Thursday, September 27, 2012

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam - Perekonomian di Masa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

By
Perekonomian pada masa Rasulullah ini adalah pada masa Madinah, sebab pada masa Makkah penuh dengan perjuangan untuk mempertahankan diri dari intimidasi kaum Quraisy. Karakter umum dari perekonomian ini adalah komitmennya yang tinggi terhadap etika dan norma, serta perhatiannya yang besar terhadap keadilan dan pemerataan kekayaan. Pasar menduduki peranan penting sebagai mekanisme ekonomi, tetapi pemerintah dan masyarakat juga bertindak aktif dalam mewujudkan kesejahteraan dan menegakkan keadilan.

Mata pencaharian mayoritas penduduk Madinah adalah berdagang. Kegiatan ekonomi pasar relatif menonjol, di mana untuk menjaga mekanisme pasar tetap berada dalam bingkai Islam Rasulullah mendirikan Al-Hisbah (institusi yang bertugas sebagai pengawas pasar). Rasulullah juga membentuk Baitul Maal, sebuah institusi yang bertindak sebagai pengelola keuangan negara. Secara garis besar sumber pemasukan negara pada masa itu dapat dilihat dalam table berikut:

Tabel 1. Sumber-sumber Pendapatan pada Masa Rasulullah
Dari Kaum Muslim
Dari Kaum non-Muslim
Umum
1.    Zakat
2.    Ushr (5 – 10%)
3.    Ushr (2,5%)
4.    Zakat Fitrah
5.    Wakaf
6.    Amwal Fadila
7.    Nawaib
8.    Shadaqah yang lain
9.    Khumus
1. Jizyah
2. Kharaj
3. Ushr (5%)
1. Ghanimah
2. Fay
3. Uang Tebusan
4. Pinjaman dari Kaum Muslim atau non-Muslim
5. Hadiah dari Pemimpin atau Pemerintah Negara Lain
  Sumber: Sabzwari, 1984
Sampai tahun ke-4 hijrah pendapatan dan sumber daya negara masih sangat kecil. Kekayaan pertama datang dari Banu Nadir, karena melanggar perjanjian (piagam Madinah) dengan umat Islam sehingga mereka ditaklukkan dan dipaksa meninggalkan kota. Wakaf Islam pertama adalah dari seorang Banu Nadir yang masuk Islam dan memberikan tujuh kebunnya. Harta rampasan perang (ghanimah) juga merupakan sumber pendapatan negara, meskipun kontribusinya selama 10 tahun kepemimpinan Rasulullah tidak lebih dari 2%. Zakat dan ushr merupakan sumber pendapatan pokok, terutama setelah tahun ke-9 H di mana zakat mulai diwajibkan. Berbeda dengan sumber pandapatan lain, zakat hanya boleh diberikan kepada pihak-pihak tertentu yang telah digariskan dalam Alquran (Q.S. At-Taubah: 60).

Peran negara dalam menjaga kesejahteraan rakyatnya tercermin dalam pengeluaran negara sebagai berikut:
Tabel 2. Pengeluaran Negara
Primer
Sekunder
1. Biaya pertahanan, seperti: persenjataan, unta, kuda.
2. Penyaluran zakat dan ushr kepada yang berhak menerimanya.
3. Pembayaran gaji untuk wali, qadi, guru, imam, muadzin, dsb
4. Pembayaran upah para sukarelawan
5. Pembayaran utang negara
6. Bantuan untuk musafir (dari daerah Fadak)
1. Bantuan untuk orang yang belajar agama di Madinah
2. Hiburan untuk para delegasi keagamaan
3. Hiburan untuk para utusan suku dan negara serta biaya perjalanan mereka.
4. Hadiah untuk pemerintah negara lain
5. Pembayaran untuk pembebasan kaum Muslimin yang menjadi budak
6. Pembayaran denda atas mereka yang terbunuh secara tidak sengaja oleh pasukan Muslim
7. Pembayaran utang orang yang meninggal dalam keadaan miskin
8. Pembayaran tunjangan untuk orang miskin
9. Tunjangan untuk sanak saudara Rasulullah
10. Pengeluaran rumah tangga Rasulullah (hanya sejumlah kecil; 80 butir kurma dan 80 butir gandum untuk istri-istrinya)
11. Persediaan darurat
  Sumber: Sabzwari, 1984
Facebook Twitter Google+

Artikel Terkait:

2 comments:

  1. Ternyata Rasullullah sangat menguasai masalah finansial dan mempunyai visi serta misi yang jelas. Kepemimpinan beliau memang layak diteladani.

    ReplyDelete
  2. Sudah tentu itu Mas, tidak diragukan lagi, Uswatun Hasanah... :)

    ReplyDelete