Tuesday, October 9, 2012

Faktor Pembentuk dan Komponen Store Image

By
Faktor Pembentuk Store Image - Image dapat terbentuk dari dua faktor komunikasi dan pengalaman konsumen selama mengkonsumsi barang atau jasa yang mereka beli. Echner dan Ritchie dalam Suhartono dan Kusdibyo (2005) berpendapat bahwa komunikasi yang terbentuk antara suatu organisasi dengan publik baik berupa promosi seperti brosur, poster mau pun media informasi melalui koran, TV, majalah, radio mempengaruhi persepsi konsumen terhadap suatu organisasi tersebut. Selain itu dipengaruhi juga oleh promosi dan komunikasi melaui media, persepsi konsumen juga dipengaruhi oleh komunikasi diantara konsumen yang dikenal “word of mounth communication”.

Faktor kedua yang mempengaruhi citra (image) adalah pengalaman konsumen baik langsung maupun tidak langsung dalam berhubungan dengan penyedia produk maupun jasa. Pengaruh dari pengalaman berhubungan dengan suatu organisasi ini sangat besar pengaruhnya dalam membentuk persepsi konsumen terhadap suatu organisasi atau toko. Pengalaman konsumen dalam berbelanja akan memberikan kesan di benak konsumen sehingga membentuk store image (citra toko).


Komponen Store Image
Menurut Berman et al (2001) dalam membentuk store image terdapat 5 variabel yang akan membuat persepsi konsumen terhadap sebuah toko sebagai kepribadian toko yang berbeda dari toko lainnya sehingga konsumen merasa senang dan puas terhadap toko tersebut dan membuat keputusan pembelian. Variabel-variabel tersebut yaitu:
1. Lokasi
Pemilihan lokasi sangat menentukan dalam bisnis retail. Lokasi yang letaknya ditengah pusat perdagangan atau pusat kota merupakan harapan semua pemilik bisnis retail. Lokasi toko haruslah mudah untuk dikunjungi oleh para pelanggannya. Tersedianya berbagai jenis sarana angkutan umum untuk para konsumen sehingga konsumen lebih mudah mengunjungi toko tersebut.

Lokasi adalah tempat kedudukan penjual dari tempat kedudukan konsumen dalam arti akses/cara yang harus ditempuh konsumen menuju toko” (Peter dan Olson, 2002: 254). Lokasi yang tepat akan memberikan kemudahan bagi konsumen untuk menjangkau toko, sehingga konsumen tidak perlu mengeluarkan waktu dan biaya yang berlebihan untuk menjangkau toko. Kemudahan dalam menjangkau lokasi toko dengan angkutan umum seperti bus, angkot, becak, dan lain sebagainya memudahkan konsumen untuk menuju toko. 

Menurut Peter dan Olson, “Lokasi adalah tepat yang baik menjamin tersediannya akses yang cepat, dapat menarik sejumlah besar konsumen, dan cukup kuat untuk mengubah pola berbelanja dan pembelian konsumen.” (2002: 255) Lokasi strategis merupakan komitmen sumber daya jangka panjang yang dapat berpengaruh terhadap masa depan serta pertumbuhan riteler, sehingga mempunyai implikasi yang besar. Pemilihan lokasi termasuk juga kemudahan parkir maupun jarak perjalanan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.

Lokasi juga akan mempengaruhi store image yang terlihat dari tempat berdirinya toko, konsumen akan mengingat tempat/daerah lokasi toko sehingga konsumen akan mengingat toko dengan baik. Selain itu kekuatan daya tarik toko yang membuat persepsi pada konsumen dengan letak yang strategi dan kemudahan untuk menjangkaunya membuat konsumen melakukan keputusan pembelian di toko tersebut. Seperti pendapat yang di nyatakan David dalam Foster yang mengatakan bahwa “Bila semua faktor mempunyai nilai yang hampir sama dalam memutuskan pilihan toko, pada umumnya konsumen akan memilih toko yang paling dekat, karena hal itu akan memberikan kenyamanan yang lebih bagi konsumen dalam hal waktu dan tenaga” (2008: 52).

2. Produk
Pengertian produk menurut Kotler dan Amstrong, “Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan” (2006: 266). Terkaitan dengan store image, produk yang dijual harus berkualitas, dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen, selain itu produk yang ada di dalam toko memiliki keluasan dan kedalaman produk (product assortment) atau bauran barang dagangan (merchandise mix). Keluasan itu menunjukan pada keragaman produk yang ditawarkan, sedangkan kedalaman itu menunjuk pada jumlah merek-merek yang berbeda dalam setiap ragam.

Menurut Kotler dan Amstrong, kualitas produk merupakan karakteristik produk yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan (2006: 272). Kualitas produk merupakan hal yang penting dalam pembentukan store image karena konsumen datang ke toko untuk membeli produk yang di jual di toko, dengan kualitas produk yang baik maka konsumen akan merasa puas terhadap produk yang dijual di toko tersebut.

3. Harga
Menurut Daniel, “Harga adalah sesuatu yang diserahkan dalam penukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa” (2001: 268). Harga pengecer merupakan faktor yang penting dalam penentuan posisi dan harus diputuskan sesuai dengan pasar sasarannya. Pedagang eceran harus memperhatikan taktik persaingan harga.  Sebuah toko dapat menjadi terkenal karena harga jual yang ditetapkan cukup murah atau harga jual yang ditetapkan merupakn harga pasti. Berdasarkan hal itu, pengecer harus dapat menetapkan harga yang tepat untuk barang-barangnya, sehingga kelancaran penjualan barang akan lebih terjamin. Semua pengecer senantiasa berkeinginan menetapkan harga yang tinggi dengan volume penjualan yang tinggi pula, namun kedua hal ini sulit diterapkan secara bersamaan.

4. Pelayanan Konsumen
Zeithaml dan Bitner menyatakan bahwa, "Service are deeds, processes, and performances. The services are not tangible things that can be touched, seen, and felt, but rather are intangible deeds and performance” artinya pelayanan adalah perbuatan, proses, dan kinerja. Jasa tidak berwujud yang tidak dapat dipegang, dilihat, dan dirasakan tetapi lebih dari suatu perbuatan nyata dan kinerja (2000: 5). Pengertian lain menurut utami, pelayanan adalah suatu keinginan konsumen untuk dilayani dan pelayanan berhubungan dengan penjualan produk yang akan dibeli konsumen, misalanya pemberiaan fasilitas alternatif pembayaran, pemasangan perlengkap, merubah model untuk pakaian, dan sebagainya (2010:88).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jasa atau layanan merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur ketidak berwujud dan intangibility yang berhubungan dengannya, yang melibatkan beberapa interaksi dengan konsumen atau dengan properti dalam kepemilikannya, dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan kondisi mungkin saja terjadi dan produksi jasa bisa saja berhubungan atau bisa pula tidak berhubungun dengan produk fisik seperti tenaga penjualan yang ramah, adanya bantuaan dari tenaga penjualan atas informasi yang terkait denga produk, dan pemberian ungkapan-ungkapan persetujuan dan solusi atas keluhan pada tenaga penjualan.

5. Fasilitas Fisik
Menurut Utami, “fasilitas fisik adalah faktor penentu dalam mendominasi pangsa pasar yang diinginkan oleh perusahaan ritel karena mencangkup ada fasilitas-fasilitas yang dibuat perusahaan seperti tempat parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain” (2010: 89). Fasilitas Fisik sebagai penunjang bangunan pokok dan produk yang dijual, juga mempunyai pengaruh yang kuat bagi konsumen. Konsumen menyukai berbelanja pada toko retail yang memiliki fasilitas fisik yang baik, yang mampu memberikan rasa nyaman ketika sedang berbelanja. Misalnya, pengaruh dari eksterior bangunan, tidak kecil nilainya, ini merupakan bagian pertama yang dilihat oleh konsumen. Sisi dalam toko, misalnya layout dan display, dinding dan warna lantai, penerangan, musik, dan suhu ruangan juga memberikan kontribusi terhadap citra toko.
Facebook Twitter Google+

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment