Friday, July 24, 2015

Potensi Pembelajaran Terpadu (Blended Learning)

By
Pembelajaran elektronik terpadu memungkinkan kita untuk mengubah sikap kita tidak hanya terhadap di mana dan kapan pembelajaran berlangsung, tetapi juga sumber dan alat apa yang dapat mendukung pembelajaran dan bagaimana caranya menggunakan sumber dan alat ini. Pembelajaran elektronik terpadu menambah dimensi pembelajaran terpadu.

Pembelajaran elektronik terpadu mendorong penggabungan tempat yang berbeda, yang memungkinkan peserta didik belajar dari perguruan tinggi,  universitas,  lingkungan kerja,  rumah,  atau di jalan.

Pembelajaran elektronik terpadu juga dapat memberikan fleksibilitas dalam hal waktu di mana pelajar dapat berpartisipasi dalam kelas-kelas, yang mengurangi atau menghilangkan keterbatasan yang muncul sebagai akibat dari penyeimbangan komitmen kerja atau komitmen rumah dengan komitmen belajar.

Pembelajaran ini membuka jangkauan sumber-sumber media yang dapat dipergunakan untuk belajar. Keterpaduan tempat, waktu,  dan media memberi keragaman baru pada jenis-jenis kegiatan yang dapat peserta didik lakukan dan cara mereka berkolaborasi dengan menggunakan alat-alat elektronik yang tersedia.

Pembelajaran elektronik terpadu menambah dimensi ekstra terhadap pembelajaran. Penggabungan antara wilayah fisik dan online bermaksud agar masyarakat dapat membentuk dan berinteraksi dengan cara-cara yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Penggabungan ini memungkinkan terjadinya interaksi yang sesungguhnya (secara serempak) dalam hubungannya dengan peluang untuk bekerjasama selama jangka waktu tertentu (secara tidak serempak). Hal ini yang nantinya akan menggali bentuk-bentuk dialog yang berbeda dan tipe-tipe pembelajaran baru.

Potensi Pembelajaran Terpadu (Blended Learning)
Blended Learning via etrainingpedia.com
Sumber media dan peralatan baru memungkinkan peserta didik untuk menciptakan bank sumber belajar mereka sendiri,  menggabungkan aset-aset yang mereka ciptakan sendiri dengan materi-materi yang lebih “formal” yang bersumber dari perpustakaan-perpustakan dari berbagai belahan dunia.

Hal ini menimbulkan pertanyaan terhadap beberapa nilai tradisional sebuah pendidikan,  seperti: siapa yang memiliki,  menciptakan dan mengawasi sumber-sumber dan pengetahuannya. Tipe-tipe kegiatan pembelajaran baru menantang pemikiran kita seperti: bagaimana pembelajaran bisa difasilitasi, merumuskan etiket-etiket belajar dan mengajar  baru, dan menggeser kontrol fokus dari pengajar kepada peserta didik.

Walaupun pembelajaran terpadu dan pembelajaran elektronik memiliki potensi untuk menyediakan beragam fleksibilitas yang dibutuhkan oleh peserta didik,  ada beberapa kendala besar yang dikelompokkan menjadi empat motif utama. Yang pertama,  pemegang kendali untuk perubahan harus diidentifikasi dan ditonjolkan.

Ke-dua, kemungkinan-kemungkinan baru yang muncul dalam perjalanan bisa saja merugikan,  jadi kita harus menemukan pendekatan yang dapat mendukung metode pembelajaran ini. Ke-tiga,  metodologi-metodologi baru semakin menambah rumit semua persiapan yang dilakukan untuk menerapkan pembelajaran terpadu maupun pembelajaran elektronik. Yang ke-empat, cara-cara berinteraksi yang baru dan pertukaran informasi yang bebas perlu dipertimbangkan secara hati-hati masalah etisnya.

Petimbangan-pertimbangan ini berdampak pada para rekanan di dalam institusi.  Manajemen senior dan pembuat kebijakan harus memikirkan peluang dan alasan baru mengapa mereka mau mengadopsi pembelajaran elektronik terpadu. Manajer pembelajaran elektronik juga harus mempertimbangkan bantuan dan biaya yang dibutuhkan.

Staf pembantu harus memberikan masukan kepada para tutor dan peserta didik di univesitas,  perguruan tinggi,  atau di dalam lingkungan kerja —atau kepada orang-orang yang bekerja di bidang-bidang ini. Para tutor harus memikirkan konteks pembelajaran baru dan faktor-faktor lain yang terlibat dalam pembelajaran terpadu,  serta bagaimana hal-hal ini berhubungan satu sama lain.

Para peserta didik harus dipersiapkan untuk memangku peran dan tanggungjawab baru dalam bentuk pembelajaran baru ini. Dan semua orang harus mempertimbangkan implikasi etis dari bentuk interaksi dan kebebasan informasi yang baru ini.

Penulis: Dr. Dewi Kusuma Wardani, M.Si. (rangkuman dari buku “Preparing for Blended e-Learning” dengan penulis Allison Littlejohn & Chris Pegler).
Facebook Twitter Google+

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment