti personalia pemasaran dan akuntansi). Setelah informasi terkumpul, kemudian SIP mengolah, menyimpan dan mendistribusikannya kepada tenaga-tenaga pemasaran.

Dalam SIP terdapat terminal data yang berfungsi menerima, mengolah, memperbaiki, dan menyimpan informasi. Pada waktu diperlukan, unit pemotongan data beker untuk mengubah informasi agar sesuai dengan keperluan manajer pemasaran dalam mengambil keputusan.

Apabila manajer membutuhkan data tentang alasan-alasan ketidaksukaan konsumen terhadap merk lain, maka unit pemotongan data dapat menyediakannya dalam bentuk formulir. Sebagai hasilnya adalah informasi yang mempunyai kaitan dengan keputusan-keputusan yang akan diambil.

Sumber Referensi:
Basu Swastha. 2002. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty.

Sunday, May 17, 2015

Sejarah Perkembangan Manajemen: Manajemen Sebagai Ilmu Pengetahuan

By With No comments:
Artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel “Sejarah Perkembangan Manajemen: Manajemen dalam Praktik (Manajemen sebagai Seni)”.

Pada artikel sebelumnya dibahas tentang Manajemen dalam Praktik, sedangkan dalam artikel ini dibahas tahap berikutnya, yaitu “Manajemen Sebagai Ilmu Pengetahuan

Perlu diketahui bahwa adanya ilmu pengetahuan manajemen, adalah sebagai perwujudan dari hasil-hasil pemikiran para ahli yang terdahulu sampai sekarang ini.

Ilmu manajemen merupakan salah satu cabang dari ilmu sosial dan termasuk "applied science" karena kemanfaatannya hanya ada apabila prinsip-prinsip, rumus-rumus, dan dalil-dalilnya diterapkan untuk meningkatkan perikehidupan dan kehidupan umat manusia.

Perkembangan ilmu manajemen dapat digolongkan atas 4 (empat) tahap, yaitu:

Tahap Survival (1886-1930)
Tahun 1886 adalah merupakan tahun lahirnya ilmu manajemen yang ditandai dengan lahirnya gerakan manajemen ilmiah yang dipelopori oleh Frederick Winslow Taylor. Pada kurun waktu ini merupakan perjuangan dari pelopor-pelopor manajemen, dalam rangka usaha agar manajemen diakui sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan.

Tahap Konsolidasi dan Penyempurnaan (1930-1945)
Pada tahap ini merupakan usaha dari pioner-pioner manajemen untuk menyempurnakan prinsip-prinsip, rumus-rumus, sistematika, metoda, dan Iain-lain dari manajemen, agar kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.

Tahap Human Relations (1945-1959)
Setelah ilmu manajemen diakui kebenarannya dan diterima sebagai cabang ilmu pengetahuan, perhatian para ahli selanjutnya adalah pada faktor manusia serta hubungannya berikut segala masalahnya demi terselenggaranya kegiatan yang harus dilaksanakan dalam suasana kemanusiaan.

Sejarah Perkembangan Manajemen: Manajemen Sebagai Ilmu Pengetahuan
Sumber gambar: plushr.com
Oleh karena itu, tahap ini juga disebut sebagai upaya untuk menemukan suatu bentuk hubungan antar manusia dalam semua legel organisasi, demi terlaksananya kegiatan-kegiatan dalam suasana intim dan harmonis.

Tahap Behaviouralisme (1959-sekarang)
Tahap ini merupakan masa untuk mempelajari terhadap peranan faktor manusia dalam rangka pencapaian tujuan. Oleh karena itu pada tahap ini penelitian-penelitian terhadap manusia sebagai tenaga kerja dengan manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai martabat, harga diri, kepibadian, tujuan-tujuan, kebutuhan, dan tingkah laku dalam hidup bersama mulai mendapat perhatian.

Sumber:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. dalam bukunya “Fungsi Manajemen”

Ruang Lingkup Kegiatan Riset Pemasaran

By With No comments:
Bagi perusahaan-perusahaan yang ada di negara maju seperti Amerika, riset pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting. Sebab riset pemasaran sangat membantu dalam mencapai tujuan serta keberhasilan perusahaan.

Oleh karena itu, riset pemasaran ini sering menjadi tanggung jawab dari sebuah bagian/departemen tersendiri dalam perusahaan, yaitu Bagian Riset Pemasaran. Adapun kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam riset pemasaran antara lain:

1. Riset Pasar dan Penjualan
  • Mengukur potensial pasar
  • Menganalisa luas pasar yang dikuasai beserta komposisinya
  • Menyelidiki karakteristik pasar
  • Menganalisa penjualan
  • Menaksir permintaan terhadap barang baru
  • Membuat ramalan tentang penjualan
  • Menetapkan daerah penjualan
  • Mengadakan penilaian terhadap metode penjualan
  • Menganalisa kegiatan para penjual beserta kompensasinya
  • Meneliti saluran distribusi
2. Riset Barang
  • Meneliti barang-barang saingan
  • Menyelidiki barang-barang yang ada
  • Mengadakan penilaian dan pengujian pasar terhadap barang baru
  • Meneliti desain dan karakteristik pembungkus
  • Menyelidiki bauran produk (product mix)
3. Riset Ekonomi Perusahaan
  • Mengadakan peramalan jangka pendek (sampai dengan 1 tahun)
  • Mengadakan peramalan jangka panjang (lebih dari 1 tahun)
  • Menyelidiki perkembangan perusahaan
  • Menyelidiki kebijaksanaan harga
  • Menyelidiki lokasi gudang dan lokasi pabrik
  • Menyelidiki ekspor dan kegiatan internasional lain
  • Menyelidiki kegiatan karyawan perusahaan
4. Riset Periklanan
  • Penelitian terhadap motivasi
  • Penelitian terhadap media advertensi
  • Meneliti keefektivan advertensi
  • Meneliti kegiatan periklanan dan praktik penjualan pesaing
5. Riset Lingkungan
  • Menyelidiki akibat-akibat lingkungan
  • Menyelidiki kebijaksanaan dan nilai-nilai sosial
  • Menyelidiki batasan-batasan hukum terhadap periklanan dan promosi
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, sebenarnya masih ada beberapa kegiatan riset pemasaran lainnya. Namun, terlalu banyak untuk disebutkan di sini. Dari sekian kegiatan riset pemasaran yang ada, yang paling banyak dilakukan adalah:
  1. Penelitian karakteristik pasar
  2. Pengukuran potensi pasar
  3. Analisa market-share
  4. Analisa penjualan
Sumber:
Basu Swastha. 2002. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty.

Saturday, May 16, 2015

Apakah yang Dimaksud dengan Riset Pemasaran?

By With No comments:
Riset Pemasaran (Marketing Research) mempunyai kaitan erat dengan sistem informasi. Informasi dapat diperoleh melalui riset pemasaran dan penggunannya sangat luas. Berikut ini diberikan beberapa contoh.

1. Dalam berkampanye politik, politikus perlu menerapkan teknik-teknik penelitian perilaku konsumen, karena ia memerlukan dukungan dari masyarakat atau para pemberi suara dalam pemungutan suara. Dengan menggunakan teknik-teknik penelitian tersebut akan diperoleh berbagai informasi yang dapat dipakai sebagai bahan berkampanye.

2. Suatu riset pemasaran memperlihatkan bahwa konsumen banyak yang menikmati minuman 7-up bersama-sama dengan minuman lain. Dengan informasi seperti ini, perusahaan dapat melakukan promosi yang menekankan pada 7-up sebagai minuman penyampur, karena selain warnanya yang netral (putih), rasanya pun enak bila dicampur dengan minuman sari lainnya.

Dua contoh di atas menggambarkan beberapa arti penting riset pemasaran. Selain mengumpulkan informasi, riset pemasaran juga dapat mengurangi risiko serta ketidakpastian manajemen.

Menurut Walter B. Wentz dalam bukunya Marketing Research: Management and Method, riset pemasaran didefinisikan sebagai:
Pengumpulan dan penganalisisan informasi untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan di bidang pemasaran.
Apakah yang Dimaksud dengan Riset Pemasaran?
Contoh Instrumen Riset via tpgbrandstrategy.com
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa riset pemasaran merupakan suatu proses yang sifatnya praktis. Manajemen menggunakan riset pemasaran untuk memudahkan dan mengambil keputusan, bukannya untuk kepentingan diri sendiri.

Kadang-kadang orang yang tidak mengetahui tentang riset pemasaran mempunyai anggapan bahwa hal ini tidak bermanfaat bagi manajemen. Tetapi masalah tersebut tidak menjadi persoalan. Penelitian hanya memberikan input (bahan) pada pimpinan, yang dalam hal ini bertanggung jawab untuk mengambil keputusan.

Dalam kehidupan sehari-hari, orang akan sukses karena memiliki informasi yang diperlukan. Riset pemasaran dapat memberikan bahan ke dalam sistem informasi pemasaran. Dengan demikian riset merupakan bagian dari suatu sistem.

Sumber: 
Basu Swastha. 2002. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty.

Friday, May 15, 2015

Sejarah Perkembangan Manajemen: Manajemen dalam Praktik (Manajemen sebagai Seni)

By With No comments:
Secara garis besar, sejarah perkembangan manajemen dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu: pertama manajemen dalam praktik atau manajemen sebagai suatu seni, dan kedua manajemen sebagai ilmu pengetahuan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas Perkembangan Manajemen dalam Praktik (Manajemen sebagai Seni), sedangkan Manajemen sebagai Ilmu Pengetahuan insya’Allah akan kita lanjutkan di artikel berikutnya.

Mengenai sejarah perkembangan manajemen dalam praktik atau perkembangan manajemen sebagai seni dapat digolongkan menjadi tiga fase (tahap). Fase-fase tersebut adalah:

Fase Prasejarah (0-1 M)
Pada fase ini, perkembangan manajemen dapat dilihat di beberapa negara seperti berikut ini:

1. Mesopotamia
Pada zaman ini prinsip-prinsip manajemen telah dilakukan, terutama dalam bidang: pemerintahan, perdagangan, komunikasi, dan pengangkutan.

2. Babilonia
Pada zaman ini telah pula dilaksanakan (dipraktikkan) manajemen seperti di bidang: pemerintahan, perdagangan, perhubungan, pengangkutan, ekonomi, dan keuangan dalam memajukan kehidupan masyarakat.

3. Mesir Kuno
Di Mesir banyak peninggalan-peninggalan seperti Pyramide dan Spinx, yang dapat ditafsirkan bahwa di negara ini manajemen telah dilakukan dan telah berkembang lebih maju, terutama dalam bidang pemerintahan, militer, perpajakan, perhubungan dan pertanian.

4. Tiongkok Kuno
Sebagai bukti berkembangnya manajemen di Tiongkok Kuno yaitu telah dilaksanakannya system administrasi kepegawaian yang disebut merit system.

5. Romawi Kuno
Perkembangan manajemen pada zaman Romawi Kuno terlihat dari adanya karya-karya ilmiah dari seorang filsafat Cicero, seperti buku: De Oficii (The Office) dan De Legibus (The Law) .

Dijelaskan dalam karya ilmiah tersebut bahwa Romawi Kuno berhasil memerintah daerah yang luas dengan system approach dan tugas-tugas pemerintah dibagi menjadi magistrates (departemen-departemen) yang masing-masing dipimpin oleh seorang magistrator.

6. Yunani Kuno
Perkembangan administrasi dan manajemen terlihat dari adanya pengembangan konsep demokrasi, juga telah berhasil diciptakan parlemen yang disebut orang tua-orang tua yang bijaksana, kemudian urusan militer dan keamanan diatur oleh dewan militer. 

Sejarah Perkembangan Manajemen: Manajemen dalam Praktik (Manajemen sebagai Seni)
Sumber gambar: ut.ee
Fase Sejarah (1-1886 M)
Perkembangan manajemen pada peiode ini, juga dapat kita lihat di berbagai negara seperti:

1. Di Roma
Timbul Gereja Katolik Roma dengan pola dasar struktur organisasinya.

2. Di Eropa
Muncul pakar-pakar ekonomi yang sebenamya juga  pelopor-pelopor administrasi dan manajemen, yaitu: 1) Kaum Kameralis, yang terdapat di Jerman dan Austia, 2) Kaum Merkantili, di Inggis dan 3) Kaum Fisiokrat di Perancis.

Ketiga kelompok ahli tersebut adalah pelopor-pelopor manajemen ilmiah. Salah satu pelopor tersebut adalah George Von Zincko yang selama hidupnya telah menghasilkan 537 karya ilmiah, 175 diantaranya membahas tentang administrasi dan manajemen pertanian.

3. Di Inggris
Timbul revolusi industri I yang mengakibatkan semakin luasnya perkembangan administrasi dan manajemen. Di samping itu, timbulnya perubahan-perubahan seperti:
  • Perubahan filsafat kerja dari job centered menjadi human centered;
  • Perubahan  orientasi  pekerjaan  dari   efektivitas  menjadi efisiensi;
  • Perubahan produksi dari kecil-kecilan menjadi besar-besaran dengan menggunakan mesin-mesin;
  • Ditemukannya mesin uap oleh James Watt; dan
  • Berhasil diciptakannya sebuah karya ilmiah yang berjudul "On the Economy of Machinary and Manufactures", oleh Charles Babbage.
4. Di Amerika Serikat
Pada tahun 1886 muncul suatu gerakan yang disebut gerakan manajemen ilmiah (scientific management movement) oleh Frederick Winslow Taylor. Gerakan ini menandai dua hal yaitu:
1) Berakhirnya status administrasi dan manajemen sebagai seni (art) menjadi seni dan ilmu pengetahuan (art dan science) dan 2) Berakhirnya fase sejarah dalam perkembangan manajemen dan tibanya fase modern.

Fase Modern (1886-sekarang)
Fase ini dimulai dengan munculnya gerakan manajemen ilmiah yang dipelopori oleh Frederick Winslow Taylor di Amerika Serikat. Gerakan ini lahir pada tahun 1886. Sebagai seorang sarjana teknik Taylor mulai mengadakan penyelidikan-penyelidikan dalam rangka mempertinggi efisiensi perusahaan dan meningkatkan produktivitas pekerja. Sementara itu di Perancis muncul seorang tokoh (pakar) di bidang pertambangan yang bernama Henry Fayol.

Kedua tokoh (pakar) tersebut walaupun di tempat yang berbeda, akan tetapi memiliki pola pikir yang hampir sama terutama dalam meningkatkan produktivitas kerja, dengan sasaran yang berbeda. Taylor menghendaki meningkatkan produktivitas kerja dan efisiensi perusahaan melalui pimpinan tingkat bawah dan kaum buruh, sehingga lebih mengarah kepada manajemen bawah. Sedangkan Henry Fayol melalui pimpinan tingkat atas di bidang administrasinya.

Dari pola pemikiran dan hasil-hasil penyelidikannya, maka kedua tokoh tersebut mendapat julukan bapak manajemen ilmiah bagi FW Taylor dan bapak administrasi modern bagi Henry Fayol. Pembicaraan lebih lanjut (secara mendalam) mengenai kedua tokoh ini, akan dibahas tersendiri pada bab tokoh-tokoh (pioner-pioner) manajemen.

Sumber: 
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. dalam bukunya “Fungsi Manajemen”