Friday, July 26, 2013

Proses Sosial yang Timbul dari Interaksi Sosial

By
Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soejono Soekanto, 2007: 64) ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu:

1. Proses-proses yang  Asosiatif
a. Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya).

b. Akomodasi (Accomodation)
Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soejono Soekanto, 2007: 69) adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi.

Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.

Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan.

Proses Sosial yang Timbul dari Interaksi Sosial

Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan, kontravensi, dan pertentangan.

a. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

b. Kontravensi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.

c. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan  bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi ada yang bersifat assosiatif (menuju ke arah stabilitas sosial) yang dilakukan melalui kerjasama, akomodasi, asimilasi, akulturasi dan bersifat dissosiatif demi persaingan, kontravensi, dan pertentangan.

Selanjutnya penulis merumuskan bahwa untuk mengetahui tingkat interaksi sosial yang terjadi pada siswa dapat ditinjau dari: 1) kerja sama (cooperation); 2) persaingan (competition); 3) pertentangan (conflict);4) persesuaian (accommodation); dan 5) perpaduan (asimilation).
Facebook Twitter Google+

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment