Monday, March 30, 2015

Mengapa Harga Bensin di Amerika Serikat dan Banyak Negara di Eropa Sangat Tinggi?

By
Harga bensin yang tinggi di beberapa negara di dunia, termasuk di Amerika Serikat dan banyak negara di Benua Eropa disebabkan pajak yang dibebankan atas bensin tersebut. Di banyak negara tersebut, bensin merupakan salah satu produk yang pajaknya paling tinggi.

Di Amerika Serikat misalnya, hampir setengah dari harga bensin yang dibayar oleh pengendara diberikan untuk pajak. Di banyak negara di Eropa, pajak bensin bahkan lebih tinggi. Harganya dapat mencapai tiga atau empat kali lipat daripada harga bensin di Amerika Serikat.

Berikut beberapa negara dengan harga bensin yang tinggi (2014):
  1. Di Amerika Serikat harga bensin mencapai US$0,89 per liter, apabila kurs dollar Amerika Serikat atas rupiah adalah Rp13.000,00 maka harga bensin di Amerika Serikat adalah Rp11.570,00 per liter. 
  2. Di Brazil harga bensin mencapai US$1,07 per liter, atau Rp13.910,00 per liter jika kurs dollar Amerika Serikat atas rupiah adalah Rp13.000,00. 
  3. Di Prancis harga bensin mencapai US$1,74 per liter, apabila kurs dollar Amerika Serikat atas rupiah adalah Rp13.000,00 maka harga bensin di Prancis adalah Rp22.620,00 per liter. 
  4. Di Inggris harga bensin jauh lebih mahal dari Amerika Serikat dan Brazil, yaitu US$2,03 atau sekitar Rp26.390,00 jika kurs dollar Amerika Serikat atas rupiah adalah Rp13.000,00.
Harga bensin di 4 (negara) negara tersebut memang lebih tinggi dari harga bensin  di Indonesia saat ini. Namun, bukan tanpa alasan empat negara tersebut menerapkan kebijakan harga bensin atau pajak bensin yang tinggi tersebut.

Kemungkinan besar pajak atas bensin di Amerika Serikat, dan beberapa Negara di Eropa tersebut adalah pajak pigovian. Sebagaimana kita ketahui Pajak Pigovian adalah pajak yang diberlakukan untuk memperbaiki dampak dari eksternalitas negatif.

Lalu eksternalitas negatif apa yang dimunculkan oleh pengguna bensin? Jawabannya adalah eksternalitas negatif yang diakibatkan oleh pengguna kendaraan bermotor, seperti sepeda motor dan mobil. Beberapa hal yang merupakan eksternalitas negatif dari kendaraan bermotor adalah sebagai berikut:

1. Kemacetan
Jelas sekali bahwa apabila banyak kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya akan berpotensi membawa dampak pada kemacetan. Jika kita pernah terjebak dalam kemacetan, mungkin kita berharap supaya jumlah sepeda motor dan mobil tidak sebanyak ini.

Seperti halnya di Indonesia, potensi kemacetan sangat tinggi, bahkan beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta sudah dilanda kemacetan setiap harinya. Tidak menutup kemungkinan keadaan ini akan merembet ke kota-kota lainnya.

Kita bisa lihat setiap hari ada truk-truk besar yang mengangkut sepeda motor dan mobil baru, hal tersebut mengindikasikan bahwa sepeda motor dan mobil-mobil tersebut laku terjual dan secara otomatis akan menambah jumlah pengendara sepeda motor dan mobil, selanjutnya berpotensi menambah tingkat kemacetan.

Permberlakuan pajak yang tinggi atas bensin di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa tersebut bertujuan untuk mengurangi kemacetan dengan mendorong warga untuk menggunakan transportasi umum, lebih sering saling menumpang (carpool) dan tinggal lebih dekat dengan tempat kerja.

2. Kecelakaan
Eksternalitas kedua yang diakibatkan oleh pengguna kendaraan bermotor adalah kecelakaan lalu lintas (lakalantas). Semakin banyak jumlah kendaraan bermotor, semakin tinggi pula potensi atau kemungkinan terjadinya lakalantas.

Terlebih apabila dalam kemacetan, banyak pengendara yang tidak sabar atau mungkin terburu-buru sehingga ugal-ugalan dalam berkendara, menerjang rambu-rambu lalu lintas dan sebagainya. Potensi kecelakaan ini bisa dikurangi dengan kebijakan pajak yang tinggi atas bensin untuk mengurangi jumlah pengendara kendaraan bermotor.

3. Polusi
Sangat jelas bahwa banyaknya kendaraan bermotor akan memicu tingginya tingkat polusi. Kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil menghasilkan gas beracun dari pembakarannya. Pembakaran bahan bakar fosil seperti bensin diyakini oleh banyak pihak sebagai penyebab pemanasan global. Pajak bensin dapat mengurangi risiko ini dengan menurunkan pengguna bensin.

Dengan demikian, tidak seperti pajak lainnya yang menyebabkan kerugian beban baku, pajak bensin sebenarnya membuat perekonomian berjalan lebih baik. Ini berarti lebih sedikit kemacetan, jalanan lebih aman dan lingkungan yang lebih bersih.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia?? Perlu dan pantaskan kebijakan ini diterapkan di Indonesia?? Bagaimana pendapat anda??

Referensi:
Mankiw, N. Gregory. 2012. Principles of Microeconomics: 6th Edition. South-Western Cengage Learning.
Facebook Twitter Google+

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment