Tuesday, May 6, 2014

Mengapa Marketing 3.0?

By
Selama bertahun-tahun, marketing telah berevolusi melalui tiga tahap yang disebut Marketing 1.0, 2.0 dan 3.0. Banyak pemasar saat ini masih menerapkan baik Marketing 1.0 maupun Marketing 2.0, dan beberapa diantaranya telah menerapkan Marketing 3.0. Peluang terbesar akan diperoleh oleh pemasar yang mempraktikkan Marketing 3.0.

Dahulu, selama era industri (ketika inti dari teknologi adalah mesin-mesin industri) marketing adalah tentang menjual output produk perusahaan kepada siapapun yang ingin membelinya. Produk yang dihasilkan itu adalah produk standar dan didesain untuk memenuhi permintaan massal.

Tujuannya adalah untuk menstandardisasi dan memenuhi skala produksi hingga biaya produksi terendah, sehingga produk-produk ini dapat dijual murah dan terjangkau oleh lebih banyak pembeli.

Mobil model T dari Henry Ford mewakili strategi ini; Ford berkata “Setiap pelanggan dapat memiliki mobil dengan warna apapun selama itu hitam”. Ini adalah era Marketing 1.0 atau era product-centric.

Marketing 2.0 hadir di masa teknologi saat ini (dimana intinya adalah teknologi informasi). Pekerjaan marketing tidak lagi sesederhana dulu. Konsumen zaman sekarang sangat mudah mendapat informasi dan membandingkan beberapa tawaran dari produk serupa. Nilai dari suatu produk ditentukan oleh konsumen.

Konsumen sangat berbeda dalam preferensi mereka. Pemasar harus membuat segmen pasar dan mengembangkan sebuah produk unggulan untuk target pasar tertentu. Aturan emas dari “pembeli adalah raja” sangat berguna bagi banyak perusahaan.

Konsumen merasa lebih baik karena kebutuhan dan keinginannya sangat diperhatikan. Konsumen dapat memilih dari berbagai macam alternatif dan karakteristik fungsional.

Sayangnya, pendekatan consumer-centric ini secara implisit menganggap bahwa konsumen adalah target pasif dari kampanye marketing. Ini adalah pandangan di era Marketing 2.0 atau era customer-oriented.

Marketing 3.0 berada pada era yang dipicu oleh nilai-nilai (values driven). Pemasar tidak meperlakukan orang semata-mata sebagai konsumen, namun melakukan pendekatan dengan memandang mereka sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan pikiran, hati, dan spirit.

Semakin banyak konsumen yang berusaha mencari solusi terhadap kegelisahan mereka untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Dalam dunia yang penuh dengan kebingungan, konsumen mencari perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan terdalam mereka dalam bidang sosial, ekonomi, dan keadilan lingkungan pada visi, misi dan nilai-nilainya. Dalam produk dan jasa yang dipilihnya, konsumen tidak hanya mencari pemenuhan fungsional dan emosional namun juga pemenuhan spirit.

Seperti hanlnya Marketing 2.0 yang berorientasi pada konsumen, Marketing 3.0 pun berusaha memenuhi kebutuhan konsumen. Namun, perusahaan yang mempraktikkan Marketing 3.0 memiliki visi, misi dan nilai-nilai yang lebih besar untuk dikontribusikan pada dunia; perusahaan berusaha memberikan solusi untuk menangani masalah di masyarakat.

Marketing 3.0 mengangkat konsep marketing ke dalam arena aspirasi, nilai-nilai dan human spirit. Marketing 3.0 meyakini bahwa konsumen adalah manusia lengkap, karena itu kebutuhan dan harapannya tidak boleh diabaikan. Maka, Marketing 3.0 melengkapi emotional marketing dengan human spirit marketing.

Sumber:
Kotler, Philip; Hermawan Kartajaya & Iwan Setiawan. 2010. Marketing 3.0. Jakarta: Erlangga.
Facebook Twitter Google+

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment