Thursday, January 21, 2016

Komponen Strategi Pembelajaran: Tes dan Kegiatan Lanjutan

By With No comments:
Sebagaimana telah dibahas pada artikel-artikel sebelumnya bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu: 1) Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan, 2) Penyampaian Informasi, 3) Partisipasi Peserta Didik, 4) Tes, dan 5) Kegiatan Lanjutan.

Komponen strategi pembelajaran ke-1 sampai 3 sudah dibahas pada artikel sebelumnya, sedangkan komponen ke-4 dan 5 (Tes dan Kegiatan Lanjutan) akan dibahas pada artikel ini.

4. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.

Pelaksanaan tes biasanya dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik melalui berbagai prose pembelajaran, yaitu dari penjelasan tentang tujuan di awal pembelajaran, penyampaian informasi berupa materi pelajaran, pelaksanaan tes juga dilakukan setelah peserta didik melakukan latihan atau praktik.

Sumber gambar: mediamalang.com
Contoh indikator keberhasilan tes adalah sebagai berikut:
a. Di akhir kegiatan belajar, setiap peserta didik dapat menyebutkan 3 dari 4 ciri kurva indiferen dengan benar. Standar keberhasilannya adalah apabila minimal peserta didik dapat menyebutkan 3 dari 4 ciri kurva indiferen atau tingkat penguasaan berkisar 85% - 89%.

b. Soal tes objektif dengan 4 pilihan terdiri atas 20 nomor, peserta didik dianggap menguasai materi apabila ia dapat mengerjakan 80% - 85% soal dengan benar.

5. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan lanjutan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru.

Dalam kenyataannya, setiap kali tes dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan tugas di atas rata-rata, yaitu a) hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai, b) peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.

Sumber:
Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad. 2015. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Wednesday, January 20, 2016

Komponen Strategi Pembelajaran: Partisipasi Peserta Didik

By With No comments:
Komponen strategi pembelajaran yang ke-3 setelah  Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan” dan “Penyampaian Informasi” adalah “Partisipasi Peserta Didik”.

Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam belajar, dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan revan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978).

Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu:

a. Latihan dan Praktik
Latihan dan praktik seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu pengetahuan, sikap atau keterampilan tertentu. Agar materi tersebut benar-benar terinternalisasi (relatif mantap dan menetap dalam diri mereka), maka kegiatan selanjutnya adalah hendaknya peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih atau mempraktikkan pengetahuan, sikap atau keterampilan tersebut. Sehingga setelah selesai belajar, mereka diharapkan benar-benar merencanakan TPK.

Sumber gambar: yudhimath.wordpress.com
b. Umpan Balik
Setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya, maka guru memberikan umpan balik (feedback)  terhadap hasil belajar tersebut. Peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan itu benar atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Umpan balik dapat berupa penguatan positif dan penguatan negatif. Melalui penguatan positif seperti pernyataan verbal (baik, bagus, tepat sekali, dan sebagainya) diharapkan perilaku tersebut akan terus terpelihara atau ditunjukkan oleh peserta didik. Sebaliknya melalui pernguatan negatif (kurang tepat, salah, perlu disempurnakan, dan sebagainya) diharapkan perlilaku tersebut akan dihilangkan atau peserta didik tidak akan melakukan kesalahan lagi serupa.

Sumber:
Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad. 2015. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Sunday, January 17, 2016

Komponen Strategi Pembelajaran: Penyampaian Informasi

By With No comments:
Setelah membahas “Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan” kita akan melanjutkan dengan pembahasan tentang komponen strategi pembelajaran yang ke-2 yaitu “Penyampaian Informasi”.

Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya, tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar, maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tiada berarti.

Guru yang menyampaikan informasi dengan baik, tetapi tidak melakukan pendahuluan dengan mulus akan menghadapi kendala dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya. Dalam kegiatan ini guru juga harus memahami dengan baik situasi dan kondisi yang dihadapinya.

Dengan demikian informasi yang disampaikan dapat diserap oleh peserta didik dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan informasi adalah urutan, ruang lingkup den jenis materi.

1. Urutan Penyampaian
Urutan penyampaian materi pembelajaran harus menggunakan pola yang tepat. Urutan materi diberikan berdasarkan tahapan berpikir dari hal-hal yang bersifat konkret ke hal-hal yang bersifat abstrak. Berdasarkan tahapan berpikir dari hal-hal yang bersifat abstrak atau dari hal-hal sederhana atau mudah dilakukan ke hal-hal yang lebih kompleks atau sulit dilakukan.

Selain itu, perlu juga diperhatikan apakah suatu materi harus disampaikan secara berurutan atau boleh melompat-lompat atau bolak-balik, misalnya dari teori ke praktik atau dari praktik ke teori. Urutan penyampaian informasi yang sistematis akan memudahkan peserta didik cepat memahami apa yang ingin disampaikan oleh gurunya.

2. Ruang Lingkup Materi yang Disampaikan
Besar kecilnya materi yang disampaikan atau ruang lingkup materi sangat bergantung pada karakteristik peserta didik dan jenis materi yang dipelajari. Umumnya ruang lingkup materi sudah tergambar pada saat penentuan tujuan pembelajaran, apabila TPK berisi muatan tentang suatu prosedur.

Yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memikirkan besar kecilnya materi adalah penerapan teori Gestalt. Teori tersebut menyebutkan bahwa bagian-bagian kecil merupakan satu kesatuan yang bermakna apabila dipelajari secara keseluruhan, dan keseluruhan tidaklah berarti tanpa bagian-bagian kecil tersebut.

Atas dasar teori tersebut perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
  • apakah materi yang disampaikan dalam bentuk bagian-bagian kecil seperti dalam pembelajaran terprogram? 
  • apakah materi akan disampaikan secara global/atau keseluruhan dulu, baru ke bagian-bagian keseluruhan dijelaskan melalui pembahasan isi buku, dan selanjutnya bagian-bagian kecil dijelaskan melalui uraian per bab?

3. Materi yang Akan Disampaikan
Materi pelajaran umumnya merupakan gabungan antara jenis yang berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci) keterampilan, langkah-langkah, prosedur, keadaan, syarat-syarat tertentu, dan sikap (berisi pendapat, ide saran dan tanggapan).

Kemp (1977) dan Merril (1977:370) membedakan isi pembelajaran menjadi 4 jenis, yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Dalam isi pelajaran ini terlihat masing-masing jenis pelajaran sudah pasti memerlukan strategi pembelajaran, guru harus terlebih dahulu memahami jenis materi pelajaran yang akan disampaikan agar diperoleh strategi pembelajaran yang sesuai. Contoh:

a. Apabila peserta didik diminta untuk mengingat nama satu objek, simbol atau peristiwa berarti materi tersebut berbentuk fakta, sehingga alternatif strategi penyampaiannya adalah dalam bentuk ceramah atau tanya jawab.
 
b. Apabila peserta didik diminta menyebutkan suatu definisi atau menulis ciri khas dari suatu benda, berarti materi tersebut berbentuk konsep sehingga alternatif penyampaian dalam bentuk resitasi atau penugasan atau diskusi kelompok.

c. Apabila peserta didik diminta mengemukakan hubungan antara beberapa konsep atau menerangkan keadaan ataupun hasil hubungan antara berbagai konsep, berarti materi tersebut berbentuk diskuasi terpimpin atau studi kasus.

Sumber:
Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad. 2015. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Sunday, January 10, 2016

Komponen Strategi Pembelajaran: Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan

By With No comments:
Menurut Walter Dick dan Carey (1978) terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu: 1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, 2) penyampaian informasi, 3) partisipasi peserta didik, 4) tes, dan 5) kegiatan lanjutan.

Pada artikel ini, kita akan membahas komponen yang pertama yaitu “Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan”.

Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting. Pada bagian ini, guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas materi pelajaran yang akan disampaikan.

Kegiatan pendahuluan yang disampaikan dengan menarik akan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Sebagaimana iklan yang berbunyi kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda, maka demikian pula dengan peserta didik yang dihadapi guru.

Sumber gambar: beritajakarta.com
Cara guru memperkenalkan materi pelajaran melalui contoh-contoh, ilustrasi tentang kehidupan sehari-hari atau cara guru meyakinkan apa manfaat materi, mempelajari materi pokok bahasan tertentu akan sangat memengaruhi motivasi belajara peserta didik.

Persoalan motivasi ekstrinsik ini menjadi sangat penting bagi peserta didik yang belum dewasa, sedangkan motivasi intrinsik sangat penting bagi peserta didik yang sudah lebih dewasa. Motivasi intrinsik lebih mendominasi kelompok peserta didik yang lebih dewasa karena kelompok ini lebih menyadari pentingnya kewajiban belajar serta manfaatnya bagi mereka.

Secara spesifik, kegiatan pembelajaran pendahuluan dapat dilakukan melalui teknik-teknik berikut ini:
  1. Jelaskan tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan akan dapat dicapai oelh semua peserta didik di akhir kegiatan pembelajaran. Dengan demikian peserta didik akan menyadari pengetahuan, keterampilan dan sekaligus manfaat yang akan diperoleh setelah mempelajari pokok bahasan tersebut. Demikian pula perlu dipahami oleh guru bahwa dalam menyampaikan tujuan, hendaknya digunakan kata-kata dan bahasa yang mudah dimengerti oelh peserta didik. Pada umumnya penjelasan dengan menggunakan ilustrasi kasus yang sering dialami oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan bagi peserta didik yang lebih dewasa dapat dibacakan sesuai rumusan yang telah diterapkan terdahulu. 
  2. Lakukan apersepsi berupa kegiatan yang merupakan jembatan antara pengetahuan lama dan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Tunjukkan pada peserta didik tentang eratnya hubungan antara yang telah mereka miliki dengan pengetahuan yang akan dipelajari. Kegiatan ini dapat menimbulkan rasa mampu dan percaya diri sehingga mereka terhindar dari rasa cemas dan takut menemui kesulitan atau kegagalan.
Sumber:
Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad. 2015. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Tuesday, January 5, 2016

Sistem Perekonomian: Sistem Campuran (Hybrid Mixture – istilah dari Heilbroner)

By With No comments:
Setelah kita membahas Sistem Ekonomi Liberalis dan Komando, kita akan melanjutkan pembahasan tentang Sistem Ekonomi Campuran.

Sistem Ekonomi Campuran merupakan sistem ekonomi dimana pada satu sisi pemerintah memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhannya, akan tetapi di sisi lain pemerintah turut campur tangan dalam perekonomian.

Tujuan campur tangan pemerintah tersebut adalah untuk menghindari penguasaan secara penuh dari segolongan masyarakat terhadap sumber daya ekonomi. Campur tangan pemerintah biasanya berupa:
  1. Membuat peraturan atau undang-undang yang bertujuan untuk mengatur dan mengawasi kegiatan ekonomi masyarakat 
  2. Mendirikan perusahaan-perusahaan negara yang kegiatannya hampir sama dengan kegiatan usaha swasta pada umumnya hanya orientasinya lebih ditujukan kepada keutamaan kepentingan masyarakat banyak 
  3. Dalam bentuk kebijakan-kebijakan fiskal dan kebijakan-kebijakan moneter
Apabila diperhatikan, agaknya sistem ekonomi campuran inilah yang paling banyak diterapkan dan yang paling berhasil serta mampu bertahan hingga sekarang ini. Uni Soviet gagal dalam perekonomiannya yang menganut sistem komando/sosialis, sementara Amerika Serikat atau Eropa Barat umumnya meskipun tidak dideklarasikan agaknya tidak bisa menjalankan sistem pasar bebas secara penuh.

Sumber Gambar: blingjamong.files.wordpress.com
Sebagai contoh, pemerintah Barack Obama tahun 2009 mengucurkan dana talangan pada perusahaan sepeda motor Harley Davidson agar perusahaan ini tidak dipailitkan oleh perusahaan luar AS, padahal sistem talangan dana dari pemerintah “haram” bagi sistem kapitalis/liberalis, dimana pemerintah hanya menggeluti bidang hankan dan luar negeri. Hal ini terbukti dari adanya undang-undang anti monopoli dan anti trust, anti dumping dan sistem kuota dari AS dan Eropa.

Sumber:
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro: Edisi 5. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sistem Perekonomian: Sistem Komando/Terpimpin/Sosialis

By With No comments:
Setelah kita membahas Sistem Ekonomi Liberalis, kita akan melanjutkan pembahasan tentang Sistem Ekonomi Komando.

Sistem Ekonomi Komando disebut juga dengan Sistem Ekonomi Terpimpin, Sistem Ekonomi Perencanaan dan ada juga yang mengistilahkan dengan Sistem Ekonomi Sosialis.

Sistem Ekonomi Komando dipopulerkan oleh Karl Marx secara tidak langsung (sebab pada dasarnya Karl Marx sendiri tidak memiliki kerangka dasar tentang apa dan bagaimana sistem komando itu. Ide dasarnya sebenarnya diambil dari kritikannya terhadap sistem ekonomi kapitalis seputar awal keberhasilan sampai pada kegagalan sistem kapitalis tersebut melalui teori nilai lebih), dimana sistem ini merupakan syarat bila sistem sosialis ingin berhasil.

Pada Sistem Komando ini pemerintah campur tangan penuh dalam perekonomian masyarakatnya, karena menurut anggapan Karl Marx, bahwa apabila masyarakat (individu) dibiarkan secara bebas menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnisnya maka akan terjadi ketimpangan penguasaan sumber-sumber ekonomi dan akan terjadi penindasan ekonomi oleh masyarakat kaya terhadap masyarakat miskin.

Karl Marx - Sumber Gambar: biography.com
Jaman pemerintahan Lenin dilanjutkan oleh Stalin sistem komando di Uni Soviet berkembang hingga ke China dan Korea Utara termasuk juga Kuba. Umumnya negara yang menganut sistem komando ini relatif tidak berkembang perekonomiannya.

China, Rusia (pecahan Uni Soviet) dan Kuba menyadarinya dan mereka merubahnya menjadi ssitem campuran meskipun faham komunis tetap merupakan idiologinya (dalam hal ini terbukti bahwa faham komunis bukanlah penyebab sistem sosialis atau komando).

Korea Utara masih tetap menganut faham komunis sistem komando, akibatnya negara ini mengalami masalah ekonomi yang parah, seperti kelaparan (tahun 2004) dan penurunan gizi (menurut laporan Natgeo, tinggi badan orang Korea Utara menyusut dibandingkan dengan zaman perang dingin antara blok timur dan barat (antara Fakta Warsawa dan Nato), kalau Korea Utara sekarang ini mampu memproduksi senjata nuklir itu bukan karena negara ini makmur akan tetapi menurut analisis NatGeo, itu adalah satu-satunya cara yang bisa dilakukan oleh Korea Utara agar negara barat (termasuk Korea Selatan) tetap mau berunding dan memberikan bantuan ekonomi.

Sumber:
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro: Edisi 5. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sunday, January 3, 2016

Sistem Perekonomian: Sistem Pasar Bebas/Liberalis/Kapitalis

By With No comments:
Dalam perekonomian hingga saat ini dikenal 3 sistem perekonomian yang selalu dibahas dalam literature ilmu ekonomi. Tiga sistem perekonomian tersebut yaitu: 1) sistem liberalis, 2) sistem komando dan 3) sistem campuran.

Dalam artikel kali ini kita akan membahas tentang sistem ekonomi pasar bebas, atau dikenal juga dengan sistem liberalis/kapitalis.

Sistem pasar bebas dipopulerkan oleh kaum klasik yang dipelopori oleh Adam Smith yang mensyaratkan teorinya hanya dapat dijalankan pada negara yang menganut sistem kapitalis atau pasar bebas.

Sistem pasar bebas mensyaratkan tidak adanya campur tangan pemerintah dalam perekonomian, masyarakat dibiarkan bebas untuk melakukan kegiatan ekonomi dan bisnisnya, karena menurut Adam Smith, hanya masyarakatlah yang paling tahu mengenai kebutuhannya.

Sumber gambar: liberalis.jp
Peran pemerintah hanya difokuskan pada perundang-undangan, pertahanan dan keamanan serta hubungan luar negeri, selebihnya diserahkan kepada masyarakat. Sistem kapitalis harus menganut sistem pasar bebas dan harus dijalankan secara demokratis dengan basis individualistis, alasannya sederhana karena kondisi yang demokratis hanya bisa terjadi bila dilandasi sikap individualistis bukan egois, bukan gotong royong atau kebersamaan?

Catatan: Individualistis adalah sikap yang mementingkan diri sendiri dengan memanfaatkan orang lain. Egois adalah sikap yang mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan atau tidak peduli dengan orang lain.

Program CSR perusahaan besar di Indonesia menunjukkan kalau mereka individualistis (mencari popularitas di masyarakat) agar masyarakat tetap mempercayai produknya dengan membantu masyarakat. Para rentenir adalah sikap egois, karena mematikan daya juang ekonomi masyarakat. Negara yang dikuasai oleh para egois biasanya cenderung tidak berkembang.

Sumber:
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro: Edisi 5. Jakarta: Mitra Wacana Media.