Wednesday, January 7, 2015

Kualifikasi Pemimpin: Theis dan Moralis

By
Seorang Pemimpin yang baik mempunyai beberapa kualifikasi, diantaranya adalah Theis dan Moralis.

Theis
Jenis kualifikasi “theis” yang dimaksudkan di sini bahwa pemimpin itu harus mempercayai salah satu agama, dan menjalankan sariatnya. Karena sariat yang diwajibkan bahkan didogmakan dalam suatu agama pastilah mengandung hikmah atau faedah yang besar bagi diri pribadi dan bagi masyarakat.

Diantara hikmah tersebut adalah dapat mendidik manusia untuk berdisiplin, tertib, dan cinta kepada sesuatu aturan. Mendidik seseorang untuk selalu mensyukui rohmat yang telah diberikan Tuhan atau jasa pihak lain.

Hikmah yang lain, yang juga merupakan perwujudan dari kualifikasi jenis ini, bahwa manusia yang telah melakukan saiat agama, kemungkinan besar jauh melakukan perbuatan maksiat, karena telah tumbuh dalam hati dan jiwanya rasa taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Moralis
Sebenarnya orang hidup di dalam masyarakat itu sudah sejak kecil terikat adanya peraturan-peraturan yang membatasi kemerdekaan behaviornya. Segala sesuatu dalam masyarakat akan berjalan dengan tertib apabila terpenuhi aturan-aturan dalam masyarakat tersebut. Tetapi karena aturan itu umumnya bersifat sukarela, maka biasanya orang menjadi tidak terasa bahwa tindakannya dikendalikan oleh berbagai aturan.

Dan baru terasa apabila aturan itu tidak dipatuhi berakibat terganggunya ketertiban. Inisiatif untuk melaksanakan aturan itu harus ada kesadaran yang timbul dari hati nurani manusia itu masing-masing. Dan kesadaran itu ada apabila masing-masing individu mempunyai cukup pengertian tentang moral, yang akhirnya akan mendorong manuisia itu ke kehidupan kesusilaan yang tinggi.


Perkataan moral, berasal dari bahasa Latin mos yang berarti kebiasaan. Dari kata itu terjadilah kata sifat moralis yang selanjutnya dengan biasa disingkat dengan moral saja, yang ke dalam bahasa Belanda ditulis morelle yang berarti susila.

Kalau kita berfikir lebih lanjut tentang moral, sudah dapat dipastikan bahwa moral mempunyai hubungan dengan perbuatan dan karakter manusia. Perbuatan mana yang boleh dan perbuatan mana yang tidak boleh diperbuat manusia ketertiban dalam hidup sehari-hari.

Maka dari uraian tersebut di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sasaran dari moral adalah keselarasan perbuatan manusia dengan aturan-aturan atau norma-norma yang mengenai perbuatan manusia itu sendiri. Yang di dalamnya sudah mencakup dua dimensi, yaitu dimensi lahiriah dan dimensi batiniah.

Dimensi lahiriah adalah sebagai bekal kita dalam kehidupan atau pergaulan dalam masyarakat (public intern dan extern organisasi). Dan dimensi rohaniah atau batiniah adalah suatu tuntunan kearah terbukanya pintu kesadaran yang diilhami oleh ajaran agama.

Sumber:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. (Dosen S1 dan S2 Pendidikan Ekonomi FKIP UNS) dalam bukunya yang berjudul “Fungsi Manajemen”.
Facebook Twitter Google+

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment