Sunday, November 30, 2014

Asal Kata dan Definisi Komunikasi

By With No comments:
Asal Kata Istilah Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare yang berarti menyebarluaskan atau memberitahukan. Dari perkataan communicare tersebut, maka terjemahan kata communis / communal yang mengandung arti milik bersama atau kebersamaan yang secara umum dapat dikatakan sebagai berlaku di mana-mana/umum sifatnya.

Dalam bahasa Inggris istilah yang mempunyai arti identik dengan itu adalah "communication" yang diartikan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti. Dari istilah bahasa Inggris communication itulah yang kemudian terjadilah kata komunikasi yang diartikan sebagai suatu kegiatan untuk menyampaikan ide, pikiran, gagasan dari seseorang kepada orang lain.

Definisi Komunikasi
Hampir di setiap media komunikasi (surat kabar, majalah dsb.) banyak kita jumpai adanya berbagai macam informasi, baik itu berupa pemberitahuan, ajakan maupun himbauan. Misalnya pemberitahuan tentang kasus korupsi, himbauan dari Bapak Gubernur Jawa Tengah tentang penegakan disiplin, dan lain sebagainya. Ini semua adalah merupakan manifestasi (wujud) dari kegiatan komunikasi.

Bertitik tolak dari hal di atas, maka timbullah prakarsa (keinginan) untuk menjelaskan apa sebenarnya komunikasi itu.

1. Menurut Ensiklopedi Administrasi
Communication (komunikasi) adalah suatu proses penyam-paian berita dan ide dari suatu sumber berita ke suatu tempat tujuan.

2. Philip Astrid S. Susanto dalam bukunya yang berjudul "Komunikasi dalam teori dan Praktek".
Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti.

Sumber gambar: m.kabar24.com
3. Menurut C J Houland
Komunikasi diartikan sebagai rangsangan-rangsangan yang biasanya dengan lambang kata-kata dengan maksud untuk mengubah sikap orang lain.

4. Menurut Oxford Dictionary
Communication is the sending or exchange of information idea, etc. Yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih pengiriman atau tukar menukar informasi, ide, dan sebagainya.

5. Keith Davis dalam bukunya yang berjudul "Human Relations at Work".
Communication is the process of passing information and understanding from one person to another. Yang kurang lebih mengandung arti komunikasi adalah proses jalur informasi dan pengertian dari seseorang ke orang lain.

6. Benny Kaluku
Komunikasi adalah proses penyampaian pengertian dan mengandung semua unsur prosedur yang dapat mempertemukan suatu pemikiran dengan pemikiran lainnya.

7. Communicative Skill (Air University USA)
Communication is the process that has three components. The first is a communicator, some one with a meaning to transmits. The second is a symbol to transmit the meaning. The third is a receptor some one to receive the symbol and translate it into meaning. Artinya kurang lebih komunikasi adalah suatu proses yang mempunyai tiga komponen. Pertama, komunikator yaitu seseorang yang memindahkan arti. Kedua simbol untuk memindahkan arti. Ketiga penerima yaitu seseorang yang menerima simbol dan menterjemahkan artinya.

Dari beberapa definisi komunikasi seperti tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa:
  1. Komunikasi itu merupakan suatu penyampaian pengertian dari seseorang kepada orang lain 
  2. Penyampaian tersebut menggunakan berbagai macam lambang 
  3. Penyampaian tersebut merupakan suatu proses
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa komunikasi itu merupakan penyampaian pengertian dari seseorang kepada orang Iain, dengan menggunakan berbagai macam lambang-lambang dan penyampaian tersebut merupakan suatu proses. Atau dengan kata lain, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian ide, pengertian, gagasan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan berbagai macam lambang.

Sumber:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. (Dosen S-1 dan S-2 Pendidikan Ekonomi FKIP UNS)
dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perkantoran

Saturday, November 29, 2014

Pengertian Garis Anggaran (Kendala Anggaran)

By With No comments:
Kita mengenal istilah Garis Anggaran pada mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi, khususnya pada Bab Teori Pilihan Konsumen (The Theory of Consumer Choice).

Lalu, apa yang dimaksud dengan Garis Anggaran tersebut??
Menurut Mankiw (2012: 440) Garis Anggaran adalah “the limit on the consumption bundles that a consumer can afford”. Apabila diterjemahkan, kurang lebih: Garis Anggaran adalah berbagai kemungkinan kombinasi konsumsi yang mampu diperoleh konsumen dengan pendapatannya.

Pada dasarnya setiap orang pasti menginginkan konsumsi yang banyak dan berkualitas tinggi, karena hal tersebut memang sudah menjadi sifat dasar manusia. Namun, keinginnya tersebut tidak akan selalu terpenuhi karena pengeluaran manusia dibatasi oleh anggaran yang dimiliki. Itulah sebabnya Garis Anggaran sering juga disebut dengan “Kendala Anggaran”.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Mankiw (2012: 440) bahwa “most people would like to increase the quantity or quality of the goods they consume—to take longer vacations, drive fancier cars, or eat at better restaurants. People consume less than they desire because their spending is constrained, or limited, by their income”.

Contoh:
Tabel 1. Berbagai Kombinasi yang Dapat dipilih Oleh Konsumen
Mie Ayam (mangkuk)
Jus Alpukat (gelas)
Uang untuk Membeli Mie Ayam (Rp)
Uang untuk Membeli Jus Alpukat (Rp)
Total Pengeluaran (Rp)
0
10
0
50.000
50.000
1
9
5.000
45.000
50.000
2
8
10.000
40.000
50.000
3
7
15.000
35.000
50.000
4
6
20.000
30.000
50.000
5
5
25.000
25.000
50.000
6
4
30.000
20.000
50.000
7
3
35.000
15.000
50.000
8
2
40.000
10.000
50.000
9
1
45.000
5.000
50.000
10
0
50.000
0
50.000

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa terdapat 11 kombinasi konsumsi yang dapat dipilih oleh konsumen. Pada dasarnya konsumen pasti menginginkan semuanya maksimal (10 mangkuk mie ayam dan 10 gelas jus alpukat) tetapi manusia dibatasi oleh anggarannya yaitu sebesar Rp50.000,00 sehingga konsumen hanya mampu mengkonsumsi mie ayam dan jus alpukat sesuai 11 kombinasi pada tabel 1 di atas.

Apabila tabel tersebut digambarkan dalam sebuah kurva, maka kurva tersebut akan mirip dengan kurva permintaan yang memiliki slope negatif. Berikut ini kurva Garis Anggaran tersebut:


Berbagai titik pada garis anggaran mengindikasikan kombinasi konsumen atau trade-off antara dua barang (dalam hal ini adalah mie ayam dan jus alpukat). Ketika seorang konsumen meningkatkan jumlah mie ayam yang dibeli, konsumen tersebut harus mengurangi jumlah jus alpukat yang dibeli dan sebaliknya.


Referensi:
Mankiw, N. Gregory. 2012. Principles of Microeconomics: 6th Edition. South-Western Cengage Learning.

Monday, November 24, 2014

Konsep Otonomi Daerah Bidang Pendidikan

By With No comments:
Beberapa teori yang mendasari perlunya otonomi daerah bidang pendidikan, antara lain (1) teori ekonomi neo-liberal, dan (2) teori organisasi.

Jouen, et al  menyatakan bahwa dalam pengelolaan pendidikan perlu mempertimbangkan impact dari teori ekonomi neo-liberal yang mendukung privatisasi sektor publik dan strategi pengelolaan manajemen yang melibatkan semua stakeholder.

Teori ekonomi neo-liberal Nampak sejalan dengan pemberlakukan otonomi daerah bidang pendidikan sebagai jawaban atas centralized system yang selama ini dirasakan kurang efektif dan efisien.

Privatisasi dalam teori ekonomi neo-liberal dapat diartikan bahwa kewenangan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan perlu diserahkan kepada pemerintah derah (dan publik) dan bukan lagi didominasi oleh pemerintah pusat.

Teori kedua yang mendasari otonomu daerah bidang pendidikan adalah teori organisasi. Sebagaimana dinyatakan oleh Murphy dalam Phillips  bahwa:
Organizational theory suggest that in decentralization, employees that are responsible for decision and are empoweres to make decisions have more control ever therir work and are accountable for their decisions. The effectiveness of organization is improved because the employee, who deals with and knows the client, can alter the product or service to meet the client’s needs.
Teori ini menekankan bahwa apabila mereka yang bertanggun jawan terhadap pengambilan keputusan (termasuk pemerintah daerah – kabupaten/ kota) diberi kesempatan dan diberdayakan untuk mengambil keputusan dan mengurus kebutuhan mereka, mereka akan lebih accountable dan organisasi tersebut akan lebih efektif, karena mereka lebih tahu program dan kebutuhan mereka sendiri.

Sumber gambar: aryzdhum.wordpress.com
Dalam konteks organisasi kependidikan, jika pengambilan keputusan hanya dilakukan oleh para pimpinan (pemerintah pusat) pada umumnya tidak akan efektif dan efisien karena pemerintah pusat belum tentu mengetahui kebutuhan dan permasalahan pendidikan yang ada di daerah dan sekolah, sehingga seringkali kebijakan dan program yang ditetapkan tidak tepat waktu dan tidak tepat sasaran.

Teori organisasi ini menekankan perlunya pengambilan keputusan secara partisipatif, dan sejalan dengan otonomi daerah bidang pendidikan yang memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada pemerintah daerah, dengan harapan akan mampu meningkatkan kualitas layanan pendidikan kepada publik.

Sumber:
Baedhowi. 2009. Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan: Konsep Dasar dan Implementasi. Semarang: Pelita Insani.

Sunday, November 23, 2014

Pengertian Pembimbingan (Directing)

By With No comments:
Ada beberapa istilah yang dapat digunakan untuk menggantikan fungsi ini antara lain actuating, commanding, motivating, dan lain sebagainya.

Perwujudan dari kegiatan yang dikonotasikan dengan berbagai istilah yang mungkin sangat bersifat asasi ini, pada umumnya mengakui bahwa manifestasi dai aktivitas itu meliputi serangkaian proses kegiatan untuk menggerakkan, membimbing, mengarahkan, dan memberi motivasi kepada orang-orang dalam organisasi (terutama pelaksana) untuk mengelola alat-alat dan fasilitas yang ada ke arah usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Di dalam karya ini, unuk mengungkapkan kegiatan-kegiatan fungsi ketiga manajemen itu dengan menggunakan istilah pembimbingan (directing), yang dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan untuk membei peintah, membimbing, mengarahkan, dan memberi dorongan kepada para bawahan agar mereka tahu, mau, dan suka bekerja demi tercapainya tujuan organisasi.

Jelas bahwa sasaran fungsi ini adalah untuk menimbulkan kemauan kesukaan, dan membuat agar mereka tahu bekerja dan atau mau suka menjalankan tugas pekerjaannya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Umumnya mereka mau dan suka bekerja apabila mereka mengerti dengan sadar akan alasan-alasan maupun tujuan dari pada pekerjaan dipertanggungjawabkan kepadanya. Untuk menimbulkan kemauan dan kesukaan, mereka diberi pengertian dan kesadaran akan alasan-alasan dari pada pekerjaan yang mereka akan lakukan.

Sumber gambar: ent-nts.ca
Tugas semacam ini lazim disebut tugas untuk memberi dorongan lihat atau motivating. Dan mereka agar tahu pekerjaan, mereka harus dibimbing dan diarahkan pada pekerjaan tersebut. Tugas untuk membimbing disebut "leading", dan tugas untuk memberi pengarahan lazim disebut dengan istilah "directing. "

Jadi fungsi pembimbingan itu, di dalamnya harus bersenyawa unsur-unsur yang meliputi:  
  1. Memeintah orang-orang (actuating)  
  2. Membimbing atau memimpin (leading) 
  3. Mengarahkan kegiatan (directing) 
  4. Memberi dorongan (motivating)
Unsur yang pertama, merupakan kegiatan untuk memberikan komando atau instruksi kepada orang-orang agar mereka bekerja/melakukan tugasnya. Yang kedua, merupakan kegiatan untuk memberi contoh-contoh atau teladan, teknik, dan metode kerja untuk anak buahnya. Sedang unsur yang ketiga, berupa kegiatan untuk mengarahkan orang-orang dengan jalan memberikan petunjuk-petunjuk atau kebijaksanaan yang benar, jelas, dan tegas.

Adapun yang terakhir, berupa kegiatan untuk memberikan pengertian kepada orang-orang agar mengerti motif-motif, alasan-alasan yang mendorong timbulnya kemauan untuk bekerja dengan baik.

Sumber:
Dr. Hery Sawiji, M.Pd. (Dosen S-1 dan S-2 Pendidikan Ekonomi FKIP UNS)
Dalam bukunya yang berjudul “Fungsi Manajemen”

Friday, November 14, 2014

Peran dan Literasi Visual dalam Pembelajaran

By With 1 comment:
Peran Visual dalam Pembelajaran
Salah satu peranan visual dalam pembelajaran adalah sebagai sarana untuk menyediakan atau memberikan refensi yang konkret tentang sebuah ide, kata-kata tidak dapat mewakili dan menyuarakan benda karena visual bersifat iconic (tanpa kata sudah menunjukan arti), oleh karena itu setiap kata memiliki kesamaan dengan benda yang di rujuk. 

Beberapa manfaat visual dalam pembelajaran antara lain visual dapat memotivasi peserta didik dengan cara menarik perhatian mereka, mempertahankan perhatian serta mendapatkan respon-respon emosional.

Selain itu visual juga dapat menyederhanakan informasi yang sulit untuk di jelaskan dengan kata-kata, dengan kata lain , peranan visual dalam pembelajaran termasuk penting untuk mendukung informasi tertulis dan informasi lisan.

Literasi Visual
Literasi visual merupakan kemampuan belajar untuk menafsirkan pesan visual secara akurat dan untuk membuat pesan tersebut.

Pendekatan utama dalam dalam pengembangan literasi visual antara lain:
  1. Strategi input: membantu peserta didik untuk memecahkan kode, atau “membaca” visual secara mahir dengan mempraktekan keterampilan analisis visual. (Misalnya, melalui analisis gambar dan diskusi film dan program video). 
  2. Strategi output: membantu peserta didik untuk mengkodekan, atau "menulis'', visual, untuk mengekspresikan diri mereka dan berkomunikasi dengan orang lain. (Misalnya, melalui perencanaan dan memproduksi presentasi foto dan video)
Sumber gambar: ardansirodjuddin.wordpress.com
Decoding: Menafsirkan Visual
Dengan melihat sebuah tampilan secara visual tidak secara otomatis menjamin bahwa peserta didik akan belajar dari tampilan tersebut. Peserta didik harus dibimbing untuk dapat mewakili pemikiran yang jelas dan benar tentang penampilan visual tersebut. Salah satu aspek dari literasi visual adalah keterampilan menafsirkan dan menciptakan makna dari rangsangan di sekitarnya.
  1. Efek Perkembangan - Banyak variabel yang mempengaruhi peserta didik untuk  dapat memaknai  sebuah tampilan visual.
  2. Efek Budaya - Dalam mengajar, harus disadari bahwa kemampuan peserta didik untuk menginterprestasikan sebuah tampilan visual dapat diperbarui oleh latar belakang kebudayaan 
  3. Preferensi Visual - Dalam memilih visual, guru harus membuat pilihan yang tepat antara macam visual yang disukai dan yang paling efektif.
Encoding: Menciptakan visual
Aspek literasi visual adalah penciptaan peserta didik melalui presentasi visual. Sama seperti menulis dapat memacu membaca, memproduksi media bisa sangat efektif dalam memahami media.

Literasi Visual dalam Pendidikan
Program pendidikan literasi visual dirancang untuk anak-anak dari prasekolah sampai sekolah tinggi dan mencakup baik encoding dan decoding dari informasi visual di semua media. Guru didorong untuk berpikir secara visual dan untuk memusatkan perhatian siswa pada aspek visual buku teks dan buku cerita saat membaca. Produksi media, desain komputer, dan keterampilan berpikir kritis dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk bekerja dan berhasil.

Wednesday, November 5, 2014

Perspektif Konstruktivistik tentang Pembelajaran

By With No comments:
Konstruktivistik adalah gerakan lanjutan dari Perspektif Kognitif. Perspektif ini mempertimbangkan keterlibatan siswa dalam pengalaman bermakna sebagai esensi dari pembelajaran experiental.

Pergeseran ini adalah dari pengalihan informasi secara pasif untuk aktif memecahkan masalah dan menemukan.

Konstruktivistik menekankan bahwa peserta didik membuat interpretasi dari informasi mereka sendiri. Konstruktivistik membedakan perspektifnya dengan behavioristik atau kognitif, yang percaya bahwa pikiran dapat "dipetakan" oleh pengajar.

Konstruktivistik berpendapat bahwa siswa menempatkan pengalaman belajar dalam pengalaman mereka sendiri dan bahwa tujuan pengajaran bukan untuk mengajarkan informasi tetapi menciptakan situasi sehingga siswa dapat menginterpretasikan informasi untuk pemahaman mereka sendiri.

Peran pengajar tidak untuk mengeluarkan fakta-fakta tetapi untuk memberikan siswa cara-cara dalam mengumpulkan pengetahuan. Para konstruktivistik percaya pembelajaran paling efektif terjadi ketika siswa terlibat dalam tugas-tugas otentik yang berhubungan dengan konteks yang bermakna – belajar dengan melakukan (learning by doing).

Sumber gambar: liveseysolar.com
Ukuran utama pembelajaran adalah berdasarkan kemampuan siswa untuk menggunakan pengetahuan untuk memfasilitasi berpikir dalam kehidupan nyata.

Perspektif Kognitif tentang Pembelajaran

By With No comments:
Selain Perspektif Behavioristik, terdapat pula Perspektif Kognitif tentang Pembelajaran. Pada paruh kedua abad 20, kognitif memberikan sumbangan untuk teori pembelajaran dan desain instruksional dengan menciptakan model bagaimana peserta didik menerima, memproses, dan mengubah informasi.

Kognitif didasarkan pada karya psikolog Swiss, Jean Piaget (1977). Psikolog kognitif menjelajahi proses mental individu yang digunakan dalam menanggapi lingkungan mereka.

Kognitif berkaitan dengan bagaimana orang berpikir, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Misalnya, behavioristik hanya menyatakan bahwa praktek memperkuat respons terhadap stimulus.

Kognitif membuat model mental memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Informasi baru disimpan dalam memori jangka pendek, di mana ia "dilatih" sampai siap untuk disimpan dalam memori jangka panjang. Jika informasi tidak dilatih, ia menghilang dari memori jangka pendek.

Peserta didik kemudian menggabungkan informasi dan keterampilan dalam memori jangka panjang untuk mengembangkan strategi kognitif, atau keterampilan untuk menghadapi tugas yang kompleks.

Jean Piaget - Sumber gambar: www.biography.com
Kognitif memiliki persepsi pembelajaran yang lebih luas daripada persepsi behavioristik: Siswa tidak selalu bergantung pada bimbingan guru dan lebih mengandalkan strategi kognitif mereka sendiri dalam menggunakan sumber belajar yang tersedia.

Monday, November 3, 2014

Perspektif Behavioristik pada Pembelajaran

By With No comments:
Pada tahun 1950, B.F. Skinner, seorang psikolog dari Harvard University, melakukan studi ilmiah tentang perilaku yang dapat diamati. Dia adalah seorang pendukung behavioristik. Dia tertarik pada perilaku sukarela, seperti yang digambarkan oleh air liur anjing terkenal Pavlov.

Dia menunjukkan bahwa pola perilaku suatu organisme dapat dibentuk oleh penguatan, atau penghargaan, respon yang diinginkan terhadap lingkungan. Skinner berdasarkan teori pembelajarannya, yang dikenal sebagai teori penguatan, pada serangkaian percobaan dengan merpati, dan ia beralasan bahwa prosedur yang sama dapat digunakan pada manusia.

Hasilnya adalah munculnya pengajaran yang diprogramkan, teknik memimpin seorang peserta didik melalui serangkaian langkah-langkah pembelajaran ke tingkat kinerja yang diinginkan. Tidak seperti penelitian pembelajaran sebelumnya, karya Skinner ini sangat logis dan tepat, yang mengarah langsung ke peningkatan desain instruksional.

Kaum Behavioristik menolak untuk berspekulasi tentang apa yang terjadi secara internal pada saat pembelajaran berlangsung. Mereka hanya mengandalkan pada perilaku yang dapat diamati. Akibatnya, mereka lebih nyaman menjelaskan tugas-tugas belajar yang relatif sederhana. Karena sikap ini, behavioristik telah membatasi aplikasi dalam merancang pengajaran keterampilan tingkat yang lebih tinggi.

Sumber gambar: e-learning-teknologi.blogspot.com
Misalnya, kaum Behavioristik enggan untuk membuat kesimpulan tentang bagaimana peserta didik memproses informasi, bahkan ketika dengan melakukan hal itu dapat membantu dalam merancang pengajaran yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Prinsip behavioristik saat ini diterapkan pada pembelajaran berbasis komputer dan program berbasis Web.